20 Siswa Selamat Berlindung di Bawah Bangku
Plafon Ruang Kelas SDN 2 Pejeng Kangin Ambruk, Satu Siswa Terluka
GIANYAR, NusaBali
Musibah terjadi di SDN 2 Pejeng Kangin, Kecamatan Tanmpaksiring, Gianyar ketika plafon Ruang Kelas III mendadak jebol saat proses belajar mengajar, Senin (25/3) pagi. Dalam musibah ini, seoran siswa terluka di bagian kepala, yakni I Ketut Agus Artayasa, 10. Sedangkan 20 siswa lainnya selamat tanpa terluka, setelah mereka berlindung di bawah bangku masing-masing.
Saat musibah plafon jebol, Senin pagi sekitar pukul 10.30 Wita, ada 21 siswa Kelas III SDN 2 Pejeng Kangin yang berada di ruangan. Korban Ketut Agus Artayasa satu-satunya yang terluka, karena tidak sempat menyelamatkan diri. Dia mengalami dua luka di kepala, dekat ubun-ubun. Korban Ketut Agus dan rekan-rekannya yang selamat kemudian berjalan merangkak di bawah reruntuhan plafon jatuh, menuju pintu barat ruangan kelas. Sedangkan pintu utama di sisi timur tertutup kayu plafon.
Korban Ketut Agus sendiri kemarin langsung dilarikan ke Puskesmas Tampaksiring untuk mendapatkan perawatan, sementara seluruh siswa SDN 2 Pejeng Kangin lainnya dipulangkan lebih awal.
Kepala Sekolah (Kasek) SDN 2 Pejeng Kangin, Ida Ayu Nyoman Sukarini, menjelaskan plafon Ruang Kelas III mendadak jebol ketika para siswa baru masuk kelas usai jam istirahat kedua. "Kejadiannya setelah jam istirahat kedua. Anak-anak baru masuk kelas, belum sempat belajar. Gurunya juga belum masuk kelas, baru sampai di pintu ketika plafon mendadak jebol," ujar Dayu Sukarini saat ditemui NusaBali di SDN 2 Pejeng Kangin, Senin siang.
Saat kejadian, Dayu Sukarini mengaku berada di ruangan kerjanya. "Tyang ada di ruangan, masih ngetik. Begitu dengar suara mebriug, saya langsung lari keluar. Saya shock melihat anak-anak berlindung di bawah bangku. Untung saja mereka selamat," cerita Dayu Sukarini. Perasaannya semakin campur aduk, setelah mendapati salah satu siswanya terluka.
Dayu Sukarini memaparkan, berdasarkan penuturan para siswa Kelas III, plafon bagian sisi timur jebol terlebih dulu. Kemudian, seluruh 21 siswa di Ruang Kelas III berinisiatif menggeser semua bangku ke sisi barat. "Beberapa anak bilang plafon sebelah timur duluan bunyi mrepet. Lalu, dalam hitungan detik seluruh plafon akhirnya jebol,” katanya.
“Syukurlah, anak-anak pinter menyelamatkan diri. Mereka semua masuk ke kolong bangku, termasuk Ketut Agus juga sudah berlindung. Tapi, karena sempat berdiri mau perbaiki posisi bangku, akhirnya anak itu kena kayu di bagian kepala hingga terluka," lanjut Dayu Sukarini.
Menurut Dayu Sukarini, sebelum musibah terjadi kemarin pafi, Ruang Kelas III SDN 2 Pejeng Kangin memang kerap bocor jika hujan. "Ada genting yang pecah, plafon juga sudah tampak melengkung. Tapi, kami kira masih aman. Ternyata, plafonnya jebol," tandas Dayu Sukarini.
Piak sekolah sejatinya sudah berupaya mengantisipasi selaga kemungkinan. “Bahkan, kita sudah rapat kan dengan Komite Sekolah, maunya dibuatkan proposal agar bisa dapat bantuan perbaikan. Tapi, ini malah keburu jebol," beber Dayu Sukarini yang baru setahun menjabat sebagai kasek SDN 2 Pejeng Kangin.
Informasi terakhir yang diperoleh NusaBali, bangunan sekolah SDN 2 Pejeng Kangin terakhir kali dilakukan perbaikan, sekitar 7 tahun silam. Sejak itu, tak pernah lagi dilakukan perbaikan.
Terkait proses belajar mengajar pasca musibah jatuhnua plafon di Ruang Kelas III, menurut Dayu Sukarini, masih dibicarakan. Namun, ada skenario siswa Kelas I, Kelas II, Kelas III, dan Kelasa IV tetap akan masuk pagi seperti biasa. Sedangkan siswa Kelas V dan Kelas VI akan masuk siang.
Sementara itu, korban Ketut Agus Artayasa kemarin sudah dibolehkan pulang dari Puskesmas Tampaksiring, setelah mendapat jaritan atas lukanya. Saat NusaBali berkunjung ke rumahnya di Banjar Cagaan Kelod, Desa Pejeng Kangin yang berjarak sekitar 600 meter arah selatan dari sekolah, korban Ketutr Agus didampingi kedua orangtuanya, I Wayan Artana dan Ni Nyoman Kerti. Seorang guru SDN 2 Pejeng Kangin juga berada di rumah korban.
Setelah terluka akibat tertimpa plafon jatuh, korban Ketut Agus diminta tim medis untuk istirahat di rumah selama dua hari. "Libur dulu dua hari, sekalian kontrol jahitannya," tutur Ketut Agus.
Menurut Ketut Agus, dirinya sempat berlindung bersama temannya di kolong bangku saat plafon ruang kelas jebol. "Ya, kami semua sudah bungkuk di bawah bangku. Saya sempat berdiri mau geser bangku, eh saat itulah saya kena kayu hingga terluka," kenang bocah berusia 10 tahun ini.
Sedangkan ayah korban, Wayan Artana, berharap Ruang Kelas III SDN 2 Pejeng Kangin yang plafonnya jebol, segera diperbaiki. "Saya berharap ini cepat direhab, karena khawatir terulang musibah serupa,” harap Wayan Artana yang kemarin didampingi istrinya, Ni Nyoman Kerti.
Sementara itu, Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Gianyar, Ni Ketut Astini, mengatakan musibah jebolnya plafon di SDN 2 Pejeng Kangin tersebut sudah pasti ditindaklanjuti. "Ampura tiyang durung polih ke sekolah, kari wenten giat ring Hotel Aston. Musibah nike, pasti wenten tindak lanjut. (Maaf, saya belum sempat terjun ke sekolah, karena masih ada kegiatan di Hotel Aston. Musibah itu pasti nanti ada tindak lanjutnya, Red). Dari dinas sudah turun menngecek," jelas Ketut Astini saat dikonfirmasi NusaBali pertelepon, Senin kemarin.
Sedangkan Bupati Gianyar, Made Agus Mahayastra, mengaku sudah mengatensi musibah jebolnya plafon di SDn 2 Pejeng Kangin ini. "Pertama, 15 menit setelah kejadian, saya sudah dikasi tahu. Yang pertama harus dilakukan saat itu adalah penanganan korban, karena ada satu siswa cedera di kepala. Setelah siswa tenang, baru saya suruh cek itu bangunannya," jelas Bupati Agus Mahayastra menjawab NusaBali.
Dari hasil pengecekan terhadap bangunan tersebut, diketahui bahwa perbaikan atap SDN 2 Pejeng Kangin terakhir dilakukan sekitar tahun 2012 saat kepemimpinan Bupati Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) dan Kadisdik Gianyar, I Gusti Ngurah Wijana. "Karena atap bocor, maka plafon tak kuat menahan air, sehingga akhirnya jebol. Selain itu, konstruksi bangunan juga tidak bagus, pengawasannya kurang saat itu," tandas Mahayastra.
Terkait pengajuan proposal perbaikan dari pihak sekolah, menurut Mahayastra, permohonn hanya sempat disampaikan secara lisan. Sedangkan proposal perbaikan tak kunjung diajukan pihak sekolah. "Kemarin mereka (pihak SDN 2 Pejeng Kangin) sempat secara lisan menghadap mau mohon perbaikan. Tapi bukan perbaikan atap, melainkan toilet dan perpustakaan. Namun, sampai pengesahan APBD Induk 2019, proposalnya belum masuk," jelas Bupati asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan yang juga Ketua DPC PDIP Gianyar ini. *nvi
Saat musibah plafon jebol, Senin pagi sekitar pukul 10.30 Wita, ada 21 siswa Kelas III SDN 2 Pejeng Kangin yang berada di ruangan. Korban Ketut Agus Artayasa satu-satunya yang terluka, karena tidak sempat menyelamatkan diri. Dia mengalami dua luka di kepala, dekat ubun-ubun. Korban Ketut Agus dan rekan-rekannya yang selamat kemudian berjalan merangkak di bawah reruntuhan plafon jatuh, menuju pintu barat ruangan kelas. Sedangkan pintu utama di sisi timur tertutup kayu plafon.
Korban Ketut Agus sendiri kemarin langsung dilarikan ke Puskesmas Tampaksiring untuk mendapatkan perawatan, sementara seluruh siswa SDN 2 Pejeng Kangin lainnya dipulangkan lebih awal.
Kepala Sekolah (Kasek) SDN 2 Pejeng Kangin, Ida Ayu Nyoman Sukarini, menjelaskan plafon Ruang Kelas III mendadak jebol ketika para siswa baru masuk kelas usai jam istirahat kedua. "Kejadiannya setelah jam istirahat kedua. Anak-anak baru masuk kelas, belum sempat belajar. Gurunya juga belum masuk kelas, baru sampai di pintu ketika plafon mendadak jebol," ujar Dayu Sukarini saat ditemui NusaBali di SDN 2 Pejeng Kangin, Senin siang.
Saat kejadian, Dayu Sukarini mengaku berada di ruangan kerjanya. "Tyang ada di ruangan, masih ngetik. Begitu dengar suara mebriug, saya langsung lari keluar. Saya shock melihat anak-anak berlindung di bawah bangku. Untung saja mereka selamat," cerita Dayu Sukarini. Perasaannya semakin campur aduk, setelah mendapati salah satu siswanya terluka.
Dayu Sukarini memaparkan, berdasarkan penuturan para siswa Kelas III, plafon bagian sisi timur jebol terlebih dulu. Kemudian, seluruh 21 siswa di Ruang Kelas III berinisiatif menggeser semua bangku ke sisi barat. "Beberapa anak bilang plafon sebelah timur duluan bunyi mrepet. Lalu, dalam hitungan detik seluruh plafon akhirnya jebol,” katanya.
“Syukurlah, anak-anak pinter menyelamatkan diri. Mereka semua masuk ke kolong bangku, termasuk Ketut Agus juga sudah berlindung. Tapi, karena sempat berdiri mau perbaiki posisi bangku, akhirnya anak itu kena kayu di bagian kepala hingga terluka," lanjut Dayu Sukarini.
Menurut Dayu Sukarini, sebelum musibah terjadi kemarin pafi, Ruang Kelas III SDN 2 Pejeng Kangin memang kerap bocor jika hujan. "Ada genting yang pecah, plafon juga sudah tampak melengkung. Tapi, kami kira masih aman. Ternyata, plafonnya jebol," tandas Dayu Sukarini.
Piak sekolah sejatinya sudah berupaya mengantisipasi selaga kemungkinan. “Bahkan, kita sudah rapat kan dengan Komite Sekolah, maunya dibuatkan proposal agar bisa dapat bantuan perbaikan. Tapi, ini malah keburu jebol," beber Dayu Sukarini yang baru setahun menjabat sebagai kasek SDN 2 Pejeng Kangin.
Informasi terakhir yang diperoleh NusaBali, bangunan sekolah SDN 2 Pejeng Kangin terakhir kali dilakukan perbaikan, sekitar 7 tahun silam. Sejak itu, tak pernah lagi dilakukan perbaikan.
Terkait proses belajar mengajar pasca musibah jatuhnua plafon di Ruang Kelas III, menurut Dayu Sukarini, masih dibicarakan. Namun, ada skenario siswa Kelas I, Kelas II, Kelas III, dan Kelasa IV tetap akan masuk pagi seperti biasa. Sedangkan siswa Kelas V dan Kelas VI akan masuk siang.
Sementara itu, korban Ketut Agus Artayasa kemarin sudah dibolehkan pulang dari Puskesmas Tampaksiring, setelah mendapat jaritan atas lukanya. Saat NusaBali berkunjung ke rumahnya di Banjar Cagaan Kelod, Desa Pejeng Kangin yang berjarak sekitar 600 meter arah selatan dari sekolah, korban Ketutr Agus didampingi kedua orangtuanya, I Wayan Artana dan Ni Nyoman Kerti. Seorang guru SDN 2 Pejeng Kangin juga berada di rumah korban.
Setelah terluka akibat tertimpa plafon jatuh, korban Ketut Agus diminta tim medis untuk istirahat di rumah selama dua hari. "Libur dulu dua hari, sekalian kontrol jahitannya," tutur Ketut Agus.
Menurut Ketut Agus, dirinya sempat berlindung bersama temannya di kolong bangku saat plafon ruang kelas jebol. "Ya, kami semua sudah bungkuk di bawah bangku. Saya sempat berdiri mau geser bangku, eh saat itulah saya kena kayu hingga terluka," kenang bocah berusia 10 tahun ini.
Sedangkan ayah korban, Wayan Artana, berharap Ruang Kelas III SDN 2 Pejeng Kangin yang plafonnya jebol, segera diperbaiki. "Saya berharap ini cepat direhab, karena khawatir terulang musibah serupa,” harap Wayan Artana yang kemarin didampingi istrinya, Ni Nyoman Kerti.
Sementara itu, Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Gianyar, Ni Ketut Astini, mengatakan musibah jebolnya plafon di SDN 2 Pejeng Kangin tersebut sudah pasti ditindaklanjuti. "Ampura tiyang durung polih ke sekolah, kari wenten giat ring Hotel Aston. Musibah nike, pasti wenten tindak lanjut. (Maaf, saya belum sempat terjun ke sekolah, karena masih ada kegiatan di Hotel Aston. Musibah itu pasti nanti ada tindak lanjutnya, Red). Dari dinas sudah turun menngecek," jelas Ketut Astini saat dikonfirmasi NusaBali pertelepon, Senin kemarin.
Sedangkan Bupati Gianyar, Made Agus Mahayastra, mengaku sudah mengatensi musibah jebolnya plafon di SDn 2 Pejeng Kangin ini. "Pertama, 15 menit setelah kejadian, saya sudah dikasi tahu. Yang pertama harus dilakukan saat itu adalah penanganan korban, karena ada satu siswa cedera di kepala. Setelah siswa tenang, baru saya suruh cek itu bangunannya," jelas Bupati Agus Mahayastra menjawab NusaBali.
Dari hasil pengecekan terhadap bangunan tersebut, diketahui bahwa perbaikan atap SDN 2 Pejeng Kangin terakhir dilakukan sekitar tahun 2012 saat kepemimpinan Bupati Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) dan Kadisdik Gianyar, I Gusti Ngurah Wijana. "Karena atap bocor, maka plafon tak kuat menahan air, sehingga akhirnya jebol. Selain itu, konstruksi bangunan juga tidak bagus, pengawasannya kurang saat itu," tandas Mahayastra.
Terkait pengajuan proposal perbaikan dari pihak sekolah, menurut Mahayastra, permohonn hanya sempat disampaikan secara lisan. Sedangkan proposal perbaikan tak kunjung diajukan pihak sekolah. "Kemarin mereka (pihak SDN 2 Pejeng Kangin) sempat secara lisan menghadap mau mohon perbaikan. Tapi bukan perbaikan atap, melainkan toilet dan perpustakaan. Namun, sampai pengesahan APBD Induk 2019, proposalnya belum masuk," jelas Bupati asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan yang juga Ketua DPC PDIP Gianyar ini. *nvi
1
Komentar