Telek Massal Meriahkan Festival Semarapura IV
Pemkab Klungkung akan mementaskan Tari Telek massal khas Jumpai, Klungkung dengan 2019 penari, mengikuti angka tahun 2019
SEMARAPURA, NusaBali
Pentas ini serangkaian Festival Semarapura IV, April 2019. Panarinya 90 persen dari kalangan siswi SMP dan SMA/SMK dan penari pokok dari Desa Jumpai.
"Kekhasan Telek Jumpai pada gerakan kipas dengan malpal ngegol lebih cepat dari Telek biasa,’’ ujar Ketua Listibya (Majelis Pertimbangan Kebudayaan) Klungkung I Dewa Gede Alit Saputra, selaku koordinator dan penata pentas, Rabu (3/4). Para penari yang sudah dipilih di masing-masing sekolah sudah mulai latihan, diawali pembekalan kepada guru kesenian di sekolah. Tentu latihan ini dengan tidak menggangu pelajaran di sekolah. Setelah persiapan matang mereka akan gladi bersama untuk mencari formasi di Catus Pata Kota Semarapura, Klungkung. "Latihan setiap hari ada yang mengambil pagi ada yang mengambil siang. Kapan pun mereka sempat, mereka langsung latihan di masing-masing sekolah," ujarnya.
Jelas Dewa Alit, tim di lapangan juga sudah diinstruksikan untuk mengecek kesiapan masing-masing sekolah. Untuk gladi bersih bersama masih mencari waktu yang pas, sesuai rapat dilakukan rencanakan H-1 atau 27 April 2019. "Tariannya klasik dan tidak terlalu rumit yang jadi pemikiran saya selaku koordinator dan menata pentasnya nanti di lapangan tentu harus memutar otak melibatkan ribuan penari," ujarnya.
Akan tetapi berangkat dari pengalaman beberapa tahun sebelumnya, di mana mengkemas ribuan Tari Pendet massal, kemudian pernah juga Rejang Renteng secara massal. "Jadi dengan pengalaman itu rasanya tidak akan mengalami kendala signifikan," katanya.
Ketika pentas Telek dengan busana lengkap itu hanya diwakili telek yang asli dari Desa Jumpai sekitar 20 orang. Kemudian dilapisi dengan penari yang lain sekitar 120 orang, menjadi 140 orang. Sisanya dibagi menjadi 4 arah mata angin atau empat lawa, arah utara, timur selatan, dan barat rencananya menggunakan gaya busana sesaputan. Jadi dengan kain sederhana sesaputan mengikuti warna dengan kesucian titik-titik itu. Kalau utara kainnya berbusana hitam, timur berwarna putih yang selatan berwarna merah dan barat berwarna kuning.
Pemkab Klungkung menggelar Festival Semarapura IV, April 2019. Untuk mematangkan persiapan, panitia menggelar rapat di ruang Praja Mandala Kantor Bupati Klungkung, Senin (18/3).
Rapat dipimpin Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, didampingi Wakil Bupati Klungkung I Made Kasta, Kepala Dinas Pariwisata Klungkung I Nengah Sukasta dan lainnya. Salah satu ikon yang dipentaskan dalam Festival Semarapura IV yakni Tari Telek massal ini. Jumlah ini sesuai angka tahun ini, 2019. Tari Telek khas Desa Jumpai sempat dipentaskan di depan Monumen Puputan Klungkung dalam event Klungkung Menari, beberapa waktu lalu. Tari Telek Jumpai berkembang sekitar tahun 1935 hingga sekarang. Ketika dipentaskan saat upacara keagamaan di Desa Jumpai, Tari Telek ini biasanya dibawakan empat penari dan penarinya boleh laki-laki ataupun perempuan, yang terpenting masih anak-anak. *wan
"Kekhasan Telek Jumpai pada gerakan kipas dengan malpal ngegol lebih cepat dari Telek biasa,’’ ujar Ketua Listibya (Majelis Pertimbangan Kebudayaan) Klungkung I Dewa Gede Alit Saputra, selaku koordinator dan penata pentas, Rabu (3/4). Para penari yang sudah dipilih di masing-masing sekolah sudah mulai latihan, diawali pembekalan kepada guru kesenian di sekolah. Tentu latihan ini dengan tidak menggangu pelajaran di sekolah. Setelah persiapan matang mereka akan gladi bersama untuk mencari formasi di Catus Pata Kota Semarapura, Klungkung. "Latihan setiap hari ada yang mengambil pagi ada yang mengambil siang. Kapan pun mereka sempat, mereka langsung latihan di masing-masing sekolah," ujarnya.
Jelas Dewa Alit, tim di lapangan juga sudah diinstruksikan untuk mengecek kesiapan masing-masing sekolah. Untuk gladi bersih bersama masih mencari waktu yang pas, sesuai rapat dilakukan rencanakan H-1 atau 27 April 2019. "Tariannya klasik dan tidak terlalu rumit yang jadi pemikiran saya selaku koordinator dan menata pentasnya nanti di lapangan tentu harus memutar otak melibatkan ribuan penari," ujarnya.
Akan tetapi berangkat dari pengalaman beberapa tahun sebelumnya, di mana mengkemas ribuan Tari Pendet massal, kemudian pernah juga Rejang Renteng secara massal. "Jadi dengan pengalaman itu rasanya tidak akan mengalami kendala signifikan," katanya.
Ketika pentas Telek dengan busana lengkap itu hanya diwakili telek yang asli dari Desa Jumpai sekitar 20 orang. Kemudian dilapisi dengan penari yang lain sekitar 120 orang, menjadi 140 orang. Sisanya dibagi menjadi 4 arah mata angin atau empat lawa, arah utara, timur selatan, dan barat rencananya menggunakan gaya busana sesaputan. Jadi dengan kain sederhana sesaputan mengikuti warna dengan kesucian titik-titik itu. Kalau utara kainnya berbusana hitam, timur berwarna putih yang selatan berwarna merah dan barat berwarna kuning.
Pemkab Klungkung menggelar Festival Semarapura IV, April 2019. Untuk mematangkan persiapan, panitia menggelar rapat di ruang Praja Mandala Kantor Bupati Klungkung, Senin (18/3).
Rapat dipimpin Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, didampingi Wakil Bupati Klungkung I Made Kasta, Kepala Dinas Pariwisata Klungkung I Nengah Sukasta dan lainnya. Salah satu ikon yang dipentaskan dalam Festival Semarapura IV yakni Tari Telek massal ini. Jumlah ini sesuai angka tahun ini, 2019. Tari Telek khas Desa Jumpai sempat dipentaskan di depan Monumen Puputan Klungkung dalam event Klungkung Menari, beberapa waktu lalu. Tari Telek Jumpai berkembang sekitar tahun 1935 hingga sekarang. Ketika dipentaskan saat upacara keagamaan di Desa Jumpai, Tari Telek ini biasanya dibawakan empat penari dan penarinya boleh laki-laki ataupun perempuan, yang terpenting masih anak-anak. *wan
1
Komentar