Pusing Bayar Utang Bank karena 8 Kali Terapi Habis Rp 100 Juta
Semangat kerja Wayan ‘Si tangan Robot’ Sumardana bangkit kembali, setelah 4 mahasiswa dari Jawa datang ke bengkelya untuk minta maaf atas tulisan mereka yang meremehkan robot hasil karyanya
AMLAPURA, NusaBali
Ini kisah lain dari I Wayan Sumardana alias Tawan, 33, pria asal Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Karangasem yang sempat mendadak jadi perbincangan secara luas ke tingkat nasional, berkat inovasinya dalam menciptakan tangan robot. Tukang las lulusan STM yang kemudian akrab dipanggil Si Tangan Robot ini mengaku punya banyak utang di bank, gara-gara menjalani 8 kali terapi yang habiskan biaya Rp 100 juta.
Si Tangan Robot memaparkan, beban utang tersebut berawal dari peristiwa sakit perut yang dialaminya setahun lalu, tepatnya Juli 2015. Saat bangun tidur ketika sakit perut itulah, dia merasakan tangan kirinya lemas. Bahkan, tangan kirinya sempat hilang secara gaib selama 2 jam. Habis itu, salah seorang anaknya melihat tangan kiri tersebut kembali nempel.
Tapi, setelah menempel kembali, tangan kiri yang sempat hilang secara gaib tersebut justru tidak bisa digerakkan, akhirnya lumpuh. Si Tangan Robot pun berupaya menjalani terapi penyembahan tangan kirinya yang mati rasa. Semula, dia ingin jalani terapi di RS Sanglah, Denpasar, namun kemudian pindah ke rumah sakit swasta karena berbagai alasan.
Nah, Si Tangan Robot dijadwalkan harus menjalani 10 kali terapi di rumah sakit swasta tersebut, tapi baru dijalaninya 8 kali. Terakhir, dia menjalani terapi pada Maret 2016 lalu, ketika namanya sudah dikenal sebagai Si tangan Robot. Selama menjalani terapi, kata dia, segenap petugas medis yang menanganinya sampai geleng-geleng kepala.
“Masa tangan saya sampai harus dimasuki 13 jarum sekaligus dan semua ditusukkan seda-lam 3 cm? Anehnya, saya tidak merasakan sakit sama sekali. Kata dokter, orang stroke saja jika ditusuk tiga jarum pasti merasakan sakit,” kenang Si Tangan Robot saat ditemui NusaBali di bengkel kerjanya di Banjar Karanganyar, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Kamis (19/5) siang.
Menurut Si Tangan Robot, sehabis menjalani terapi, kondisinya sempat membaik sejenak. Tangan kirinya yang semula tidak merasakan sakit sama sekali, sarafnya sempat berfungsi. Tapi, perubahan kondisi tangan kirinya hanya sesaat. Selanjutnya, tangan kirinya kembali mati rasa.
Bahkan, kata dia, tangan kirinya mulai mengecil, tidak sebanding dengan tangan kanan. Jika diraba, tangan kirinya itu terasa dingin, pertanda tidak ada aliran darah. Sedangkan tangan kanannya tetap normal. Bahkan, Si Tangan Robot sendiri sampai tidak berkenan memandang tangan kirinya. Itu sebabnya, dia pilih menggunakan sarung tangan atau baju kemeja, agar tangan kirinya tertutup.
Si Tangan Robot tercatat sudah menjalani 8 kali terapi dari jadwal 10 kali terapi, dengan menghabiskan biaya Rp 100 juta. Tapi, penyakitnya tidak kunjung sembuh. “Ini membuat saya pusing. Sebab, saya semakin jatuh miskin, dengan tanggung beban bayar utang di bank,” tutur pria yang akhirnya bisa menciptakan tangan robot, meskipun hanya tamatan STM ini.
Terakhir, Si Tangan Robot mengaku menjalani terapi, Maret 2016 lalu. Kala itu, dokter sempat menawarkan agar saraf di persendian tangan kirinya dicangkok. Alasannya, ber-dasarkan hasil scanner, kondisinya telah keropos. Tapi, Si Tangan Robot menolak dicangkok, karena belum yakin bisa sembuh.
Satu hal yang juga jadi beban pikirannya sejak menjalani terapi adalah pertayaaan yang diajukan salah satu psikiater kepadanya: “Jika selamanya bertangan satu, bagaimana dengan masa depanmu?” Gara-gara pertanyaan itu, Si Tangan Robot mengaku sempat berniat berhenti kerja, segala peralatan las dan memilah barang rongsokan pun dimasukkan ke dalam rak kaca.
Tapi, karena tidak ada pemasukan untuk nafkah keluarga, makanya dia kembali bekerja dengan satu tangan. Semangatnya untuk kembali bekerja juga kian berlipat, setelah 4 mahasiswa dari Jawa datang ke bengkel kerjanya. Para mahasiswa tersebut datang untuk minta maaf kepada Si Tangan Robot atas tulisan yang disebarkan selama ini di mana isinya meremehkan robot hasil rakitannya.
“Saya dengan lapang dada memaafkan keempat mahasiswa tersebut,” jelas Si Tangan Robot, yang sebelumnya sempat dijenguk Gubernur Bali Made Mangku Pastika, 22 Januari 2016, atas inovasinya menciptakan tangan robot.
Wayan ’Si Tangan Robot’ Sumardana sendiri merupakan putra sulung dari tiga bersa-udara keluarga pasangan I Ketut Putra dan Ni Wayan Tamiasih. Lahir di tengah-tengah lingkungan keluarga tak mampu secara ekonomi, dia hanya sempat mengenyam pendidikan formal hingga tingkat menengah atas, yakni di STM Rekayasa Denpasar (tamat tahun 2002).
Saat ini, Si Tawan tinggal di atas tanah kontrakan kawasan Banjar Karanganyar, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis bersama sang istri, Ni Nengah Sudiartini, 30, beserta tiga anaknya: I Made Astro Bintang, 10 (Kelas IV SD), I Ketut Erlangga Putra, 5,5 (masih TK), dan Putu Titan Putra, 4 (belum sekolah). Kedua orangtuanya, Ketut Putra dan Wayan Amiasih, juga ikut tinggal di sana. Ayahnya, Ketut Putra, kini dalam kondisi lum-puh akibat jatuh dari pohon kelapa.
Sempat 2 bulan stres gara-gara tangan kirinya mendadak mati rasa, sejak September 2015 dia mulai melakukan inovasi merangkai robot sebagai pengganti tangan kiri. Dia mendapat inspirasi dari internet. Tenaga penggerak robot ciptaannya itu menggunakan dinamo, sementara mikro kontrolnya dari mesin ditempel di otak. Semuanya menggunakan bahan bekas.
“Fungsi robot itu hanya untuk menggerakkan tangan kiri yang lumpuh, dari ujung jari sampai siku. Sebenarnya, dengan robot ini mampu beban 100 kg. Tapi, itu tidak pernah saya lakukan, khawatir otak terlalu terbebani,” cerita Si Tangan Robot berusia 33 tahun ini. 7 k16
Komentar