Membaik, Kredit Bermasalah BPR
Sempat menembus NPL 9,23 persen, kredit bermasalah yang dihadapi BPR di Bali berangsur membaik ke angka 8,11 persen.
DENPASAR, NusaBali
Bank Perkreditan Rakyar (BPR) terus berupaya menekan jumlah kredit bermasalah, dengan berbagai strategi. Usaha tersebut menunjukkan dampaknya, ditandai dengan penurunan prosentase kredit bermasalah. Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Wilayah Provinsi Bali (KPw BI Bali) mencatat, triwulan IV 2018 sebesar 8,11 persen dari awalnya 9,23 persen pada triwulan sebelumnya.
Kalangan pengelola BPR di Bali menegaskan, penurunan kredit bermasalah tersebut, karena memang usaha dan strategi di BPR, untuk bisa menekan kredit bermasalah. “Karena jika NPL (non performing loan) sudah di atas 5 persen, maka kewajiban bank (BPR) untuk memperbaikinya,” ujar I Made Arya Amitaba, Direktur BPR Kanti. Karena itulah pihak BPR tentu berusaha dengan semaksimal mungkin untuk memperbaiki kinerja. “Karena ini merupakan bagian dari pemenuhan regulasi, yang bertalian dengan aspek bisnis perbankan,” jelas Arya Amitaba yang mantan Ketua Perbarindo Bali, Senin (8/4).
Dijelaskan ada sejumlah hal positif yang didapatkan BPR dengan keberhasilan menurunkan NPL. Salah satunya menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat, terhadap pengelolaan BPR itu sendiri. Yang berikutnya, keberhasilan ini berupa penumpukan laba, yang kemudian diikuti dengan peningkatan modal. “Jadi bukan sekadar untuk memenuhi tuntutan regulasi saja,” lanjutnya.
Peningkatan modal ini, kata Arya Amitaba, tentu saja berimbas pada kemampuan BPR untuk menyalurkan kredit ke masyarakat.
Meski dominan karena faktor usaha dan strategi internal, kalangan pengelola BPR tak menampik penurunan NPL juga karena faktor eksternal. Di antaranya perbaikan kondisi perekonomian.
Hal ini memungkinan debitur, melakukan kewajiban kepada bank/BPR , yakni pengembalian kredit. “ Karena indikator NPL itu kan juga dari luar,” tambahnya. Dia berharap kondisi perekonomian semakin membaik, sehingga bisnis perbankan dalam hal ini BPR semakin bergairah dan positif.
Sebelumnya KPw BI Bali, dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) yang disampaikan Deputi Direktur BI KPw BI Bali Sapto Widyatmiko, menyebutkan kinerja BPR di Bali pada triwulan IV 2018, masih mencatatkan akselerasi. Penyaluran kredit tumbuh 8,29 persen secara year on year (yoy), lebih tinggi dari triwulan III yang tumbuh 6,67 persen. Kemudian akselerasi kredit diiringi peningkatan kualitas kredit, yang tercermin dari penurunan NPL. Dari 9,23 persen pada triwulan III, turun menjadi 8,11 persen pada triwulan IV.
Aset BPR sebesar Rp 15,57 triliun atau tumbuh 10,61 persen, lebih tinggi dari sebelumnya (yoy) 8,30 persen. Demikian juga dan pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan dari 13,04 persen pada triwulan III menjadi 16,58 persen pada triwulan IV. *k17
Kalangan pengelola BPR di Bali menegaskan, penurunan kredit bermasalah tersebut, karena memang usaha dan strategi di BPR, untuk bisa menekan kredit bermasalah. “Karena jika NPL (non performing loan) sudah di atas 5 persen, maka kewajiban bank (BPR) untuk memperbaikinya,” ujar I Made Arya Amitaba, Direktur BPR Kanti. Karena itulah pihak BPR tentu berusaha dengan semaksimal mungkin untuk memperbaiki kinerja. “Karena ini merupakan bagian dari pemenuhan regulasi, yang bertalian dengan aspek bisnis perbankan,” jelas Arya Amitaba yang mantan Ketua Perbarindo Bali, Senin (8/4).
Dijelaskan ada sejumlah hal positif yang didapatkan BPR dengan keberhasilan menurunkan NPL. Salah satunya menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat, terhadap pengelolaan BPR itu sendiri. Yang berikutnya, keberhasilan ini berupa penumpukan laba, yang kemudian diikuti dengan peningkatan modal. “Jadi bukan sekadar untuk memenuhi tuntutan regulasi saja,” lanjutnya.
Peningkatan modal ini, kata Arya Amitaba, tentu saja berimbas pada kemampuan BPR untuk menyalurkan kredit ke masyarakat.
Meski dominan karena faktor usaha dan strategi internal, kalangan pengelola BPR tak menampik penurunan NPL juga karena faktor eksternal. Di antaranya perbaikan kondisi perekonomian.
Hal ini memungkinan debitur, melakukan kewajiban kepada bank/BPR , yakni pengembalian kredit. “ Karena indikator NPL itu kan juga dari luar,” tambahnya. Dia berharap kondisi perekonomian semakin membaik, sehingga bisnis perbankan dalam hal ini BPR semakin bergairah dan positif.
Sebelumnya KPw BI Bali, dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) yang disampaikan Deputi Direktur BI KPw BI Bali Sapto Widyatmiko, menyebutkan kinerja BPR di Bali pada triwulan IV 2018, masih mencatatkan akselerasi. Penyaluran kredit tumbuh 8,29 persen secara year on year (yoy), lebih tinggi dari triwulan III yang tumbuh 6,67 persen. Kemudian akselerasi kredit diiringi peningkatan kualitas kredit, yang tercermin dari penurunan NPL. Dari 9,23 persen pada triwulan III, turun menjadi 8,11 persen pada triwulan IV.
Aset BPR sebesar Rp 15,57 triliun atau tumbuh 10,61 persen, lebih tinggi dari sebelumnya (yoy) 8,30 persen. Demikian juga dan pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan dari 13,04 persen pada triwulan III menjadi 16,58 persen pada triwulan IV. *k17
Komentar