Diregenerasi, Janger Khas Menyali Dilombakan
Kesenian Tari Janger Menyali yang berasal dari Desa Menyali, Kecamatan Sawan Buleleng, yang sempat punah, kembali dibangkitkan.
SINGARAJA, NusaBali
Janger yang sempat direkonstruksi pada tahun 2017 lalu, saat ini diregenerasi untuk menjamin kelestariannya. Delapan sekaa janger dari SMP se-Kabupaten Buleleng ambil bagian sebagai generasi penerus Janger Menyali, dalam lomba Janger Menyali serangkaian HUT Kota Singaraja ke-415.
Empat sekaa janger dari SMPN 4 Singaraja, SMPN 2 Banjar, SMPN 1 Banjar dan SMPN 2 Seririt, mendapatkan kesempatan tampil di hari pertama pelaksanaan lomba Minggu (21/4) malam. Penampilan mereka pun membius penonton dengan ciri khas Janger Menyali yang terletak pada nyanyian, syair lagu dan juga pakaian pada penari pria (jipak,red) yang memang berbeda dari tari janger biasanya.
Penonton pun bersorak sorai saat melihat penampilan penari pria dengan busana khasnya, menggunakan celana pendek, kemeja putih, sepatu, disertai baret di kepala. Ciri khas Janger Menyali pun semakin terlihat saat jipak menggunakan kacamata hitam, jam tangan dan cincin batu akik.
Keunikan lainnya juga dapat didengar dari lirik lagu yang dinyanyikan beberapa menggunakan kalimat Bahasa Indonesia yang tidak baku.
Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana mengatakan, lomba Janger Menyali yang digelar Pemkab Buleleng merupakan satu upaya untuk tetap menjaga kelestarian keseian khas Buleleng. Apalagi Janger Menyali diklaim sebagai kesenian janger pertama yang tercipta di Bali sebelum janger gaya Kedaton yang sering kita tonton dan berkembang saat ini ada.
Bahkan seorang seniman mengabadikan penampilan janger Menyali dalam suatu pementasan pada tahun 1938 silam. “Tari Janger Menyali memang memiliki pakem berbeda dari janger pada umumnya. Dengan pelestraian dan eksplorasi kesenian yang terus dilakukan akan menambah khasanah kesenian di Buleleng. Tahun depan harapannya SMA/SMK bisa ikut dalam lomba ini sehingga lebih atraktif,” ucap Bupati.
Sementara itu pelatih Janger Menyali SMP 2 Banjar, Ni Kadek Setoni, mengakui setelah berlatih sebulan, Janger Menyali memang memiliki ciri khas tersendiri. Selain pada lagu ciri khas kental terlihat pada pakaian yang digunakan jipak. Dari pakaian dan aksesoris serta gerakanannya seperti menirukan gerakan pasukan tentara, yang kemungkinan diadopsi menjadi karya seni saat masa penjajahan di Buleleng.
“Sangat unik dari sebulan penuh kami berlatih, Janger Menyali ini memang memiliki pakem berbeda dari janger pada umumnya. Semisal lagu dan liriknya yang terdengar sedikit aneh karena menggunakan bahasa tak baku, ada gerakan pencak silatnya juga pada penari pria. Kami mendukung penuh untuk pelestaian budaya dan kita patut bangga karena punya gaya janger khas,” ucap Setoni.*k23
Empat sekaa janger dari SMPN 4 Singaraja, SMPN 2 Banjar, SMPN 1 Banjar dan SMPN 2 Seririt, mendapatkan kesempatan tampil di hari pertama pelaksanaan lomba Minggu (21/4) malam. Penampilan mereka pun membius penonton dengan ciri khas Janger Menyali yang terletak pada nyanyian, syair lagu dan juga pakaian pada penari pria (jipak,red) yang memang berbeda dari tari janger biasanya.
Penonton pun bersorak sorai saat melihat penampilan penari pria dengan busana khasnya, menggunakan celana pendek, kemeja putih, sepatu, disertai baret di kepala. Ciri khas Janger Menyali pun semakin terlihat saat jipak menggunakan kacamata hitam, jam tangan dan cincin batu akik.
Keunikan lainnya juga dapat didengar dari lirik lagu yang dinyanyikan beberapa menggunakan kalimat Bahasa Indonesia yang tidak baku.
Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana mengatakan, lomba Janger Menyali yang digelar Pemkab Buleleng merupakan satu upaya untuk tetap menjaga kelestarian keseian khas Buleleng. Apalagi Janger Menyali diklaim sebagai kesenian janger pertama yang tercipta di Bali sebelum janger gaya Kedaton yang sering kita tonton dan berkembang saat ini ada.
Bahkan seorang seniman mengabadikan penampilan janger Menyali dalam suatu pementasan pada tahun 1938 silam. “Tari Janger Menyali memang memiliki pakem berbeda dari janger pada umumnya. Dengan pelestraian dan eksplorasi kesenian yang terus dilakukan akan menambah khasanah kesenian di Buleleng. Tahun depan harapannya SMA/SMK bisa ikut dalam lomba ini sehingga lebih atraktif,” ucap Bupati.
Sementara itu pelatih Janger Menyali SMP 2 Banjar, Ni Kadek Setoni, mengakui setelah berlatih sebulan, Janger Menyali memang memiliki ciri khas tersendiri. Selain pada lagu ciri khas kental terlihat pada pakaian yang digunakan jipak. Dari pakaian dan aksesoris serta gerakanannya seperti menirukan gerakan pasukan tentara, yang kemungkinan diadopsi menjadi karya seni saat masa penjajahan di Buleleng.
“Sangat unik dari sebulan penuh kami berlatih, Janger Menyali ini memang memiliki pakem berbeda dari janger pada umumnya. Semisal lagu dan liriknya yang terdengar sedikit aneh karena menggunakan bahasa tak baku, ada gerakan pencak silatnya juga pada penari pria. Kami mendukung penuh untuk pelestaian budaya dan kita patut bangga karena punya gaya janger khas,” ucap Setoni.*k23
Komentar