Produksi Mantan Gepeng Muntigunung Mulai Dipasarkan
Produksi kerajinan mantan gepeng di Kampung Kesetiakawanan Sosial Desaku Menanti Satyadharma Giri Winangun di Banjar Munti Gunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem, mulai dipasarkan.
AMLAPURA, NusaBali
Produk yang dihasilkan yakni kue dan anyaman dari daun lontar. Kepala Dinas Sosial Karangasem, Ni Ketut Puspa Kumari, mengungkapkan sejak Kampung Kesetiakawanan Sosial Desaku Menanti Satyadharma Giri Winangun terdiri dari 50 rumah singgah diresmikan, sebanyak 195 mantan gepeng diberdayakan. Bimbingan yang diberikan berupa pelatihan ketrampilan, bantuan rumah, memberikan peralatan rumah tangga, memberikan jaminan hidup, modal usaha, dan sebagainya. Sehari-hari aktivitas 195 mantan gepeng berasal dari 50 KK itu di bawah bimbingan I Ketut Nerima.
Pemerintah memberikan jaminan untuk tiga bulan pertama Januari-Maret 2019, sebelum hasil produksinya laku terjual dapat biaya hidup Rp 3 juta. “Hasil produksinya berupa anyaman ketupat dari daun lontar, tamas, dupa, dan lainnya telah kami pasarkan. Kualitas produksinya bersaing, ke depan agar mantan gepeng mampu jadi pionir kerajinan di Karangasem,” harap Puspa Kumari, Kamis (11/2).
Dikatakan, warga binaan dapat modal usaha Rp 5 juta per KK total Rp 250 juta. Ditambah biaya operasional yayasan Rp 15 juta sehingga total bantuan Rp 2,328 miliar. Ni Wayan Putri Ayu salah satu warga binaan mengaku bersyukur dapat bantuan sehingga memiliki aktivitas. “Daripada menggepeng lebih baik berproduksi, kan hasil produksi telah ada yang memasarkan,” katanya. *k16
Pemerintah memberikan jaminan untuk tiga bulan pertama Januari-Maret 2019, sebelum hasil produksinya laku terjual dapat biaya hidup Rp 3 juta. “Hasil produksinya berupa anyaman ketupat dari daun lontar, tamas, dupa, dan lainnya telah kami pasarkan. Kualitas produksinya bersaing, ke depan agar mantan gepeng mampu jadi pionir kerajinan di Karangasem,” harap Puspa Kumari, Kamis (11/2).
Dikatakan, warga binaan dapat modal usaha Rp 5 juta per KK total Rp 250 juta. Ditambah biaya operasional yayasan Rp 15 juta sehingga total bantuan Rp 2,328 miliar. Ni Wayan Putri Ayu salah satu warga binaan mengaku bersyukur dapat bantuan sehingga memiliki aktivitas. “Daripada menggepeng lebih baik berproduksi, kan hasil produksi telah ada yang memasarkan,” katanya. *k16
1
Komentar