Kembang Energi Terbarukan, Greenpeace Kerjasama dengan Unud
Dalam menciptakan energi terbarukan, Greenpeace bersama Universitas Udayana bekerjasama dalam melakukan penelitian yang memberikan gambaran secara utuh tentang energi terbarukan khususnya energi surya dapat dikembangkan di Pulau Dewata.
MANGUPURA, NusaBali
Diharapkan, hasil penelitian itu bisa menghasilkan peta jalan energi surya bagi Bali agar dapat menjadi pelopor transisi energi dari energi fosil, terutama batu bara, ke energi bersih dan terbarukan.
Kepala Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Tata Mustafa mengungkapkan kesepakatan antara greenpeace dengan Universitas Udayana ini sebagai bentuk kerjasama dalam mengupayakan penelitian tentang penggunaan energi terbarukan itu. Apalagi, pemanfaatan potensi energi terbarukan di Indonesia masih sangat rendah dan jauh tertinggal dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam.
Kepala Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Tata Mustafa mengungkapkan kesepakatan antara greenpeace dengan Universitas Udayana ini sebagai bentuk kerjasama dalam mengupayakan penelitian tentang penggunaan energi terbarukan itu. Apalagi, pemanfaatan potensi energi terbarukan di Indonesia masih sangat rendah dan jauh tertinggal dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam.
Dengan adanya kerjasama itu nantinya, diharapkan bisa mengurai penggunaan energi yang masih berasal dari batu bara. "Tidak dipungkiri, mayoritas bauran energi listrik nasional pada tahun 2028 masih berasal dari batu bara, yaitu sebesar 48 persen. Pada saat yang sama, pemanfaatan potensi energi terbarukan di Indonesia masih sangat rendah. Sehingga dengan adanya kerjasama ini, bisa memberikan solusi dalam penggunaan energi terbarukan khususnya di Bali," terangnya saat penandatanganan MoU di Hotel Bali Paragon, Jalan Raya Kampus Unud, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Jumat (12/4) pagi.
Diungkapkannya, bahwa dari beberapa penelitian, Bali memiliki potensi energi surya yang sangat tinggi karena letak geografis dan kondisi cuacanya. Potensi energi surya yang dimiliki oleh Bali begitu besar, yaitu 32,000 GWh hingga 53,300 GWh per tahun dengan menggunakan solar PV jenis thin-film silicon sebagai opsi termurah. Dengan kata lain, potensi energi surya tersebut telah jauh melebihi kebutuhan listrik di Provinsi Bali pada tahun 2028, yaitu 9,828 GWh per tahun. Apalagi, sambung dia, pemanfaatan energi surya di Bali sejalan dengan komitmen Gubernur Provinsi Bali, I Wayan Koster, untuk mewujudkan energi terbarukan dan mandiri energi. "Jadi program ini sejalan dengan upaya pemerintah yang saat ini sedang mengodok Peraturan Gubernur (Pergub) mengenai pemanfaatan energi terbarukan yang memuat kebijakan untuk mendukung pengembangan energi terbarukan, termasuk energi surya. Selain itu, penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan Provinsi (RUKP) Bali tentang pembangunan sistem kelistrikan untuk beberapa tahun mendatang juga sedang berjalan," imbuhnya.
Sementara, Prof Ida Ayu Dwi Giriantari PhD, Ketua Tim CORE Universitas Udayana mengungkapkan penelitian Center of Excellence Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana dan Greenpeace mengenai 'Peta Jalan Energi Surya di Bali' bertujuan memberikan masukan kepada Pergub Energi Terbarukan dan RUKP, untuk mendorong pengembangan energi surya di Bali. Penelitian ini akan mencari tahu apa saja yang dibutuhkan baik strategi maupun kebijakan untuk mencapai target tersebut. "Penelitian yang telah dilakukan CORE menunjukkan teknologi untuk pemanfaatan energi surya sudah sangat memadai dan secara keekonomian juga makin menjanjikan serta sejalan dengan program pemerintah terkait energi terbarukan," ungkapnya. *dar
Diungkapkannya, bahwa dari beberapa penelitian, Bali memiliki potensi energi surya yang sangat tinggi karena letak geografis dan kondisi cuacanya. Potensi energi surya yang dimiliki oleh Bali begitu besar, yaitu 32,000 GWh hingga 53,300 GWh per tahun dengan menggunakan solar PV jenis thin-film silicon sebagai opsi termurah. Dengan kata lain, potensi energi surya tersebut telah jauh melebihi kebutuhan listrik di Provinsi Bali pada tahun 2028, yaitu 9,828 GWh per tahun. Apalagi, sambung dia, pemanfaatan energi surya di Bali sejalan dengan komitmen Gubernur Provinsi Bali, I Wayan Koster, untuk mewujudkan energi terbarukan dan mandiri energi. "Jadi program ini sejalan dengan upaya pemerintah yang saat ini sedang mengodok Peraturan Gubernur (Pergub) mengenai pemanfaatan energi terbarukan yang memuat kebijakan untuk mendukung pengembangan energi terbarukan, termasuk energi surya. Selain itu, penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan Provinsi (RUKP) Bali tentang pembangunan sistem kelistrikan untuk beberapa tahun mendatang juga sedang berjalan," imbuhnya.
Sementara, Prof Ida Ayu Dwi Giriantari PhD, Ketua Tim CORE Universitas Udayana mengungkapkan penelitian Center of Excellence Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana dan Greenpeace mengenai 'Peta Jalan Energi Surya di Bali' bertujuan memberikan masukan kepada Pergub Energi Terbarukan dan RUKP, untuk mendorong pengembangan energi surya di Bali. Penelitian ini akan mencari tahu apa saja yang dibutuhkan baik strategi maupun kebijakan untuk mencapai target tersebut. "Penelitian yang telah dilakukan CORE menunjukkan teknologi untuk pemanfaatan energi surya sudah sangat memadai dan secara keekonomian juga makin menjanjikan serta sejalan dengan program pemerintah terkait energi terbarukan," ungkapnya. *dar
1
Komentar