Atap Sekolah dan Rumah Rusak
‘’Pas hujan itu, tiba-tiba ada angin kencang seperti berputar di atas rumah, genteng langsung berhamburan, dan saya langsung keluar rumah’’.
Angin Ngelinus Terjang Samblong, Sangkaragung
NEGARA, NusaBali
Angin ngelinus (puting beliung) menerjang Lingkungan Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, Jembrana, Kamis (4/4) malam. Tidak ada korban manusia dalam bencana tersebut. Namun angin ngelinus yang terjadi di tengah-tengah guyuran hujan lebat itu, diketahui merusak atap gedung di SDN 2 Sangkaragung, beserta atap tiga rumah warga setempat. Tiga rumah warga yang atapnya rusak itu, masing-masing adalah rumah milik I Nyoman Nirko, 55, Ni Wayan Simer, 71, dan I Ketut Maharadiasa, 38.
Dari kerusakan atap tiga rumah warga itu, kerusakan terparah terjadi di rumah I Nyoman Nirko. Hampir sebagian genteng rumahnya, hancur diterjang angin ngelinus yang berlangsung tidak begitu lama itu. “Kejadian sekitar pukul 19.00 Wita, pas saya sedang makan setelah pulang dari sawah. Pas hujan itu, tiba-tiba ada angin kencang seperti berputar di atas rumah, genteng langsung berhamburan, dan saya langsung keluar rumah,” kata Nirko, Jumat (5/4).
Menurut Nirko, jumlah genteng rumahnya yang hancur diterjang angin ngelinus itu, diperkirakan mencapai sekitar 500 biji. Selain menghancurkan genteng, air hujan yang sempat masuk ke dalam rumahnya, juga merusak sebuah televisi (TV) dan mengguyur dua kasur di dalam rumahnya. Total kerugian atas bencana itu pun diperkirakan mencapai Rp 7 juta. “Sementara, dari petugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana) sudah turun memberikan bantuan terpal, dan bisa kami gunakan sementara untuk berteduh. Tetapi untuk bantuan perbaikan, belum tahu. Mudah-mudahan saja nanti ada,” ujarnya, yang juga tampak sibuk membersihkan puing-puing genteng rumahnya.
Terkait atap gedung yang rusak di SDN 2 Sangkaragung, merupakan atap gedung ruang kelas V dan VI. Di samping beberapa genteng berserakan, plafon di ruang kelas V, juga diketahui sudah jebol karena diduga tertimpa genteng ketika terjadi bencana angin ngelinus. Sejumlah anak-anak di SD setempat, Jumat kemarin, tampak dikerahkan membersihkan puing-puing genteng, termasuk menjemur sejumlah perlengkapan belajar mengajar yang juga sempat diguyur hujan setelah terjadi kerusakan atap tersebut. “Setiap hari Jumat, kebetulan di sekolah kami memang tidak ada belajar di dalam kelas. Karena ada bencana, ya anak-anak kami kerahkan gotong-royong,” kata salah satu guru, Gusti Ayu Parwati.
Menurutnya, kerusakan atap di ruang kelas V dan VI, itu juga sudah dilaporkan Kepala Sekolah ke Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olah Raga (Dikpora) Jembrana. Rencananya, kerusakan atap tersebut, juga akan segera diperbaiki, sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. “Informasinya akan segera diperbaiki. Mungkin hari Sabtu besok atau Minggu akan dicarikan tukang untuk diperbaiki, sekalian mengecek kondisi atap secara keseluruhan,” ujarnya.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jembrana, I Ketut Eko Susila Artha Permana, saat dikonfirmasi Jumat kemarin, mengatakan, begitu menerima informasi kejadian angin ngelinus di Lingkungan Samblong, Kamis (4/4) sekitar pukul 20.00 Wita, pihaknya sudah langsung menerjunkan anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk melakukan assessment awal terkait dampak angin ngelinus tersebut. Sesuai assessment tersebut, diketahui terjadi kerusakan atap tiga rumah warga termasuk atap gedung di SDN 2 Sangkaragung. “Kemarin malam anggota sudah langsung kami turunkan, dan sementara telah kami berikan bantuan terpal. Rencananya, hari Senin (8/4) nanti akan kami lakukan assessment lanjutan, untuk menghitung perkirakan kerugian materialnya. Nanti kalau sudah ditentukan, Lurah yang akan mengajukan permohonan bantuan. Kalau kerugian masih di bawah Rp 5 juta, bisa ke Kabupaten, dan kalau lebih baru ke Provinsi,” ujarnya. *ode
Menurut Nirko, jumlah genteng rumahnya yang hancur diterjang angin ngelinus itu, diperkirakan mencapai sekitar 500 biji. Selain menghancurkan genteng, air hujan yang sempat masuk ke dalam rumahnya, juga merusak sebuah televisi (TV) dan mengguyur dua kasur di dalam rumahnya. Total kerugian atas bencana itu pun diperkirakan mencapai Rp 7 juta. “Sementara, dari petugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana) sudah turun memberikan bantuan terpal, dan bisa kami gunakan sementara untuk berteduh. Tetapi untuk bantuan perbaikan, belum tahu. Mudah-mudahan saja nanti ada,” ujarnya, yang juga tampak sibuk membersihkan puing-puing genteng rumahnya.
Terkait atap gedung yang rusak di SDN 2 Sangkaragung, merupakan atap gedung ruang kelas V dan VI. Di samping beberapa genteng berserakan, plafon di ruang kelas V, juga diketahui sudah jebol karena diduga tertimpa genteng ketika terjadi bencana angin ngelinus. Sejumlah anak-anak di SD setempat, Jumat kemarin, tampak dikerahkan membersihkan puing-puing genteng, termasuk menjemur sejumlah perlengkapan belajar mengajar yang juga sempat diguyur hujan setelah terjadi kerusakan atap tersebut. “Setiap hari Jumat, kebetulan di sekolah kami memang tidak ada belajar di dalam kelas. Karena ada bencana, ya anak-anak kami kerahkan gotong-royong,” kata salah satu guru, Gusti Ayu Parwati.
Menurutnya, kerusakan atap di ruang kelas V dan VI, itu juga sudah dilaporkan Kepala Sekolah ke Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olah Raga (Dikpora) Jembrana. Rencananya, kerusakan atap tersebut, juga akan segera diperbaiki, sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. “Informasinya akan segera diperbaiki. Mungkin hari Sabtu besok atau Minggu akan dicarikan tukang untuk diperbaiki, sekalian mengecek kondisi atap secara keseluruhan,” ujarnya.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jembrana, I Ketut Eko Susila Artha Permana, saat dikonfirmasi Jumat kemarin, mengatakan, begitu menerima informasi kejadian angin ngelinus di Lingkungan Samblong, Kamis (4/4) sekitar pukul 20.00 Wita, pihaknya sudah langsung menerjunkan anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk melakukan assessment awal terkait dampak angin ngelinus tersebut. Sesuai assessment tersebut, diketahui terjadi kerusakan atap tiga rumah warga termasuk atap gedung di SDN 2 Sangkaragung. “Kemarin malam anggota sudah langsung kami turunkan, dan sementara telah kami berikan bantuan terpal. Rencananya, hari Senin (8/4) nanti akan kami lakukan assessment lanjutan, untuk menghitung perkirakan kerugian materialnya. Nanti kalau sudah ditentukan, Lurah yang akan mengajukan permohonan bantuan. Kalau kerugian masih di bawah Rp 5 juta, bisa ke Kabupaten, dan kalau lebih baru ke Provinsi,” ujarnya. *ode
Komentar