Dua Korban Tersambar Petir Masih Jalani Rawat Inap
Dua dari delapan orang buruh manyi (memanen padi) yang menjadi korban selamat dalam musibah tersambar petir di kawasan Subak Tibu Beleng, Banjar Anyar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Jumat (5/4) siang lalu, masih menjalani rawat inap di Sal D RSU Negara, Minggu (7/4).
NEGARA, NusaBali
Mereka adalah Dewa Kade Wibawa, 56, serta Sayu Putu Nami, 55, yang sama-sama dari Banjar Wali, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo. Kedua korban yang sempat mengeluhkan lemas itu kini kondisinya sudah membaik, dan diperkirakan sudah bisa pulang pada Senin (8/4) hari ini.
Saat disambangi Minggu kemarin, Dewa Kade Wibawa alias Dewa Landung yang dirawat di kamar nomor 7 Sal D RSU, tampak berbaring di tempat tidur. Dia yang secara fisik tampak mengalami luka lecet dan lebam pada bagian belakang lutut kirinya, mengaku masih tidak bisa merasakan apa-apa pada kulit sekitar lukanya tersebut.
“Menurut dokter, ada masalah pada detak jantung, makanya harus dirawat. Kalau awal-awal, rasanya sangat panas dan seluruh badan lemas. Tetapi sekarang mendingan. Cuman kulit sekitar kaki ini belum terasa apa-apa, dan rasanya masih agak lemas,” ujarnya didamping istrinya, Dewa Ayu Komang Konten, 49.
Secara terpisah, Sayu Putu Nami yang dirawat di kamar nomor 6 Sal D RSU Negara, juga mengakui kondisinya sudah agak mendingan. Nami yang sudah tampak bisa duduk di tempat tidur, sebelumnya mengeluhkan rasa panas dan mendengung pada kedua telinganya. “Sekarang sudah mendingan. Kalau awal-awal, tidak jelas dengar orang ngomong. Sekarang pusing juga sudah agak hilang, dan masih nunggu kapan diizinkan pulang,” ungkap Nami didampingi anaknya, Kade Kawiana, 34.
Nami mengaku trauma dengan musibah tersambar petir yang dialaminya. Saking traumanya, dia mengaku akan berhenti sebagai buruh manyi. Dia akan di rumah saja menjaga suaminya yang sakit-sakitan, dan cukup beraktivitas membuat tamas (bahan upakara dari janur).
Direktur Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) RSU Negara dr I Gusti Bagus Ketut Oka Parwata, saat dikonfirmasi mengatakan, kedua korban musibah tersambar petir harus dirawat karena mengeluhkan lemas. Salah satunya, Dewa Kade Wibawa, mengalami gangguan irama jantung. Kemudian Sayu Putu Nami sempat mengalami gangguan pendengaran. Namun untuk saat ini, kedua pasien tersebut kondisinya sudah membaik, dan tinggal menjalani observasi. “Kondisi umum baik. Dari pengecekan terakhir, sudah tidak ada keluhan. Semoga besok (hari ini) boleh pulang,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, 10 orang buruh manyi asal Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, tersambar petir saat berteduh di sebuah kubu (gubuk) di kawasan Subak Tibu Beleng, Banjar Anyar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jumat (5/4) sekitar pukul 12.30 Wita. Dari 10 korban tersebut, dua di antaranya tewas di lokasi, yakni Ni Luh Niarti, 50, dan Ni Luh Tarmi, 41, yang sama-sama warga Banjar Wali. Kedua korban tewas itu rencananya diabenkan melalui prosesi makingsan ring pertiwi di Setra Desa Pakraman Yehembang pada Soma Pon Ugu, Senin (8/4) sore ini. Sementara delapan korban selamat dilarikan ke UPT Puskesmas I Mendoyo. Dari delapan korban selamat itu, tiga di antaranya dirujuk dan menjalani rawat inap di RSU Negara, tiga orang rawat inap di puskesmas, dan dua orang lagi menjalani rawat jalan.
Salah seorang dari tiga korban selamat yang dirawat inap di Sal D RSU Negara, yakni Sayu Kade Sunarti, 50, warga Banjar Wali, Desa Yehembang, telah diizinkan pulang, Sabtu (6/4). Begitu juga tiga korban selamat yang sempat menjalani rawat inap di Puskesmas I Mendoyo, sudah diizinkan pulang, Sabtu (6/4). *ode
Saat disambangi Minggu kemarin, Dewa Kade Wibawa alias Dewa Landung yang dirawat di kamar nomor 7 Sal D RSU, tampak berbaring di tempat tidur. Dia yang secara fisik tampak mengalami luka lecet dan lebam pada bagian belakang lutut kirinya, mengaku masih tidak bisa merasakan apa-apa pada kulit sekitar lukanya tersebut.
“Menurut dokter, ada masalah pada detak jantung, makanya harus dirawat. Kalau awal-awal, rasanya sangat panas dan seluruh badan lemas. Tetapi sekarang mendingan. Cuman kulit sekitar kaki ini belum terasa apa-apa, dan rasanya masih agak lemas,” ujarnya didamping istrinya, Dewa Ayu Komang Konten, 49.
Secara terpisah, Sayu Putu Nami yang dirawat di kamar nomor 6 Sal D RSU Negara, juga mengakui kondisinya sudah agak mendingan. Nami yang sudah tampak bisa duduk di tempat tidur, sebelumnya mengeluhkan rasa panas dan mendengung pada kedua telinganya. “Sekarang sudah mendingan. Kalau awal-awal, tidak jelas dengar orang ngomong. Sekarang pusing juga sudah agak hilang, dan masih nunggu kapan diizinkan pulang,” ungkap Nami didampingi anaknya, Kade Kawiana, 34.
Nami mengaku trauma dengan musibah tersambar petir yang dialaminya. Saking traumanya, dia mengaku akan berhenti sebagai buruh manyi. Dia akan di rumah saja menjaga suaminya yang sakit-sakitan, dan cukup beraktivitas membuat tamas (bahan upakara dari janur).
Direktur Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) RSU Negara dr I Gusti Bagus Ketut Oka Parwata, saat dikonfirmasi mengatakan, kedua korban musibah tersambar petir harus dirawat karena mengeluhkan lemas. Salah satunya, Dewa Kade Wibawa, mengalami gangguan irama jantung. Kemudian Sayu Putu Nami sempat mengalami gangguan pendengaran. Namun untuk saat ini, kedua pasien tersebut kondisinya sudah membaik, dan tinggal menjalani observasi. “Kondisi umum baik. Dari pengecekan terakhir, sudah tidak ada keluhan. Semoga besok (hari ini) boleh pulang,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, 10 orang buruh manyi asal Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, tersambar petir saat berteduh di sebuah kubu (gubuk) di kawasan Subak Tibu Beleng, Banjar Anyar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jumat (5/4) sekitar pukul 12.30 Wita. Dari 10 korban tersebut, dua di antaranya tewas di lokasi, yakni Ni Luh Niarti, 50, dan Ni Luh Tarmi, 41, yang sama-sama warga Banjar Wali. Kedua korban tewas itu rencananya diabenkan melalui prosesi makingsan ring pertiwi di Setra Desa Pakraman Yehembang pada Soma Pon Ugu, Senin (8/4) sore ini. Sementara delapan korban selamat dilarikan ke UPT Puskesmas I Mendoyo. Dari delapan korban selamat itu, tiga di antaranya dirujuk dan menjalani rawat inap di RSU Negara, tiga orang rawat inap di puskesmas, dan dua orang lagi menjalani rawat jalan.
Salah seorang dari tiga korban selamat yang dirawat inap di Sal D RSU Negara, yakni Sayu Kade Sunarti, 50, warga Banjar Wali, Desa Yehembang, telah diizinkan pulang, Sabtu (6/4). Begitu juga tiga korban selamat yang sempat menjalani rawat inap di Puskesmas I Mendoyo, sudah diizinkan pulang, Sabtu (6/4). *ode
Komentar