Januari - 9 April 2019 Terdata Sebanyak 233 Kasus di Badung
Dinkes Antisipasi Kasus DBD dengan Intensifkan Fogging
MANGUPURA, NusaBali
Mengantisipasi merebaknya kasus demam berdarah dengue (DBD) pada masa peralihan musim penghujan ke musim kemarau, Dinas Kesehatan (Dinkes) Badung mengimbau masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Hal ini demi mencegah berkembangbiaknya jentik nyamuk Aedes Aegypti yang dapat mengakibatkan DBD. Selama Januari hingga 9 April 2019 terdata sebanyak 233 kasus DBD, dua orang di antaranya meninggal dunia.
“Kami sudah memprogramkan gerakan serentak (gertak) untuk PSN. Ini untuk mencegah berkembangbiaknya jentik nyamuk,” kata Kepala Dinkes Badung dr I Gede Putra Suteja, Rabu (10/4).
Di samping itu, kata dia, diprogramkan pula fogging ultra low volume (ULV) dan fogging fokus. Fogging ULV dilaksanakan sebelum masa penularan (SMP) dengan menggunakan mesin besar di atas mobil dan jangkauan penyemprotan hanya jalan-jalan besar. Sementara, untuk kegiatan fogging fokus dilaksanakan setiap ada kasus DBD.
Dinkes pun telah menyiapkan anggaran untuk pengadaan bahan kimia untuk kegiatan fogging tersebut mencapai Rp 2,2 miliar. Fogging yang akan digalakkan ini dilakukan oleh lima regu, yakni regu fogging Puskesmas Kuta Selatan, Puskesmas Kuta I, Puskesmas Kuta II, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas Kuta Utara.
Selain itu, lanjut dr Suteja, Dinkes juga akan menggerakkan juru pemantau jentik (jumantik). “Tugasnya untuk turun ke rumah-rumah warga memberikan penyuluhan terkait penyakit DBD dan cara mencegahnya,” imbuhnya.
Terkait kasus DBD di Badung, birokrat asal Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, mengungkapkan saat ini kasus DBD di Kabupaten Badung mengalami penurunan. “Tiga bulan terakhir turun. Januari ada 85 kasus, Februari ada 76 kasus, dan Maret 53 kasus. Sedangkan bulan April sekitar 19, tapi ini rekap sampai 9 April 2019. Jadi keseluruhan (Januari hingga 9 April 2019) 233 kasus,” ungkap dr Suteja.
Kasus DBD terbanyak terjadi di Kecamatan Kuta Selatan dengan 61 kasus, Kuta Utara 47 kasus, Kuta 46 kasus, Mengwi 41 kasus, Abiansemal 33 kasus, dan Kecamatan Petang ada 5 kasus. “Hingga saat ini tercatat ada dua orang meninggal karena kasus DBD, satu orang asal Mengwitani (Mengwi) dan satu orang lagi asal Kelurahan Benoa (Kuta Selatan),” imbuhnya.
Bila dibandingkan dengan kasus sebelumnya, tahun 2018 kasus DBD di Badung tercatat 324 kasus. Sementara kasus DBD pada 2017 sebanyak 941 kasus, dan tahun 2016 sebanyak 3.949 kasus. *asa
“Kami sudah memprogramkan gerakan serentak (gertak) untuk PSN. Ini untuk mencegah berkembangbiaknya jentik nyamuk,” kata Kepala Dinkes Badung dr I Gede Putra Suteja, Rabu (10/4).
Di samping itu, kata dia, diprogramkan pula fogging ultra low volume (ULV) dan fogging fokus. Fogging ULV dilaksanakan sebelum masa penularan (SMP) dengan menggunakan mesin besar di atas mobil dan jangkauan penyemprotan hanya jalan-jalan besar. Sementara, untuk kegiatan fogging fokus dilaksanakan setiap ada kasus DBD.
Dinkes pun telah menyiapkan anggaran untuk pengadaan bahan kimia untuk kegiatan fogging tersebut mencapai Rp 2,2 miliar. Fogging yang akan digalakkan ini dilakukan oleh lima regu, yakni regu fogging Puskesmas Kuta Selatan, Puskesmas Kuta I, Puskesmas Kuta II, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas Kuta Utara.
Selain itu, lanjut dr Suteja, Dinkes juga akan menggerakkan juru pemantau jentik (jumantik). “Tugasnya untuk turun ke rumah-rumah warga memberikan penyuluhan terkait penyakit DBD dan cara mencegahnya,” imbuhnya.
Terkait kasus DBD di Badung, birokrat asal Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, mengungkapkan saat ini kasus DBD di Kabupaten Badung mengalami penurunan. “Tiga bulan terakhir turun. Januari ada 85 kasus, Februari ada 76 kasus, dan Maret 53 kasus. Sedangkan bulan April sekitar 19, tapi ini rekap sampai 9 April 2019. Jadi keseluruhan (Januari hingga 9 April 2019) 233 kasus,” ungkap dr Suteja.
Kasus DBD terbanyak terjadi di Kecamatan Kuta Selatan dengan 61 kasus, Kuta Utara 47 kasus, Kuta 46 kasus, Mengwi 41 kasus, Abiansemal 33 kasus, dan Kecamatan Petang ada 5 kasus. “Hingga saat ini tercatat ada dua orang meninggal karena kasus DBD, satu orang asal Mengwitani (Mengwi) dan satu orang lagi asal Kelurahan Benoa (Kuta Selatan),” imbuhnya.
Bila dibandingkan dengan kasus sebelumnya, tahun 2018 kasus DBD di Badung tercatat 324 kasus. Sementara kasus DBD pada 2017 sebanyak 941 kasus, dan tahun 2016 sebanyak 3.949 kasus. *asa
Komentar