Siswa SMPN 1 Singaraja Raih ‘The Best Speaker’ di Singapura
I Made Dicky Wiryanatha Putra, 14, siswa kelas VIII SMPN 1 Singaraja berhasil meraih predikat sebagai The Best Speaker dalam General Assembly Conference yang dilaksanakan oleh School Chinese Dirl’s Model United Nation (SCMUN) di Singapura
SINGARAJA, NusaBali
Dicky merupakan satu dari delapan peserta konferensi internasional yang berhasil meraih predikat terbaik. Prestasi membanggakan itu diraih Dicky setelah menaklukkan hati dewan juri dengan pemaparan di hadapan puluhan peserta konferensi dari berbagai negara tetangga, seperti India, Korea, Singapura.
SMPN 1 Singaraja yang mengikuti kegiatan konferensi internasional ke empat kalinya ini berawal dari kerjasama internasional yang dijalin SMPN 1 Singaraja dengan SCMUN. Di tahun 2019, SMPN 1 Singaraja dengan komitmennya kembali mengirimkan enam orang delegasi untuk mengikuti konferensi itu.
Kepala SMPN 1 Singaraja, Dra Ni Putu Karnadhi MSi, ditemui Rabu (3/4) kemarin mengaku sempat tidak menyangka salah satu siswanya akan mendapatkan penghargaan. Hal itu didasari karena enam siswanya yang dikirim belum berpengalaman dan masih kelas VII dan VIII. Sementara peserta delegasi lainnya yang ikut serta selain dari SMP sederajat juga dari jenjang SMA hingga Perguruan Tinggi. Khusus di Indonesia, SMPN 1 Singaraja mewakili Indonesia bersama SMAN 1 Bogor.
“Kami sudah ikut dan megirim delegasi di ajang ini sudah empat kali semenjak ada Rancangan Sekolah berstandar Internasional (RSBI) hingga sekarang. Kemarin tidak menyangka juga, karena tim ini adalah tim kedua, sedangkan tim intinya yang sudah pengalaman tidak jadi berangkat karena terbentur jadwal gladi UNBK,” terang Karnadhi.
Dalam konferensi yang berlangsung sejak tanggal 19-22 Maret, enam delegasi SMPN 1 Singaraja sudah dibagi dan menyebar dengan peserta lainnya menjadi satu kelompok. Mereka dalam konferensi yang mendekati sistem konferensi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) itu sudah disibukkan dengan persiapan materi debat selama tiga hari.
Mereka di masing-masing kelompok sudah diberikan tema dan ditugaskan untuk menyusun deskripsi pemaparan materi yang akan mereka sampaikan secara personal. Selanjutnya dalam konferensi pemandu akan menunjuk secara individu untuk mempresentasikan pendapat mereka di hadapan peserta konferensi.
Kebetulan saat itu Dicky, mendapatkan kesempatan emas menunjukkan kemampuannya. Remaja kelahiran 25 Maret 2005 itu membawakan isu terkini terkait perkembangan negara di Internasional saat ini.
Di hadapan peserta dan panitia sata itu ia membawakan dengan santai, tenang dan pengucapan Bahasa Inggris yang dapat dipahami oleh seluruh peserta. Bahkan saat mendapat sanggahan dari peserta lain yang jenjang pendidikannya lebih tinggi, Dicky dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Hingga pada akhir konferensi tanggal 22 Maret lalu ia dinobatkan sebagai The Best Speaker dari delapan penghargaan yang dirilis dalam ajang bergengsi itu.
Anak kedua dari tiga bersaudara pasnagan I Nyoman Mas Arya Wirawan SE dan Kadek Juniari SE itu saat dihubungi melalui pesan singkat, mengaku sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelum ikut konferensi. Kemampuan berbahasa Inggrisnya pun dilatih terus di sekolah oleh guru pembina dan juga les tambahan di luar sekolah. Milenial penghobi olahraga tenis ini juga mengaku rajin mencari informasi terkait negara-negara di dunia untuk menjadi referensi bahan presentasinya.
“Persiapannya hanya banyak baca terus buat position paper tentang negara-negara yang sudah ditugaskan panitia dan juga pidato juga latihan mental,” kata Dicky.
Bocah asal Desa Pengelatan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini pun mengaku mendapat sedikit hambatan dalam memahami apa yang mereka bicarakan terkait pelafalan bahasa Inggris dari masing-masing negara berbeda. Beruntung hambatan yang ditemuinya saat mendapat kesempatan berbicara dapat diatasi sehingga ia mampu mempersembahkan yang terbaik untuk keluarga, sekolah, Buleleng, Bali, Indonesia pada umumnya. *k23
SMPN 1 Singaraja yang mengikuti kegiatan konferensi internasional ke empat kalinya ini berawal dari kerjasama internasional yang dijalin SMPN 1 Singaraja dengan SCMUN. Di tahun 2019, SMPN 1 Singaraja dengan komitmennya kembali mengirimkan enam orang delegasi untuk mengikuti konferensi itu.
Kepala SMPN 1 Singaraja, Dra Ni Putu Karnadhi MSi, ditemui Rabu (3/4) kemarin mengaku sempat tidak menyangka salah satu siswanya akan mendapatkan penghargaan. Hal itu didasari karena enam siswanya yang dikirim belum berpengalaman dan masih kelas VII dan VIII. Sementara peserta delegasi lainnya yang ikut serta selain dari SMP sederajat juga dari jenjang SMA hingga Perguruan Tinggi. Khusus di Indonesia, SMPN 1 Singaraja mewakili Indonesia bersama SMAN 1 Bogor.
“Kami sudah ikut dan megirim delegasi di ajang ini sudah empat kali semenjak ada Rancangan Sekolah berstandar Internasional (RSBI) hingga sekarang. Kemarin tidak menyangka juga, karena tim ini adalah tim kedua, sedangkan tim intinya yang sudah pengalaman tidak jadi berangkat karena terbentur jadwal gladi UNBK,” terang Karnadhi.
Dalam konferensi yang berlangsung sejak tanggal 19-22 Maret, enam delegasi SMPN 1 Singaraja sudah dibagi dan menyebar dengan peserta lainnya menjadi satu kelompok. Mereka dalam konferensi yang mendekati sistem konferensi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) itu sudah disibukkan dengan persiapan materi debat selama tiga hari.
Mereka di masing-masing kelompok sudah diberikan tema dan ditugaskan untuk menyusun deskripsi pemaparan materi yang akan mereka sampaikan secara personal. Selanjutnya dalam konferensi pemandu akan menunjuk secara individu untuk mempresentasikan pendapat mereka di hadapan peserta konferensi.
Kebetulan saat itu Dicky, mendapatkan kesempatan emas menunjukkan kemampuannya. Remaja kelahiran 25 Maret 2005 itu membawakan isu terkini terkait perkembangan negara di Internasional saat ini.
Di hadapan peserta dan panitia sata itu ia membawakan dengan santai, tenang dan pengucapan Bahasa Inggris yang dapat dipahami oleh seluruh peserta. Bahkan saat mendapat sanggahan dari peserta lain yang jenjang pendidikannya lebih tinggi, Dicky dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Hingga pada akhir konferensi tanggal 22 Maret lalu ia dinobatkan sebagai The Best Speaker dari delapan penghargaan yang dirilis dalam ajang bergengsi itu.
Anak kedua dari tiga bersaudara pasnagan I Nyoman Mas Arya Wirawan SE dan Kadek Juniari SE itu saat dihubungi melalui pesan singkat, mengaku sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelum ikut konferensi. Kemampuan berbahasa Inggrisnya pun dilatih terus di sekolah oleh guru pembina dan juga les tambahan di luar sekolah. Milenial penghobi olahraga tenis ini juga mengaku rajin mencari informasi terkait negara-negara di dunia untuk menjadi referensi bahan presentasinya.
“Persiapannya hanya banyak baca terus buat position paper tentang negara-negara yang sudah ditugaskan panitia dan juga pidato juga latihan mental,” kata Dicky.
Bocah asal Desa Pengelatan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini pun mengaku mendapat sedikit hambatan dalam memahami apa yang mereka bicarakan terkait pelafalan bahasa Inggris dari masing-masing negara berbeda. Beruntung hambatan yang ditemuinya saat mendapat kesempatan berbicara dapat diatasi sehingga ia mampu mempersembahkan yang terbaik untuk keluarga, sekolah, Buleleng, Bali, Indonesia pada umumnya. *k23
Komentar