Tenun Endek-Songket Buleleng Dibukukan
Jamin Kelestarian, Tiga Motif Endek Khas Buleleng Dipatenkan
SINGARAJA, NusaBali
Catatan sejarah terkait kerajinan tenun Endek dan Songket khas Buleleng telah dibukukan oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (DADP) Kabupaten Buleleng. Buku berjudul ‘Membangkitkan Endek dan Songket Buleleng’, yang membahas tentang perkembangan kerajinan tenun Endek dan Songket khas Buleleng, serta sentra-sentra pertenunan dan upaya strategis pemerintah dalam pelestariannya ini dibedah di Gedung Wanita Laksmi Graha Singajara, Senin (1/4).
Buku ‘Membangkitkan Endek dan Songket Buleleng’ tersebut dibedah oleh Kadek Sonia Piscayanti, seorang akademisi dan sastrawan. Dalam acara bedah buku kemarin, dihadirkan dua narasumber yakni I Gusti Ayu Aries Sujati Suradnyana (Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah/Dekranasda Buleleng) dan I Ketut Rajin (perajin Endek dan Songket Buleleng asal Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Buleleng).
Buku setebal 116 halaman itu menggambarkan sejarah kerajinan tenun Endek dan Songket Buleleng, yang diperkirakan sudah ada sejak abad VII. Perajin tenun Endek dan Songket tertua ada di Kelurahan Beratan, Kecamatan Buleleng, yang juga terkenal dengan produksi kerajinan emas dan peraknya. Perajin tenun Endek dan Songket Beratan pun disebut-sebut sebagai perajin Kerajaan Buleleng masa itu. Produksi tenun mereka menyuplai kebutuhan kain dan pakaian keluarga kerajaan.
Seiring perkembanganan zaman, kerajinan tenun Endek dan Songket khas Beratan pun berkembang ke kawasan lainnya, seperti Desa Jineng Dalem (Kecamatan Buleleng), Desa Sinabun (Kecamatan Sawan, Buleleng), Desa Pacung (Kecamatan Tejakula, Buleleng), Desa Sembiran (Kecamatan Tejakula, Buleleng), Desa Bondalem (Kecamatan Tejakula, Buleleng), dan Desa Kalianget (Kecamatan Seririt, Buleleng). Sejumlah perajin tenun Endek dan Songket khas Buleleng memiliki ciri khas dan pangsa pasar tersendiri. Hingga saat ini, ada puluhan motif tenun Endek dan Songket Buleleng.
Menurut Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Buleleng, Ni Made Sukarmini, pembuatan buku terkait kerajinan tenun Endek dan Songket khas Buleleng ini merupakan upaya pemerintah mencatatkan dan mendokumentasikan keterampilan dan kerajinan yang ada di Gumi Panji Sakti. “Selama ini, koleksi perpustakaan terkait kearifan lokal Buleleng sangat terbatas. Tak hanya keterampilan dan kerajinan, bahkan cerita rakyat dan tokoh penting dan pahlawan pun terbatas. Padahal, Buleleng punya itu semua,” tandas Sukarmini.
Langkah pertama dimulai dari kerajinan tenun Endek dan Songket khas Buleleng, selanjutnya akan disusul ke bidang dan sektor lainnya. Buku Membangkitkan Endek dan Songket Buleleng’ yang dibuat DAPD Buleleng ini pun diharapkan dapat mengedukasi generasi muda dan tamu yang berkunjung ke Bali Utara.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Buleleng, I Gusti Ayu Aries Sujati Suradnyana, mengatakan pihaknya ingin mengembangkan Songket untuk fashion. Hanya saja, istri Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana ini tidak menampik jika untuk mencapai hal itu, tidaklah mudah. Menurut dia, sejauh ini produksi tenun Songket masih terkendala soal ukuran yang satu lembarnya ada sambungan dua bagian.
“Memang belum bisa satu lembar tanpa sambungan. Kami ingin kembangkan itu, sementara pengembangan baru Songket yang lebih nyaman karena berbahan sutra sehingga lebih lembut dan nyaman dipakai,” kata Aries Sujati.
Aries Sujati juga berharap ke depannya motif tenun Endek dan Songket Buleleng tidak lagi didompleng oleh kain bordir cetakan Jawa. “Kalau bordir mau pakai motif tenun Endek dan Songket, jangan pakai motif perajin di Buleleng, apalagi dijual dengan harga murah,” kata Aries Sujati yang juga caled DPRD Bali dari PDIP Dapil Buleleng di Pileg 2019.
Aier Sujati menyebutkan, perajin tenun tenun Endek dan Songket di Buleleng terus berinovasi dnegan ciptaan motif baru. Misalnya, motif modifikasi Endek dengan Songket atau Songket dengan jumputan. Terkait pemasyrakatan kain tenun Endek di Buleleng, kata dia, Dekranasda akan menggandeng desainer. Nantinya, sejumlah event pengenalan kain Endek yang tak hanya dipakai baju kantoran, tapi juga ditampilkan dalam desain busana pesta. Aries Sujati menargetkan ke depannya akan menyasar generasi muda menggunakan kain Endek dalam busana kasual. “Sasarannya nanti anak muda dengan mode kasual, pakaian santai mereka bisa gunakan kain Endek,” katanya.
Sementara, dalam bedah buku yang dihadiri oleh perwakilan desa, sekolah, dan OPD lingkup Pemkab Buleleng, Senin kemarin, juga dikuak fakta tiga motif Endek khas Buleleng sudah dipatenkan oleh pertenunan Arta Dharma di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, milik I Ketut Rajin. Tiga motif itu masing-masing Singa Ambara Raja, Kristal Airbrush, dan Jalak Bali. Pematenan motif Endek yang sudah mendapatkan surat pencatatan ciptaan dari Kemenkum HAM itu dilakukan untuk pelestarian motif endek khas Buleleng. Selain itu, juga untuk menghidari penjiplakan motif oleh pengusaha terutama kain Endek hasil cetakan mesin.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana menyatakan, buku tentang tenun tenun Endek dan Songket Buleleng merupakan langkah awal pelestarian dan capaian kegiatan berkesenian, kebudyaaan, dan kerajian. Bupati Agus Suradnyana mengaku segera akan memetakan kerajinan lainnya di Buleleng, seperti Wayang Kaca Nagasepaha, Kerajinan Perak, Bokor, dan Gong dengan ciri khas Buleleng.
“Seluruh kerajinan di Buleleng coba dipetakan, erabolari dengan baik, semua bisa terwakili dengan sesuatu yang menarik. Biar tidak kabur, maka ditulis bukunya. Selama ini, kesannya di Buleleng tidak ada kerajinan, padahal kerajinan kita luar biasa,” tegas Bupati Agus Suradnyana saat membuka acara bedah buku ‘Membangkitkan Endek dan Songket Buleleng’, Senin kemarin.
Menurut Agus Suradnyana, kerajinan yang dibukukan itu dapat dijadikan cenderamata bagi tamu yang datang ke Buleleng. “Jadi, tidak hanya menginformasi dan mengedukasi, tapi juga memberikan peluang promosi,” jelas Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng ini.
Agus Suradnyana menyebutkan, pemerintah sudah melakukan showing aplikasi berpakaian kantor, yakni pemakaian Endek setiap Kamis. Hal tersebut memberikan gairah kepada perajin untuk peningkatan produksinya. Agus Suradnyana juga akan mencarikan solusi terkait motif tenun Endek dan Songket Buleleng yang ditemui dalam produksi cetakan mesin. Slaah satunya, menfasilitasi pematenan ciptaan motif oleh perajin di Buleleng, hingga pembuatan aturan dan regulasi. *k23
Catatan sejarah terkait kerajinan tenun Endek dan Songket khas Buleleng telah dibukukan oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (DADP) Kabupaten Buleleng. Buku berjudul ‘Membangkitkan Endek dan Songket Buleleng’, yang membahas tentang perkembangan kerajinan tenun Endek dan Songket khas Buleleng, serta sentra-sentra pertenunan dan upaya strategis pemerintah dalam pelestariannya ini dibedah di Gedung Wanita Laksmi Graha Singajara, Senin (1/4).
Buku ‘Membangkitkan Endek dan Songket Buleleng’ tersebut dibedah oleh Kadek Sonia Piscayanti, seorang akademisi dan sastrawan. Dalam acara bedah buku kemarin, dihadirkan dua narasumber yakni I Gusti Ayu Aries Sujati Suradnyana (Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah/Dekranasda Buleleng) dan I Ketut Rajin (perajin Endek dan Songket Buleleng asal Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Buleleng).
Buku setebal 116 halaman itu menggambarkan sejarah kerajinan tenun Endek dan Songket Buleleng, yang diperkirakan sudah ada sejak abad VII. Perajin tenun Endek dan Songket tertua ada di Kelurahan Beratan, Kecamatan Buleleng, yang juga terkenal dengan produksi kerajinan emas dan peraknya. Perajin tenun Endek dan Songket Beratan pun disebut-sebut sebagai perajin Kerajaan Buleleng masa itu. Produksi tenun mereka menyuplai kebutuhan kain dan pakaian keluarga kerajaan.
Seiring perkembanganan zaman, kerajinan tenun Endek dan Songket khas Beratan pun berkembang ke kawasan lainnya, seperti Desa Jineng Dalem (Kecamatan Buleleng), Desa Sinabun (Kecamatan Sawan, Buleleng), Desa Pacung (Kecamatan Tejakula, Buleleng), Desa Sembiran (Kecamatan Tejakula, Buleleng), Desa Bondalem (Kecamatan Tejakula, Buleleng), dan Desa Kalianget (Kecamatan Seririt, Buleleng). Sejumlah perajin tenun Endek dan Songket khas Buleleng memiliki ciri khas dan pangsa pasar tersendiri. Hingga saat ini, ada puluhan motif tenun Endek dan Songket Buleleng.
Menurut Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Buleleng, Ni Made Sukarmini, pembuatan buku terkait kerajinan tenun Endek dan Songket khas Buleleng ini merupakan upaya pemerintah mencatatkan dan mendokumentasikan keterampilan dan kerajinan yang ada di Gumi Panji Sakti. “Selama ini, koleksi perpustakaan terkait kearifan lokal Buleleng sangat terbatas. Tak hanya keterampilan dan kerajinan, bahkan cerita rakyat dan tokoh penting dan pahlawan pun terbatas. Padahal, Buleleng punya itu semua,” tandas Sukarmini.
Langkah pertama dimulai dari kerajinan tenun Endek dan Songket khas Buleleng, selanjutnya akan disusul ke bidang dan sektor lainnya. Buku Membangkitkan Endek dan Songket Buleleng’ yang dibuat DAPD Buleleng ini pun diharapkan dapat mengedukasi generasi muda dan tamu yang berkunjung ke Bali Utara.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Buleleng, I Gusti Ayu Aries Sujati Suradnyana, mengatakan pihaknya ingin mengembangkan Songket untuk fashion. Hanya saja, istri Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana ini tidak menampik jika untuk mencapai hal itu, tidaklah mudah. Menurut dia, sejauh ini produksi tenun Songket masih terkendala soal ukuran yang satu lembarnya ada sambungan dua bagian.
“Memang belum bisa satu lembar tanpa sambungan. Kami ingin kembangkan itu, sementara pengembangan baru Songket yang lebih nyaman karena berbahan sutra sehingga lebih lembut dan nyaman dipakai,” kata Aries Sujati.
Aries Sujati juga berharap ke depannya motif tenun Endek dan Songket Buleleng tidak lagi didompleng oleh kain bordir cetakan Jawa. “Kalau bordir mau pakai motif tenun Endek dan Songket, jangan pakai motif perajin di Buleleng, apalagi dijual dengan harga murah,” kata Aries Sujati yang juga caled DPRD Bali dari PDIP Dapil Buleleng di Pileg 2019.
Aier Sujati menyebutkan, perajin tenun tenun Endek dan Songket di Buleleng terus berinovasi dnegan ciptaan motif baru. Misalnya, motif modifikasi Endek dengan Songket atau Songket dengan jumputan. Terkait pemasyrakatan kain tenun Endek di Buleleng, kata dia, Dekranasda akan menggandeng desainer. Nantinya, sejumlah event pengenalan kain Endek yang tak hanya dipakai baju kantoran, tapi juga ditampilkan dalam desain busana pesta. Aries Sujati menargetkan ke depannya akan menyasar generasi muda menggunakan kain Endek dalam busana kasual. “Sasarannya nanti anak muda dengan mode kasual, pakaian santai mereka bisa gunakan kain Endek,” katanya.
Sementara, dalam bedah buku yang dihadiri oleh perwakilan desa, sekolah, dan OPD lingkup Pemkab Buleleng, Senin kemarin, juga dikuak fakta tiga motif Endek khas Buleleng sudah dipatenkan oleh pertenunan Arta Dharma di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, milik I Ketut Rajin. Tiga motif itu masing-masing Singa Ambara Raja, Kristal Airbrush, dan Jalak Bali. Pematenan motif Endek yang sudah mendapatkan surat pencatatan ciptaan dari Kemenkum HAM itu dilakukan untuk pelestarian motif endek khas Buleleng. Selain itu, juga untuk menghidari penjiplakan motif oleh pengusaha terutama kain Endek hasil cetakan mesin.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana menyatakan, buku tentang tenun tenun Endek dan Songket Buleleng merupakan langkah awal pelestarian dan capaian kegiatan berkesenian, kebudyaaan, dan kerajian. Bupati Agus Suradnyana mengaku segera akan memetakan kerajinan lainnya di Buleleng, seperti Wayang Kaca Nagasepaha, Kerajinan Perak, Bokor, dan Gong dengan ciri khas Buleleng.
“Seluruh kerajinan di Buleleng coba dipetakan, erabolari dengan baik, semua bisa terwakili dengan sesuatu yang menarik. Biar tidak kabur, maka ditulis bukunya. Selama ini, kesannya di Buleleng tidak ada kerajinan, padahal kerajinan kita luar biasa,” tegas Bupati Agus Suradnyana saat membuka acara bedah buku ‘Membangkitkan Endek dan Songket Buleleng’, Senin kemarin.
Menurut Agus Suradnyana, kerajinan yang dibukukan itu dapat dijadikan cenderamata bagi tamu yang datang ke Buleleng. “Jadi, tidak hanya menginformasi dan mengedukasi, tapi juga memberikan peluang promosi,” jelas Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng ini.
Agus Suradnyana menyebutkan, pemerintah sudah melakukan showing aplikasi berpakaian kantor, yakni pemakaian Endek setiap Kamis. Hal tersebut memberikan gairah kepada perajin untuk peningkatan produksinya. Agus Suradnyana juga akan mencarikan solusi terkait motif tenun Endek dan Songket Buleleng yang ditemui dalam produksi cetakan mesin. Slaah satunya, menfasilitasi pematenan ciptaan motif oleh perajin di Buleleng, hingga pembuatan aturan dan regulasi. *k23
Komentar