Diusulkan Tangkil Bergilir Sesuai Jadwal Upacara Nganyarin Pemerintah Kabupaten
Solusi Hindari Kemacetan Kendaraan Pamedek ke Besakih
AMLAPURA, NusaBali
Membludaknya pamedek Karya Agung Panca Walikrama di Pura Besakih, Desa Pakraman Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem hingga terjadi kemacetan ken-daraan sepanjang 10 kilometer, Minggu (31/3), membuat berbagai kalangan berusaha tawarkan solusi. Salah satu solusi yang ditawarkan, pamedek dari kabupaten/kota diatur tangkil ke Pura Besakih saat pemerintah setempat dapat jadwal melaksanakan upacara nganyarin.
Solusi ini, antara lain, ditawarkan Ketua PHDI Karangasem, Ni Nengah Rustini, kepada NusaBali di Amlapura, Minggu sore. Nengah Rustini mengingatkan pamedek tidak semata pilih tangkil ke Pura Besakih saat hari libur. Selain itu, krama Bali (Hindu) dari 9 kabupaten/kota se-Bali lebih baik tangkil ke Pura Besakih bergiliran, menyesuaikan dengan upacara nganyarin yang dilakukan Pemkab/Pemkot bersangkutan.
"Umat sedharma di Bali sebaiknya ikut Pemkab/Pemkot masing-masing saat menggelar upacara nganyarin di Pura Besakih, sehingga kemacetan lalulintas bisa diminimalkan," pinta Nengah Rustini.
Imbauan senada juga disampaikan Camat Rendang, I Wayan Mastra. "Pemkab/Pemkot se-Bali kita harapkan mengimbau umat di daerahnya agar bersama-sama melakukan persembahyangan saat menggelar upacara penganyar di Pura Besakih,” jelas Camat Wayan Mastra.
Hal ini diamini oleh Bupati Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumatri. "Nanti kami evaluasi tata cara melakukan persembahyangan ke Pura Besakih, kami akan bicarakan dengan segenap panitia karya," tandas Bupati Mas Sumatri yang dikonfirmasi NusaBali secara terpisah.
Sementara itu, Ketua PHDI Provinsi Bali, Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana MSi, me-ngatakan sesungguhnya telah dibuatkan bakti penganyar secara bergiliran dari masing-masing kabupaten/kota se-Bali. Namun, antusiasme pamedek yang tangkil di hari libur, seperti Sabtu dan Minggu, tidak bisa dihindari.
“Sudah ada jadwal bakti penganyar yang kita sepakati. Itu kan sebenarnya sudah ‘me-mbatasi’ pamedek setiap harinya, sehingga tidak membeludak seperti ini. Tapi, kadang-kadang pamedek secara sendiri-sendiri juga cari timing yang pas untuk sembahyang ke Pura Besakih. Misalnya, cari waktu libur biar bisa bersama-sama keluarga,” ujar Prof Sudiana di Denpasar, Minggu sore.
Soal bakti pengayar ini, menurut Prof Sudiana, mungkin saja informasinya tidak sampai ke lapangan, sehingga membuat pamedek numplek dalam satu hari. Bisa juga pamedek yang memang berkeinginan sembahyang pada hari tertentu, apalagi momennya hari libur. Numpleknya pamedek Minggu kemarin, kata dia, sama dengan pengalaman Karya Agung Panca Walikrama di Pura Besakih tahun 2009 silam.
“Pengalaman Panca Walikrama saat ini juga sama seperti 10 tahun sebelumnya. Pamedek kebanyakan cari timing yang pas, misalnya hari Sabtu dan Minggu, saat mereka sudah selesai bekerja. Kami sudah terus berkoordinasi dengan panitia di Pura Besakih, karena mereka yang lebih tahu kondisi di lapangan,” papar tokoh lembaga umat yang juga Rektor IHDN Denpasar ini.
Soal arus lalulintas, kata Prof Sudiana, diserahkan sepenuhnya kepada Dinas Per-hubungan dan Polres Karangasem. Pihaknya juga dari dulu menyampaikan supaya ada simulasi lalulintas dan dievaluasi terus. “Pengalaman 10 tahun lalu, macetnya juga seperti itu. Dalam rapat-rapat berbagai sektor ini selalu ditekankan. Yang lebih tahu di lapangan sebenarnya Dinas Perhubungan dan Polres Karangasem,” katanya.
Prof Sudiana pun berharap dari sisi arus lalulintas juga disimulasikan, agar tidak ada yang kemacetan yang luar biasa. “Mungkin mereka (kepolisian dan Dinas Perhubungan, Red) juga kelabakan, karena pamedek terlalu banyak,” tandas Prof Sudiana.
Jumlah pamadeg memang betul-betul membludak, Minggu kemaein. Antrean mobil pamadek bahkan sempat mengular sepanjang 10 kilometer dari Objek Wisata Bukit Jambul, Desa Pesaban (Kecamatan Rendang) hingga ke Pura Besakih (arah utara), sejak pagi pukul 05.30 Wita.
Itu merupakan kemacetan terparah selama digelarnya rangkaian Karya Agung Panca Walikrama di Pura Besakih, sejak sebulan lalu. Selama ini, setiap akhir pekan yakni Sabtu dan Minggu, memang rutin terjadi kepadatan pamedek ke Pura Besakih. Namun, antrean mobil pamedek biasanya mengular maksimal sepanjang 4 kilometer dari Desa Menanga (Kecamatan Rendang) hingga ke Pura Besakih.
Meski arus lalulintas sudah diatur sedemikian rupa, kemacetan kendaraan pamedek tetap saja terjadi hingga sore pukul 16.00 Wita. Sore itu, antrean bergeser ke depan Pasar Senggol Desa Menanga, Kecamatan Rendang menuju Pura Besakih
Saking kroditnya lalulintas, bahkan ada rombongan pamadek dari Kota Denpasar yang pulang pergi ke Pura Besakih hingga menelan waktu 21 jam. Mereka berangkat dari Denpasar, Minggu pagi pukul 06.00 Wita dan baru kebagian parkir di sekitar Pura Besakih malam pukul 20.00 Wita. Karena sebahyang juga harus antre, mereka baru riba kembali ke rumahnya di Denpasar, Senin (1/4) dinihari pukul 03.00 Wita. *k16,ind
Solusi ini, antara lain, ditawarkan Ketua PHDI Karangasem, Ni Nengah Rustini, kepada NusaBali di Amlapura, Minggu sore. Nengah Rustini mengingatkan pamedek tidak semata pilih tangkil ke Pura Besakih saat hari libur. Selain itu, krama Bali (Hindu) dari 9 kabupaten/kota se-Bali lebih baik tangkil ke Pura Besakih bergiliran, menyesuaikan dengan upacara nganyarin yang dilakukan Pemkab/Pemkot bersangkutan.
"Umat sedharma di Bali sebaiknya ikut Pemkab/Pemkot masing-masing saat menggelar upacara nganyarin di Pura Besakih, sehingga kemacetan lalulintas bisa diminimalkan," pinta Nengah Rustini.
Imbauan senada juga disampaikan Camat Rendang, I Wayan Mastra. "Pemkab/Pemkot se-Bali kita harapkan mengimbau umat di daerahnya agar bersama-sama melakukan persembahyangan saat menggelar upacara penganyar di Pura Besakih,” jelas Camat Wayan Mastra.
Hal ini diamini oleh Bupati Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumatri. "Nanti kami evaluasi tata cara melakukan persembahyangan ke Pura Besakih, kami akan bicarakan dengan segenap panitia karya," tandas Bupati Mas Sumatri yang dikonfirmasi NusaBali secara terpisah.
Sementara itu, Ketua PHDI Provinsi Bali, Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana MSi, me-ngatakan sesungguhnya telah dibuatkan bakti penganyar secara bergiliran dari masing-masing kabupaten/kota se-Bali. Namun, antusiasme pamedek yang tangkil di hari libur, seperti Sabtu dan Minggu, tidak bisa dihindari.
“Sudah ada jadwal bakti penganyar yang kita sepakati. Itu kan sebenarnya sudah ‘me-mbatasi’ pamedek setiap harinya, sehingga tidak membeludak seperti ini. Tapi, kadang-kadang pamedek secara sendiri-sendiri juga cari timing yang pas untuk sembahyang ke Pura Besakih. Misalnya, cari waktu libur biar bisa bersama-sama keluarga,” ujar Prof Sudiana di Denpasar, Minggu sore.
Soal bakti pengayar ini, menurut Prof Sudiana, mungkin saja informasinya tidak sampai ke lapangan, sehingga membuat pamedek numplek dalam satu hari. Bisa juga pamedek yang memang berkeinginan sembahyang pada hari tertentu, apalagi momennya hari libur. Numpleknya pamedek Minggu kemarin, kata dia, sama dengan pengalaman Karya Agung Panca Walikrama di Pura Besakih tahun 2009 silam.
“Pengalaman Panca Walikrama saat ini juga sama seperti 10 tahun sebelumnya. Pamedek kebanyakan cari timing yang pas, misalnya hari Sabtu dan Minggu, saat mereka sudah selesai bekerja. Kami sudah terus berkoordinasi dengan panitia di Pura Besakih, karena mereka yang lebih tahu kondisi di lapangan,” papar tokoh lembaga umat yang juga Rektor IHDN Denpasar ini.
Soal arus lalulintas, kata Prof Sudiana, diserahkan sepenuhnya kepada Dinas Per-hubungan dan Polres Karangasem. Pihaknya juga dari dulu menyampaikan supaya ada simulasi lalulintas dan dievaluasi terus. “Pengalaman 10 tahun lalu, macetnya juga seperti itu. Dalam rapat-rapat berbagai sektor ini selalu ditekankan. Yang lebih tahu di lapangan sebenarnya Dinas Perhubungan dan Polres Karangasem,” katanya.
Prof Sudiana pun berharap dari sisi arus lalulintas juga disimulasikan, agar tidak ada yang kemacetan yang luar biasa. “Mungkin mereka (kepolisian dan Dinas Perhubungan, Red) juga kelabakan, karena pamedek terlalu banyak,” tandas Prof Sudiana.
Jumlah pamadeg memang betul-betul membludak, Minggu kemaein. Antrean mobil pamadek bahkan sempat mengular sepanjang 10 kilometer dari Objek Wisata Bukit Jambul, Desa Pesaban (Kecamatan Rendang) hingga ke Pura Besakih (arah utara), sejak pagi pukul 05.30 Wita.
Itu merupakan kemacetan terparah selama digelarnya rangkaian Karya Agung Panca Walikrama di Pura Besakih, sejak sebulan lalu. Selama ini, setiap akhir pekan yakni Sabtu dan Minggu, memang rutin terjadi kepadatan pamedek ke Pura Besakih. Namun, antrean mobil pamedek biasanya mengular maksimal sepanjang 4 kilometer dari Desa Menanga (Kecamatan Rendang) hingga ke Pura Besakih.
Meski arus lalulintas sudah diatur sedemikian rupa, kemacetan kendaraan pamedek tetap saja terjadi hingga sore pukul 16.00 Wita. Sore itu, antrean bergeser ke depan Pasar Senggol Desa Menanga, Kecamatan Rendang menuju Pura Besakih
Saking kroditnya lalulintas, bahkan ada rombongan pamadek dari Kota Denpasar yang pulang pergi ke Pura Besakih hingga menelan waktu 21 jam. Mereka berangkat dari Denpasar, Minggu pagi pukul 06.00 Wita dan baru kebagian parkir di sekitar Pura Besakih malam pukul 20.00 Wita. Karena sebahyang juga harus antre, mereka baru riba kembali ke rumahnya di Denpasar, Senin (1/4) dinihari pukul 03.00 Wita. *k16,ind
Komentar