Menanjak, Populasi Ayam Petelur dan Pedaging di Badung
Populasi ayam ras petelur dan pedaging meningkat di Kabupaten Badung. Ini tak lepas dari menggeliatnya sentra peternakan yang ada.
MANGUPURA, NusaBali
Jika tahun 2017 populasi ayam ras petelur tercatat 116.181 ekor. Namun, tahun 2018 menjadi 132.497 ekor. Artinya ada penambahan 16. 296 ekor atau naik 14 persen. Begitu juga ayam pedaging, dimana pada tahun 2017 sebanyak 611.503 ekor, naik 15 persen menjadi 703.962 ekor pada tahun 2018.
Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Putu Oka Swadiana, mengungkapkan, menggeliatnya populasi ayam ras petelur dan pedaging tak lepas dari tingginya kebutuhan masyarakat. Contoh, kata dia, kebutuhan telur untuk konsumsi masyarakat dan wisatawan 464.172 butir per hari. Sementara, produksi baru mampu menyentuh angka 90.148 butir perhari. “Jadi pengembangan ayam petelur ini sangat menjanjikan,” ungkapnya, Jumat (29/3).
Makanya, tak salah bila bila Dinas Pertanian dan Pangan menggerakkan kelompok ternak yang ada di masyarakat untuk memanfaatkan peluang tersebut. “Pada tahun 2018, ada dua kelompok ternak yang kami gerakkan dan hasilnya cukup bagus,” kata Swadiana.
Dua kelompok ternak binaan Pemkab Badung itu diantaranya Kelompok Ternak Giri Landuh Sari Banjar Pelaga, Desa Pelaga, Kecamatan Petang yang telah kini memelihara sedikitnya 40.704 ekor ayam ras petelur. Satu lagi Kelompok Ternak Manuk Sari Banjar Kauh, Desa Getasan, Kecamatan Petang yang memelihara sebanyak 13.992 ekor ayam ras petelur.
“Kami tentu berharap, melalui pengembangan ayam ras petelur ini dapat meningkatan produksi telur di Kabupaten Badung, sehingga memenuhi kebutuhan pasar,” tegasnya sembari menargetkan pada tahun populasi terus meningkat sebesar 15 persen dari tahun sebelumnya.
Kendati begitu, pada bagian lain justru populasi ayam bukan ras (buras), semakin menurun. Data dari Dinas Pertanian dan Pangan Badung, pada 2017 tercatat 507.424 ekor, sedangkan tahun 2018 hanya 258.552 ekor. Artinya ada penurunan 248.872 ekor atau 49 persen. “Menurunnya populasi ini terkait dengan jumlah kelahiran, kematian, pemotongan, pemasukan, dan pengeluaran. Tak kalah penting, minat dan kemampuan peternak dalam mengembangkan usahanya,” kata Swadiana.
“Selain itu, di daerah Kuta Selatan yang dulunya cukup banyak peternakan, kini dialihfungsikan untuk akomodasi pariwisata, sehingga populasi ayam buras dari daerah ini juga merosot. Ini juga mempengaruhi,” imbuhnya. *asa
Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Putu Oka Swadiana, mengungkapkan, menggeliatnya populasi ayam ras petelur dan pedaging tak lepas dari tingginya kebutuhan masyarakat. Contoh, kata dia, kebutuhan telur untuk konsumsi masyarakat dan wisatawan 464.172 butir per hari. Sementara, produksi baru mampu menyentuh angka 90.148 butir perhari. “Jadi pengembangan ayam petelur ini sangat menjanjikan,” ungkapnya, Jumat (29/3).
Makanya, tak salah bila bila Dinas Pertanian dan Pangan menggerakkan kelompok ternak yang ada di masyarakat untuk memanfaatkan peluang tersebut. “Pada tahun 2018, ada dua kelompok ternak yang kami gerakkan dan hasilnya cukup bagus,” kata Swadiana.
Dua kelompok ternak binaan Pemkab Badung itu diantaranya Kelompok Ternak Giri Landuh Sari Banjar Pelaga, Desa Pelaga, Kecamatan Petang yang telah kini memelihara sedikitnya 40.704 ekor ayam ras petelur. Satu lagi Kelompok Ternak Manuk Sari Banjar Kauh, Desa Getasan, Kecamatan Petang yang memelihara sebanyak 13.992 ekor ayam ras petelur.
“Kami tentu berharap, melalui pengembangan ayam ras petelur ini dapat meningkatan produksi telur di Kabupaten Badung, sehingga memenuhi kebutuhan pasar,” tegasnya sembari menargetkan pada tahun populasi terus meningkat sebesar 15 persen dari tahun sebelumnya.
Kendati begitu, pada bagian lain justru populasi ayam bukan ras (buras), semakin menurun. Data dari Dinas Pertanian dan Pangan Badung, pada 2017 tercatat 507.424 ekor, sedangkan tahun 2018 hanya 258.552 ekor. Artinya ada penurunan 248.872 ekor atau 49 persen. “Menurunnya populasi ini terkait dengan jumlah kelahiran, kematian, pemotongan, pemasukan, dan pengeluaran. Tak kalah penting, minat dan kemampuan peternak dalam mengembangkan usahanya,” kata Swadiana.
“Selain itu, di daerah Kuta Selatan yang dulunya cukup banyak peternakan, kini dialihfungsikan untuk akomodasi pariwisata, sehingga populasi ayam buras dari daerah ini juga merosot. Ini juga mempengaruhi,” imbuhnya. *asa
Komentar