E-Money di Bali Tumbuh Pesat
Dalam KEKR yang dihadiri stakeholder terkait, BI menggeber awal layanan perkembangan keuangan non tunai dan elektronifikasi di Bali.
DENPASAR, NusaBali
Layanan transaksi keuangan non tunai dan elektronifikasi di Bali terus menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Salah satu indikasinya, peningkatan jumlah penggunaan uang elektronik (E-Money).
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Provinsi Bali ( KPwBI Bali/BI Bali) mencatat jumlah uang elektronik (E-Money) di Bali sebanyak 159.208 buah. Atau mengalami pertumbuhan 378,52 persen secara year on year (yoy).
Hal tersebut terungkap dalam Diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) KPw BI Bali, di Denpasar, Selasa (26/3). Dalam KEKR yang dihadiri stakeholder terkait, baik pemerintah dan swasta, BI menggeber awal layanan perkembangan keuangan non tunai dan elektronifikasi di Bali. Itu diawali pembayaran non tunai 100 persen untuk tarif masuk tol Bali Mandara.
“Sejak 1 Oktober 2017 pembayaran tol di jalan Tol Bali Mandara sepenuhnya menerapkan transaksi non tunai (e –money),” ujar Deputi Direktur BI KPw BI Bali Sapto Widyatmiko.
Jalan tol Bali Mandara memiliki tiga pintu gerbang, yakni Gerbang Tol Benoa, Gerbang Tol Nusa Dua dan Gerbang Tol Ngurah Rai, dengan total jumlah pintu tol sebanyak 20 unit.
Untuk mengurangi kemacetan, lanjut Sapto Widyatmiko, pada Maret 2018 telah dioperasikan layanan drive thrue pernjualan dan isi ulang elekronik di pintu tol Benoa.
Menurut Sapto Widyatmiko, peningkatan pertumbuhan uang elektronik di Bali didorong lagi adanya transaksi baru, yakni pembayaran parkir di Tabanan.
Berdasarkan jenis transaksinya, BI mencatat transaksi pembayaran yang mendominasi pada triwulan IV 2018 lalu, yakni dengan pangsa 84 persen.
“Lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, sebanyak 33 persen,” ujar Sapto Widyatmiko. Berdasarkan nominal, transaksi pembayaran mencapai Rp 8,95 miliar atau tumbuh 44,65 persen. Sedang pada triwulan III (2018) tumbuh 14,89 persen atau Rp 501 juta.
Sapto Widyatmiko juga menjelaskan, pertumbuhan penggunaan uang elektronik untuk isi ulang (top up) secara year on year (yoy), pada trilwulan IV 2018 dibanding triwulan sama 2017. Pada triwulan IV 2018 transaksi isi ulang sebesar Rp 1,14 miliar. Pada triwulan yang sama tahun 2017, sebesar Rp 636 juta.
“Selain penerapan 100 persen non tunai di jalan tol, upaya mendorong elektronifikasi juga dilakukan melalui kerjasama, dengan beberapa stakeholder,” kata Sapto Widyatmiko.
Menurutnya, antara lain kerjasama implementasi elektronifikasi parkir (e-parking) kendaraan bermotor, objek wisata, retribusi daerah, SPBU dan parkir bandara.
Melihat pertumbuhannya tersebut, Sapto Widyatmiko menyatakan transaksi digital atau elektronik benar- benar memberi benefit bagi perekonomian Bali lebih cepat dan lebih banyak output. *K17
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Provinsi Bali ( KPwBI Bali/BI Bali) mencatat jumlah uang elektronik (E-Money) di Bali sebanyak 159.208 buah. Atau mengalami pertumbuhan 378,52 persen secara year on year (yoy).
Hal tersebut terungkap dalam Diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) KPw BI Bali, di Denpasar, Selasa (26/3). Dalam KEKR yang dihadiri stakeholder terkait, baik pemerintah dan swasta, BI menggeber awal layanan perkembangan keuangan non tunai dan elektronifikasi di Bali. Itu diawali pembayaran non tunai 100 persen untuk tarif masuk tol Bali Mandara.
“Sejak 1 Oktober 2017 pembayaran tol di jalan Tol Bali Mandara sepenuhnya menerapkan transaksi non tunai (e –money),” ujar Deputi Direktur BI KPw BI Bali Sapto Widyatmiko.
Jalan tol Bali Mandara memiliki tiga pintu gerbang, yakni Gerbang Tol Benoa, Gerbang Tol Nusa Dua dan Gerbang Tol Ngurah Rai, dengan total jumlah pintu tol sebanyak 20 unit.
Untuk mengurangi kemacetan, lanjut Sapto Widyatmiko, pada Maret 2018 telah dioperasikan layanan drive thrue pernjualan dan isi ulang elekronik di pintu tol Benoa.
Menurut Sapto Widyatmiko, peningkatan pertumbuhan uang elektronik di Bali didorong lagi adanya transaksi baru, yakni pembayaran parkir di Tabanan.
Berdasarkan jenis transaksinya, BI mencatat transaksi pembayaran yang mendominasi pada triwulan IV 2018 lalu, yakni dengan pangsa 84 persen.
“Lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, sebanyak 33 persen,” ujar Sapto Widyatmiko. Berdasarkan nominal, transaksi pembayaran mencapai Rp 8,95 miliar atau tumbuh 44,65 persen. Sedang pada triwulan III (2018) tumbuh 14,89 persen atau Rp 501 juta.
Sapto Widyatmiko juga menjelaskan, pertumbuhan penggunaan uang elektronik untuk isi ulang (top up) secara year on year (yoy), pada trilwulan IV 2018 dibanding triwulan sama 2017. Pada triwulan IV 2018 transaksi isi ulang sebesar Rp 1,14 miliar. Pada triwulan yang sama tahun 2017, sebesar Rp 636 juta.
“Selain penerapan 100 persen non tunai di jalan tol, upaya mendorong elektronifikasi juga dilakukan melalui kerjasama, dengan beberapa stakeholder,” kata Sapto Widyatmiko.
Menurutnya, antara lain kerjasama implementasi elektronifikasi parkir (e-parking) kendaraan bermotor, objek wisata, retribusi daerah, SPBU dan parkir bandara.
Melihat pertumbuhannya tersebut, Sapto Widyatmiko menyatakan transaksi digital atau elektronik benar- benar memberi benefit bagi perekonomian Bali lebih cepat dan lebih banyak output. *K17
Komentar