Diangkat Jadi Tenaga Ahli Fraksi, Gede Adnyana Tutup Usia
Sesepuh PDIP Badung dan Mantan Ketua DPRD Badung 2004–2009
MANGUPURA, NusaBali
Tokoh PDIP sekaligus mantan Ketua DPRD Badung periode 2004–2009, Gede Adnyana, berpulang pada Soma Paing Kelawu, Senin (22/4) sekitar pukul 15.55 Wita di usia 68 tahun. Almarhum sempat dirawat sekitar 3 pekan di RSUP Sanglah, Denpasar, sebelum menghembuskan nafas terakhir. Kepergian almarhum menyusul mendiang sang istri, Ni Made Supadmi, yang meninggal pada Februari 2019 lalu. Almarhun Adnyana meninggalkan tiga orang anak, yakni, Kadek Edi Setiawan, 44, Komang Ari Setyawati, 42, dan Ketut Tuti Kusumayanti, 37.
Almarhum merupakan anak sulung dari delapan bersaudara. Almarhum terlahir dari pasangan almarhum Made Warta dan Ni Made Suwarni. Made Warta adalah tokoh penting yang sempat menduduki kursi ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Badung Utara.
Almarhum memulai kiprahnya di dunia politik saat bergabung dalam Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI). Sempat pula menjadi Ketua DPC Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Kabupaten Badung 1977–1982 dan 1982–1996. Duduk sebagai orang penting di partai, almarhum kemudian menjadi anggota DPRD Badung di Komisi A pada 1999–2004. Karier politiknya semakin menanjak tatkala duduk sebagai Ketua DPRD Badung pada periode 2004–2009. Terakhir, almarhum sempat duduk sebagai Tenaga Ahli Fraksi di DPRD Badung 2009–2014.
Sebetulnya, pada tahun ini almarhum mendapat kesempatan menjadi Tenaga Ahli Fraksi di DPRD Badung lagi. Tapi sayang, belum sempat dirinya bekerja, ajal sudah menjemput.
“Surat keputusan (SK) sebagai tenaga ahli di DPRD Badung, sudah ada. Tapi kakak keburu meninggal,” kata Nyoman Gede Arjuna, 63, adik almarhum saat ditemui di rumah duka, Rabu (24/4).
Gede Arjuna menceritakan, almarhum menjalani perawatan intensif di RSUP Sanglah sejak dinyatakan mengalami penyempitan pembuluh daerah di jantung. Almarhum juga mengidap diabetes stadium dua. Nah, karena ingin segera sembuh dan bisa beraktivitas sebagai tenaga ahli, almarhum menjalani operasi pada 4 April lalu. “Operasi berjalan lancar. Kondisinya dinyatakan normal,” tuturnya.
Masih dalam perawatan, pada 10 April 2019 kondisi korban kembali menurun. Ternyata didiagnosa paru-paru bermasalah karena ada bakteri. “Tapi tanggal 16 April kondisinya mulai pulih dan sempat hendak dipindah ke ruang perawatan. Tapi karena masih terdapat gangguan, tidak jadi,” ujarnya.
Kondisi almarhum terus turun, sehingga pada 20 April kondisi kakek lima cucu ini semakin drop. Pada 22 April 2019, keluarga pun dipanggil untuk ke rumah sakit. “Sebelum diambil tindakan lanjutan oleh dokter, karena masih akan dirapatkan pada 23 April 2019, kakak saya sudah meninggal, tepat pukul 15.55 Wita,” kata Gede Arjuna.
Di mata Gede Arjua, almarhum adalah sosok kakak yang pendiam, tak banyak mengeluh, dan pekerja keras. “Kakak jarang mengeluh. Tapi biasa curhat dengan tiyang kalau ada sesuatu,” ucapnya.
Sementara, anak almarhum, Komang Ari Setyawati, mengaku sang ayah adalah sosok yang sangat penyayang kepada keluarga. Almarhum pun tak pernah marah-marah kepada anak-anaknya. “Seingat tiyang, tidak pernah bapak itu marah. Bapak itu orang penyabar selalu ngasih pesan-pesan yang baik untuk keluarga,” ucapnya.
“Satu lagi, bapak itu selalu menanamkan optimisme kepada anak-anaknya. Itu prinsip hidup bapak yang saya tahu,” imbuh Setyawati. Dia mengharapkan maaf dari seluruh masyarakat Badung untuk ayah tercintanya, apabila selama sang ayah hidup ada berbuat salah baik disengaja atau tidak disengaja.
Rencananya pada Wraspati Kliwon Kelawu, Kamis (25/4) hari ini jenazah akan dipulangkan dari RSUP Sanglah. Selanjutnya, pada Saniscara Paing Kelawu, Sabtu (27/4) rencana akan dilakukan nyiramin dan ngaskara. Lanjut pada Redita Pon Dukut, Minggu (28/4) upacara pangabenan. Sedangkan upacara memukur akan dilakukan pada Saniscara Wage Dukut, Sabtu (4/5) mendatang.
Pada bagian lain, Ketua DPRD Badung I Putu Parwata membenarkan almarhum diangkat menjadi tenaga ahli fraksi di DPRD Badung. SK pengangkatan almarhum telah dikeluarkan sekitar sebulan lalu. “Kami turut berbelasungkawa atas berpulangnya almarhum Gede Adnyana. Beliau itu senior saya. Semoga keluarga beliau diberikan ketabahan,” ucap Parwata. *asa
Almarhum merupakan anak sulung dari delapan bersaudara. Almarhum terlahir dari pasangan almarhum Made Warta dan Ni Made Suwarni. Made Warta adalah tokoh penting yang sempat menduduki kursi ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Badung Utara.
Almarhum memulai kiprahnya di dunia politik saat bergabung dalam Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI). Sempat pula menjadi Ketua DPC Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Kabupaten Badung 1977–1982 dan 1982–1996. Duduk sebagai orang penting di partai, almarhum kemudian menjadi anggota DPRD Badung di Komisi A pada 1999–2004. Karier politiknya semakin menanjak tatkala duduk sebagai Ketua DPRD Badung pada periode 2004–2009. Terakhir, almarhum sempat duduk sebagai Tenaga Ahli Fraksi di DPRD Badung 2009–2014.
Sebetulnya, pada tahun ini almarhum mendapat kesempatan menjadi Tenaga Ahli Fraksi di DPRD Badung lagi. Tapi sayang, belum sempat dirinya bekerja, ajal sudah menjemput.
“Surat keputusan (SK) sebagai tenaga ahli di DPRD Badung, sudah ada. Tapi kakak keburu meninggal,” kata Nyoman Gede Arjuna, 63, adik almarhum saat ditemui di rumah duka, Rabu (24/4).
Gede Arjuna menceritakan, almarhum menjalani perawatan intensif di RSUP Sanglah sejak dinyatakan mengalami penyempitan pembuluh daerah di jantung. Almarhum juga mengidap diabetes stadium dua. Nah, karena ingin segera sembuh dan bisa beraktivitas sebagai tenaga ahli, almarhum menjalani operasi pada 4 April lalu. “Operasi berjalan lancar. Kondisinya dinyatakan normal,” tuturnya.
Masih dalam perawatan, pada 10 April 2019 kondisi korban kembali menurun. Ternyata didiagnosa paru-paru bermasalah karena ada bakteri. “Tapi tanggal 16 April kondisinya mulai pulih dan sempat hendak dipindah ke ruang perawatan. Tapi karena masih terdapat gangguan, tidak jadi,” ujarnya.
Kondisi almarhum terus turun, sehingga pada 20 April kondisi kakek lima cucu ini semakin drop. Pada 22 April 2019, keluarga pun dipanggil untuk ke rumah sakit. “Sebelum diambil tindakan lanjutan oleh dokter, karena masih akan dirapatkan pada 23 April 2019, kakak saya sudah meninggal, tepat pukul 15.55 Wita,” kata Gede Arjuna.
Di mata Gede Arjua, almarhum adalah sosok kakak yang pendiam, tak banyak mengeluh, dan pekerja keras. “Kakak jarang mengeluh. Tapi biasa curhat dengan tiyang kalau ada sesuatu,” ucapnya.
Sementara, anak almarhum, Komang Ari Setyawati, mengaku sang ayah adalah sosok yang sangat penyayang kepada keluarga. Almarhum pun tak pernah marah-marah kepada anak-anaknya. “Seingat tiyang, tidak pernah bapak itu marah. Bapak itu orang penyabar selalu ngasih pesan-pesan yang baik untuk keluarga,” ucapnya.
“Satu lagi, bapak itu selalu menanamkan optimisme kepada anak-anaknya. Itu prinsip hidup bapak yang saya tahu,” imbuh Setyawati. Dia mengharapkan maaf dari seluruh masyarakat Badung untuk ayah tercintanya, apabila selama sang ayah hidup ada berbuat salah baik disengaja atau tidak disengaja.
Rencananya pada Wraspati Kliwon Kelawu, Kamis (25/4) hari ini jenazah akan dipulangkan dari RSUP Sanglah. Selanjutnya, pada Saniscara Paing Kelawu, Sabtu (27/4) rencana akan dilakukan nyiramin dan ngaskara. Lanjut pada Redita Pon Dukut, Minggu (28/4) upacara pangabenan. Sedangkan upacara memukur akan dilakukan pada Saniscara Wage Dukut, Sabtu (4/5) mendatang.
Pada bagian lain, Ketua DPRD Badung I Putu Parwata membenarkan almarhum diangkat menjadi tenaga ahli fraksi di DPRD Badung. SK pengangkatan almarhum telah dikeluarkan sekitar sebulan lalu. “Kami turut berbelasungkawa atas berpulangnya almarhum Gede Adnyana. Beliau itu senior saya. Semoga keluarga beliau diberikan ketabahan,” ucap Parwata. *asa
1
Komentar