Jalan Menuju Pura Bukit Sempat Ditutup
Jalan Pura Bukit Kumbuh di Dusun Galiran, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Bangli, sempat ditutup oleh pemilik lahan.
BANGLI, NusaBali
Penutupan tersebut berlangsung pada Minggu (24/3). Setelah ada negosiasi akhirnya jalan itu kembali dibuka. Hanya saja penutup jalan dan pangempon pura belum ada kesepakan perihal lahan pura. Usai piodalan direncakan ada pertemuan antar kedua belah pihak. Camat Tembuku, I Dewa Agung Purnama, turun ke lokasi untuk berkomunikasi dengan pangempon pura.
Kelian Pura Bukit Kumbuh, I Nyoman Sudana, membenarkan jika sempat terjadi penutupan jalan menuju pura. Dikatakan, Pura Bukit Kumbuh telah ada sejak jaman Belanda. Ia tidak memungkiri jika lahan di lokasi pura dulunya dikelola oleh keluarga Sang Nyoman Darma asal Banjar Tegalasah, Tembuku. Saat ini lahan tersebut sudah disertifikatkan. Dikatakan, tanah untuk pura sudah dibebaskan, sudah diserahkan untuk pura oleh leluhur Sang Nyoman Darma.
Nyoman Sudana mengakui masalah lahan sudah sempat dibahas saat kepemimpinan Bupati I Nengah Arnawa “Lahan yang digunakan untuk pura kurang lebih 10 are. Memang tidak ada bukti tertulis lahan untuk pura,” terangnya. Terkait penutupan jalan, ia bersama Bendesa Galiran I Nyoman Pos, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas Jehem sempat mendatangi rumah Sang Nyoman Darma. Setelah dilakukan dialog akhirnya penutup jalan dibuka.
Sudana mengaku sempat didatangi petugas dari salah satu BPR di Tabanan. Petugas mengatakan kalau tanah tersebut dijadikan jaminan pinjaman oleh yang bersangkutan. Karena tidak bisa memenuhi kewajiban, tanah itu akan dilelang. “Rencana dari BPR akan datang ke lokasi besok,” sebutnya. Sudana segera menggelar paruman untuk mencari jalan terbaik memecahkan masalah tersebut. “Kami berharap ada penyelesaian atas masalah ini,” imbuhnya. Terpisah, Sang Nyoman Darma, mengatakan lahan untuk pura sudah disertifikatkan atas nama almarhum ibunya, Sang Ayu Made Giri. Lahan tersebut merupakan tanah warisan leluhur. “Lahan itu sudah disertifikatkan dan memang menjadi hak kami,” tegasnya.
Sang Nyoman Darma mengaku menutup jalan akibat kecewa dengan pangempon pura. Persoalan memuncak setelah pangempon pura tidak menghadiri undangan upacara pengabenan orangtua Sang Nyoman Darma. “Ini sebuah peringatan saja, kami juga tidak ingin masalah ini berlarut-larut. Kami menunggu itikad baik yang bersangkutan,” ungkapnya. Diakui pula jika empat bulan lalu masalah tersebut sudah disampaikan, namun pihak pangempon pura tidak ada respon. *esa
Penutupan tersebut berlangsung pada Minggu (24/3). Setelah ada negosiasi akhirnya jalan itu kembali dibuka. Hanya saja penutup jalan dan pangempon pura belum ada kesepakan perihal lahan pura. Usai piodalan direncakan ada pertemuan antar kedua belah pihak. Camat Tembuku, I Dewa Agung Purnama, turun ke lokasi untuk berkomunikasi dengan pangempon pura.
Kelian Pura Bukit Kumbuh, I Nyoman Sudana, membenarkan jika sempat terjadi penutupan jalan menuju pura. Dikatakan, Pura Bukit Kumbuh telah ada sejak jaman Belanda. Ia tidak memungkiri jika lahan di lokasi pura dulunya dikelola oleh keluarga Sang Nyoman Darma asal Banjar Tegalasah, Tembuku. Saat ini lahan tersebut sudah disertifikatkan. Dikatakan, tanah untuk pura sudah dibebaskan, sudah diserahkan untuk pura oleh leluhur Sang Nyoman Darma.
Nyoman Sudana mengakui masalah lahan sudah sempat dibahas saat kepemimpinan Bupati I Nengah Arnawa “Lahan yang digunakan untuk pura kurang lebih 10 are. Memang tidak ada bukti tertulis lahan untuk pura,” terangnya. Terkait penutupan jalan, ia bersama Bendesa Galiran I Nyoman Pos, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas Jehem sempat mendatangi rumah Sang Nyoman Darma. Setelah dilakukan dialog akhirnya penutup jalan dibuka.
Sudana mengaku sempat didatangi petugas dari salah satu BPR di Tabanan. Petugas mengatakan kalau tanah tersebut dijadikan jaminan pinjaman oleh yang bersangkutan. Karena tidak bisa memenuhi kewajiban, tanah itu akan dilelang. “Rencana dari BPR akan datang ke lokasi besok,” sebutnya. Sudana segera menggelar paruman untuk mencari jalan terbaik memecahkan masalah tersebut. “Kami berharap ada penyelesaian atas masalah ini,” imbuhnya. Terpisah, Sang Nyoman Darma, mengatakan lahan untuk pura sudah disertifikatkan atas nama almarhum ibunya, Sang Ayu Made Giri. Lahan tersebut merupakan tanah warisan leluhur. “Lahan itu sudah disertifikatkan dan memang menjadi hak kami,” tegasnya.
Sang Nyoman Darma mengaku menutup jalan akibat kecewa dengan pangempon pura. Persoalan memuncak setelah pangempon pura tidak menghadiri undangan upacara pengabenan orangtua Sang Nyoman Darma. “Ini sebuah peringatan saja, kami juga tidak ingin masalah ini berlarut-larut. Kami menunggu itikad baik yang bersangkutan,” ungkapnya. Diakui pula jika empat bulan lalu masalah tersebut sudah disampaikan, namun pihak pangempon pura tidak ada respon. *esa
Komentar