Rumah Warga Diserbu Lalat, Desa Siagakan Alat Semprot
Dampak Tempat Pengolahan Sampah di Desa Paksebali
SEMARAPURA, NusaBali
Tempat Pengolahan Sampah Sementara (TPSS) di Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung yang baru dibuka sejak 1 Maret 2019 ternyata mengundang banyak lalat. Bahkan lalat itu masuk ke pemukiman warga yang jaraknya cukup dekat dengan TPS atau berjarak sekitar 100 meter.
Setidaknya ada belasan kepala keluarga (KK) yang terkena dampak lalat tersebut, terutama pada pagi hingga siang hari. Menindaklanjuti permasalahan tersebut aparat Desa Paksebali mengambil langkah cepat dengan menyemprotkan cairan racun lalat untuk membasmi dan mengusir lalat tersebut.
Selain itu petugas BUMDes Desa Paksebali juga menyerahkan kepada 20 kepala keluarga dari 15 pekarangan rumah masing-masing alat penyemprot lalat dan botol cairannya, Selasa (26/3). "Kami sudah instruksikan penyerahan alat tersebut sejak, Senin (25/3) malam," ujar Perbekel (Kepala Desa) Desa Paksebali, I Putu Ariadi, kepada NusaBali.
Kata dia, pembagian alat semprot tersebut supaya lalat tidak menganggu rumah warga. Mengenai kemunculan lalat selain karena dekat dengan TPS, mungkin karena faktor musim hujan juga. "Untuk itu kita sudah lakukan langkah antisipasi dengan penyemprotan. Dari sisi kesehatan warga kita akan meminta kepada tim kesehatan ke lapangan," ujarnya.
Disebutkan TPS di Desa Paksebali bertempat di Dusun Timbrah (Desa Paksebali) sejak 1 Maret 2019, pada sebuah lahan kosong milik warga seluas 50 are. Kebetulan warga yang bersangkutan bersedia lahannya diisi sampah dengan lahan berbentuk cekung. Pembuatan TPS ini merupakan salah satu solusi untuk mengantisipasi sampah yang overload karena keterbatasan mesin pengolah sampah.
"Sampah yang overload di desa yang tidak bisa diolah lewat mesin pengolahan sampah, biasanya kami buang pada salah satu TPA di Gianyar, karena TPA itu sudah ditutup maka kami buat TPS," ujarnya.
Sehingga sampah di Desa Paksebali dalam sehari rata-rata 1 truk dan 1 mobil colt, ditempatkan terlebih dahulu di TPS tersebut. Dari sana kemudian sampah dipilah antara sampah organik dan non-organik, setelah itu baru diolah lewat mesin pengolah sampah. "Kami berharap dari Pemkab bisa menyediakan tempat untuk membuang residu sampah," ujarnya. *wan
Tempat Pengolahan Sampah Sementara (TPSS) di Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung yang baru dibuka sejak 1 Maret 2019 ternyata mengundang banyak lalat. Bahkan lalat itu masuk ke pemukiman warga yang jaraknya cukup dekat dengan TPS atau berjarak sekitar 100 meter.
Setidaknya ada belasan kepala keluarga (KK) yang terkena dampak lalat tersebut, terutama pada pagi hingga siang hari. Menindaklanjuti permasalahan tersebut aparat Desa Paksebali mengambil langkah cepat dengan menyemprotkan cairan racun lalat untuk membasmi dan mengusir lalat tersebut.
Selain itu petugas BUMDes Desa Paksebali juga menyerahkan kepada 20 kepala keluarga dari 15 pekarangan rumah masing-masing alat penyemprot lalat dan botol cairannya, Selasa (26/3). "Kami sudah instruksikan penyerahan alat tersebut sejak, Senin (25/3) malam," ujar Perbekel (Kepala Desa) Desa Paksebali, I Putu Ariadi, kepada NusaBali.
Kata dia, pembagian alat semprot tersebut supaya lalat tidak menganggu rumah warga. Mengenai kemunculan lalat selain karena dekat dengan TPS, mungkin karena faktor musim hujan juga. "Untuk itu kita sudah lakukan langkah antisipasi dengan penyemprotan. Dari sisi kesehatan warga kita akan meminta kepada tim kesehatan ke lapangan," ujarnya.
Disebutkan TPS di Desa Paksebali bertempat di Dusun Timbrah (Desa Paksebali) sejak 1 Maret 2019, pada sebuah lahan kosong milik warga seluas 50 are. Kebetulan warga yang bersangkutan bersedia lahannya diisi sampah dengan lahan berbentuk cekung. Pembuatan TPS ini merupakan salah satu solusi untuk mengantisipasi sampah yang overload karena keterbatasan mesin pengolah sampah.
"Sampah yang overload di desa yang tidak bisa diolah lewat mesin pengolahan sampah, biasanya kami buang pada salah satu TPA di Gianyar, karena TPA itu sudah ditutup maka kami buat TPS," ujarnya.
Sehingga sampah di Desa Paksebali dalam sehari rata-rata 1 truk dan 1 mobil colt, ditempatkan terlebih dahulu di TPS tersebut. Dari sana kemudian sampah dipilah antara sampah organik dan non-organik, setelah itu baru diolah lewat mesin pengolah sampah. "Kami berharap dari Pemkab bisa menyediakan tempat untuk membuang residu sampah," ujarnya. *wan
1
Komentar