'Dipercaya karena Lupa Matur Piuning'
Pasca Keracunan Massal 40 Krama Banjar Pinge, Desa Baru
TABANAN, NusaBali
Peristiwa keracunan massal 40 krama Banjar Pinge, Desa Baru, Kecamatan Marga, Tabanan sepulang tangkil ke Pura Besakih rangkaian Karya Agung Panca Walikrama, Sabtu (6/4) malam, menyisakan cerita berbau niskala. Berdasarkan hasil penerawangan orang pintar, keracunan massal ini terjadi sebagai ganjaran karena prajuru adat lalai matur piuning di Pura Natar Jemeng, Desa Adat Baru sebelum tangkil ke Pura Besakih di Desa Adat Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem.
Ganjaran niskala akibat lupa matur piuning di Pura Natar Jemeng hingga terjadi keracunan massal ini, diketahui setelah krama Banjar Pinge nunas baos (minta petunjuk) ke sejumlah orang pintar. Terungkap, semua orang pintar yang didatangi untuk ritual nunas baos mengatakan hal yang sama, di mana keracunan massal terjadi akibat lalai matur piuning ke Pura Natar Jemeng.
Hal ini diungkapkan oleh prajuru Pura Natar Jemeng, I Nyoman Sudariana, saat ditemui NusaBali di kediamannya di Banjar Pinge, Desa Baru, Rabu (10/4). Menurut Nyoman Sudariana, krama Banjar Pinge sangat percaya dengan petunjuk niskala dari orang pintar, terkait peristiwa keracunan massal akibat tidak matur piuning di Pura Natar Jemeng.
“Ada empat orangpintar yang didatangi krama untuk nunas baos pasca peristiwa keracunan massal. Jawaban dari semua orang pintar pun sama, yakni musibah terjadi karena prajuru adat lupa matur piuning di Pura Natar Jemeng sebelum tangkil ke Pura Besakih," papar Sudariana.
Sudariana memaparkan, sesuai kebiasaan yang sudah berjalan selama bertahun-tahun, jika krama Banjar Pinge hendak bepergian ke mana pun, mereka harus melaksanakan ritual matur piuning di Pura Natar Jemeng, sebelum berangkat. Ritual ini juga berlaku jika hendak tangkil ke Pura Besakih.
"Tapi, saat rombongan krama hendak tangkil ke Pura Besakih kemarin, kami hanya matur piuning di Pura Melanting saja. Kami lupa matur piuning di Pura Natar Jemeng. Itu sebabnya, Ida Sesuhunan di Pura Jemeng duka," katanya.
Meski terjadi peristiwa niskala yang berujung keracunan massal, menurut Sudariana, pihaknya belum memutuskan apa rencana selanjutnya. Pasalnya, di Banjar Pinge sudah ada Baga Parahyangan, Baga Palemahan, dan Baga Pawongan yang mengurus bidang tersebut. "Nanti kita tunggu keputusan dari masing-masing baga (bidang)," tandas Sudariana.
Sementara itu, kondisi 40 krama Banjar Pinge korban keracunan massal rata-rata telah membaik. Mereka sudah mulai bisa melakukan aktivitas seperti biasa, Rabu kemarin. "Kondisi warga kami yang sempat keracunan telah membaik, meskipun ada yang tetap merasakan mual dan satu orang masih dirawat di BRSUD Tabanan," ujar Kelian Dinas Banjar Pinge, I Ketut Sukarya.
Ketut Sukarya mengisahkan, dari 40 krama yang keracunan massal, termasuk di antaranya Bendesa Adat Pinge, I Made Jadra Yasa. Bahkan, ketut Sukarya juga ikut jadi korban keracunan. "Kondisi saya sudah pulih, demikian juga Jro Bendesa. Petugas Dinas Kesehatan Tabanan juga telah turun untuk penanganan sekaligus memberikan obat," papar Sudariana.
Ditemui terpisah, Ketua Sekaa Teruna Sancita Dwipa Banjar Pinge, I Putu Kristia Adi Ananta Putra, 25, mengatakan nasi bungkus yang disantap rombongan pamedek ke Pura Besakih hingga kemudian 40 krama keracunan massal, dipesan dari salah satu warung nasi di Desa Geluntung, Kecamatan Marga, Tabanan. Nasi bungkus tersebut diambil Sabtu dinihari pukul 03.00 Wita, lalu disantap bramai-ramai di areal parkir Pura Besakih siang saekitar pukul 11.00 Wita.
Menurut Putu Kristia, pihaknya memesan nasi campur sebanyak 135 bungkus dan dibagi-bagikan kepada 120 krama yang ikut tangkil ke Pura Besakih. Namun, banyak di antara krama yang memakan nasi bungkus tersebut, justru tidak ikut keracunan. "Kami tidak tahu, kenapa ada 40 krama keracunan?” tutur Putu Kristia, sembari menyebut persembahyangan ke Pura Besakih hari itu memang diselenggarakan oleh Sekaa Teruna Sancita Dwipa.
Puluhan krama yang keracunan itu sendiri, sebagaimana diberitakan, mulai bertumbangan Sabtu malam pukul 22.00 Wita sepulang dari Pura Besakih, atau berselang 11 jam pasca santap nasi bungkus. Para korban terdiri dari 30 laki-laki dan 10 perempuan, dengan kisaran usia 17-58 tahun. Mereka menjalani pengobatan ke berbagai tempat, seperti di bidan desa, Puskesmas Marga I, hingga BRSUD Tabanan.
Dari 40 korban keracunan, 6 orang di antaranya sempat harus dirawat inap di BRSUD Tabanan. Sampai Rabu kemarin, masih ada 1 korban keracunan yang dirawat di BRSUD Tabanan, yakni Wayan Wardana, 49. Sekadar dicatat, nasi bungkus yang disantap ramai-ramai tersebut berisi lauk berupa telor rebus bu-mbu, mie goreng, daging hati babi, daging usus babi, daging ayam sisit, dan tempe goreng. *des
Ganjaran niskala akibat lupa matur piuning di Pura Natar Jemeng hingga terjadi keracunan massal ini, diketahui setelah krama Banjar Pinge nunas baos (minta petunjuk) ke sejumlah orang pintar. Terungkap, semua orang pintar yang didatangi untuk ritual nunas baos mengatakan hal yang sama, di mana keracunan massal terjadi akibat lalai matur piuning ke Pura Natar Jemeng.
Hal ini diungkapkan oleh prajuru Pura Natar Jemeng, I Nyoman Sudariana, saat ditemui NusaBali di kediamannya di Banjar Pinge, Desa Baru, Rabu (10/4). Menurut Nyoman Sudariana, krama Banjar Pinge sangat percaya dengan petunjuk niskala dari orang pintar, terkait peristiwa keracunan massal akibat tidak matur piuning di Pura Natar Jemeng.
“Ada empat orangpintar yang didatangi krama untuk nunas baos pasca peristiwa keracunan massal. Jawaban dari semua orang pintar pun sama, yakni musibah terjadi karena prajuru adat lupa matur piuning di Pura Natar Jemeng sebelum tangkil ke Pura Besakih," papar Sudariana.
Sudariana memaparkan, sesuai kebiasaan yang sudah berjalan selama bertahun-tahun, jika krama Banjar Pinge hendak bepergian ke mana pun, mereka harus melaksanakan ritual matur piuning di Pura Natar Jemeng, sebelum berangkat. Ritual ini juga berlaku jika hendak tangkil ke Pura Besakih.
"Tapi, saat rombongan krama hendak tangkil ke Pura Besakih kemarin, kami hanya matur piuning di Pura Melanting saja. Kami lupa matur piuning di Pura Natar Jemeng. Itu sebabnya, Ida Sesuhunan di Pura Jemeng duka," katanya.
Meski terjadi peristiwa niskala yang berujung keracunan massal, menurut Sudariana, pihaknya belum memutuskan apa rencana selanjutnya. Pasalnya, di Banjar Pinge sudah ada Baga Parahyangan, Baga Palemahan, dan Baga Pawongan yang mengurus bidang tersebut. "Nanti kita tunggu keputusan dari masing-masing baga (bidang)," tandas Sudariana.
Sementara itu, kondisi 40 krama Banjar Pinge korban keracunan massal rata-rata telah membaik. Mereka sudah mulai bisa melakukan aktivitas seperti biasa, Rabu kemarin. "Kondisi warga kami yang sempat keracunan telah membaik, meskipun ada yang tetap merasakan mual dan satu orang masih dirawat di BRSUD Tabanan," ujar Kelian Dinas Banjar Pinge, I Ketut Sukarya.
Ketut Sukarya mengisahkan, dari 40 krama yang keracunan massal, termasuk di antaranya Bendesa Adat Pinge, I Made Jadra Yasa. Bahkan, ketut Sukarya juga ikut jadi korban keracunan. "Kondisi saya sudah pulih, demikian juga Jro Bendesa. Petugas Dinas Kesehatan Tabanan juga telah turun untuk penanganan sekaligus memberikan obat," papar Sudariana.
Ditemui terpisah, Ketua Sekaa Teruna Sancita Dwipa Banjar Pinge, I Putu Kristia Adi Ananta Putra, 25, mengatakan nasi bungkus yang disantap rombongan pamedek ke Pura Besakih hingga kemudian 40 krama keracunan massal, dipesan dari salah satu warung nasi di Desa Geluntung, Kecamatan Marga, Tabanan. Nasi bungkus tersebut diambil Sabtu dinihari pukul 03.00 Wita, lalu disantap bramai-ramai di areal parkir Pura Besakih siang saekitar pukul 11.00 Wita.
Menurut Putu Kristia, pihaknya memesan nasi campur sebanyak 135 bungkus dan dibagi-bagikan kepada 120 krama yang ikut tangkil ke Pura Besakih. Namun, banyak di antara krama yang memakan nasi bungkus tersebut, justru tidak ikut keracunan. "Kami tidak tahu, kenapa ada 40 krama keracunan?” tutur Putu Kristia, sembari menyebut persembahyangan ke Pura Besakih hari itu memang diselenggarakan oleh Sekaa Teruna Sancita Dwipa.
Puluhan krama yang keracunan itu sendiri, sebagaimana diberitakan, mulai bertumbangan Sabtu malam pukul 22.00 Wita sepulang dari Pura Besakih, atau berselang 11 jam pasca santap nasi bungkus. Para korban terdiri dari 30 laki-laki dan 10 perempuan, dengan kisaran usia 17-58 tahun. Mereka menjalani pengobatan ke berbagai tempat, seperti di bidan desa, Puskesmas Marga I, hingga BRSUD Tabanan.
Dari 40 korban keracunan, 6 orang di antaranya sempat harus dirawat inap di BRSUD Tabanan. Sampai Rabu kemarin, masih ada 1 korban keracunan yang dirawat di BRSUD Tabanan, yakni Wayan Wardana, 49. Sekadar dicatat, nasi bungkus yang disantap ramai-ramai tersebut berisi lauk berupa telor rebus bu-mbu, mie goreng, daging hati babi, daging usus babi, daging ayam sisit, dan tempe goreng. *des
1
Komentar