Biaya Karya Agung di Besakih Rp 6,98 M
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati nuwek bagia pula kerti di depan linggih Padma Tiga untuk nyineb Karya Agung Panca Walikrama lan Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Penataran Agung Besakih, Sukra Paing Ugu, Jumat (12/4).
AMLAPURA, NusaBali
Nyineb dipuput Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba dari Geria Moding, Denpasar dan Ida Pedanda Wayahan Tianyar dari Geria Menara, Banjar Punia, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Karangasem. Karya Agung ini menghabiskan biaya Rp 6,98 miliar.
Selama rangkaian nyineb diguyur hujan sehingga pelataran Pura Penataran Agung Besakih tergenang air. Pamedek ke pura mengenakan jas hujan. Tari Rejang Renteng tetap dipentaskan meski hujan mengguyur. Akhir dari puncak upacara nyineb Wagub Cok Ace nuwek bagia pula kerthi menggunakan tombak. Selanjutnya banten bagia pula kerthi dibakar dan sebagian dipendem di belakang linggih Sanggar Tawang di bagian barat linggih Padma Tiga dan sebagian dioleskan di kening.
Nyineb dihadiri Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa, Ketua PHDI Bali Prof Dr Drs I Gusti Ngurah Sudiana MSi, Ketua PHDI Karangasem Dr Ni Nengah Rustini MAg, dan pimpinan OPD Provinsi Bali dan Pemkab Karangasem. Panitia Seksi Sulinggih Karya Agung Panca Walikrama lan Ida Bhatara Turun Kabeh yang juga Pamangku di Pura Penataran Agung Besakih Jro Mangku Suyasa mengatakan, makna dari abu bagia pula kerthi dioleskan di kening untuk mendapatkan nilai-nilai kebahagiaan secara spiritual. “Sebagian abunya dipendem sebagai simbol menanamkan benih kasucian dengan harapan di kemudian hari mendapatkan hasil kebaikan yang lebih berkualitas,” jelas Jro Mangku Suyasa.
Ketua Panitia Karya Agung, Jro Mangku Widiartha, melaporkan pemasukan Rp 8,530 miliar, biaya Karya Agung sebesar Rp 6,98 miliar, masih memiliki sisa anggaran Rp 1,592 miliar. Pemasukan bersumber dari sisa anggaran tahun 2018 Rp 1,266 miliar. Pemasukan lainnya: pendapatan selama tahun 2019 Rp 3,918 miliar, punia Karangasem Rp 30 juta, punia dari Klungkung Rp 20 juta, Bangli Rp 20 juta, Gianyar Rp 50 juta, Badung Rp 100 juta, Tabanan Rp 15 juta, Buleleng Rp 15 juta, Jembrana Rp 20 juta, dan Denpasar Rp 50 juta. Punia para bhakta Rp 2,8 miliar, sehingga total pemasukan Rp 8,530 miliar.
Sementara sesari sulinggih Rp 338,44 juta, biaya wewalen Rp 157,3 juta, boga Rp 1,5 miliar, jatu di Pura Catur Loka Pala Rp 160 juta, beli benang sanga datu Rp 485,2 juta, pajak Rp 450,6 juta, dan jasa rekanan Rp 58,7 juta, dan lain-lain. Total pengeluaran Rp 6,98 miliar, sisa Rp 1,592 miliar. “Sisa dana masuk rekening Pura Penataran Agung Besakih,” kata Jro Mangku Widiartha. *k16
Selama rangkaian nyineb diguyur hujan sehingga pelataran Pura Penataran Agung Besakih tergenang air. Pamedek ke pura mengenakan jas hujan. Tari Rejang Renteng tetap dipentaskan meski hujan mengguyur. Akhir dari puncak upacara nyineb Wagub Cok Ace nuwek bagia pula kerthi menggunakan tombak. Selanjutnya banten bagia pula kerthi dibakar dan sebagian dipendem di belakang linggih Sanggar Tawang di bagian barat linggih Padma Tiga dan sebagian dioleskan di kening.
Nyineb dihadiri Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa, Ketua PHDI Bali Prof Dr Drs I Gusti Ngurah Sudiana MSi, Ketua PHDI Karangasem Dr Ni Nengah Rustini MAg, dan pimpinan OPD Provinsi Bali dan Pemkab Karangasem. Panitia Seksi Sulinggih Karya Agung Panca Walikrama lan Ida Bhatara Turun Kabeh yang juga Pamangku di Pura Penataran Agung Besakih Jro Mangku Suyasa mengatakan, makna dari abu bagia pula kerthi dioleskan di kening untuk mendapatkan nilai-nilai kebahagiaan secara spiritual. “Sebagian abunya dipendem sebagai simbol menanamkan benih kasucian dengan harapan di kemudian hari mendapatkan hasil kebaikan yang lebih berkualitas,” jelas Jro Mangku Suyasa.
Ketua Panitia Karya Agung, Jro Mangku Widiartha, melaporkan pemasukan Rp 8,530 miliar, biaya Karya Agung sebesar Rp 6,98 miliar, masih memiliki sisa anggaran Rp 1,592 miliar. Pemasukan bersumber dari sisa anggaran tahun 2018 Rp 1,266 miliar. Pemasukan lainnya: pendapatan selama tahun 2019 Rp 3,918 miliar, punia Karangasem Rp 30 juta, punia dari Klungkung Rp 20 juta, Bangli Rp 20 juta, Gianyar Rp 50 juta, Badung Rp 100 juta, Tabanan Rp 15 juta, Buleleng Rp 15 juta, Jembrana Rp 20 juta, dan Denpasar Rp 50 juta. Punia para bhakta Rp 2,8 miliar, sehingga total pemasukan Rp 8,530 miliar.
Sementara sesari sulinggih Rp 338,44 juta, biaya wewalen Rp 157,3 juta, boga Rp 1,5 miliar, jatu di Pura Catur Loka Pala Rp 160 juta, beli benang sanga datu Rp 485,2 juta, pajak Rp 450,6 juta, dan jasa rekanan Rp 58,7 juta, dan lain-lain. Total pengeluaran Rp 6,98 miliar, sisa Rp 1,592 miliar. “Sisa dana masuk rekening Pura Penataran Agung Besakih,” kata Jro Mangku Widiartha. *k16
Komentar