Lomba Pesantian Jaga Eksistensi Sastra Bali
Sebanyak sembilan sekaa santi perwakilan dari masing-masing kecamatan di Buleleng unjuk kebolehan dalam lomba Pesantian yang digelar Pemkab Buleleng serangkaian HUT Kota Singaraja ke-415.
SINGARAJA, NusaBali
Lomba tradisional yang digelar di Lapangan Bhuana Patra, 23-24 April malam disebut merupakan salah satu langkah menjaga eksistensi sastra Bali yang ditulis dalam bait-bait geguritan.
Masing-masing sekaa santi wajib membawa minimal 17 orang anggota sekaa santinya yang berusia 13-21 tahun. Dinas Kebudayaan sebagai pelaksana lomba memang menyasar kalangan pemuda untuk meregenerasi kesenian dan kebudayaan tradisional yang mulai terkikis oleh perkembangan teknologi saat ini.
Kabid Adat dan Tradisi Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Ni Made Sriwati, menjelaskan dengan pelaksanaan lomba ini, pemerintah memberikan kesempatan kepada sekaa santi yang ada di masing-masing desa untuk bangkit kembali. Selain juag memberikan pemahaman kepada peserta lomba yang merupakan generasi milenial terkait pengamalan nilai-nilai adat dan budaya.
“Melalui kegiatan ini harapan kami kedepan pemuda sekaa santi ini bisa lebih memahami nilai adat budaya, meningkatkan pengetahuan dalam menyanyikan geguritan atau membaca sloka, sehingga taksu Bali bisa tetap hidup,” ucap Sriwati.
Regenarasi tersebut pun dinilainya sangat penting mengingat geguritan selama ini dipakai dalam upacara keagamaan umat Hindu di Bali.
Sriwati juga menyebutkan, sebelumnya Dinas Kebudayaan telah melakukan pembinaan kepada para peserta lomba dimasing-masing kecamatan. Pembinaan tersebut dilakukan untuk memberikan pemahaman terkait pupuh yang di tembangkan, keserasian antara lagu dan musik serta cengkok pada saat menyanyikan pupuh yang di tembangkan sehingga terwujud keterpaduan.
Sementara itu, Asisten Bidang Ekonomi, Pembangunan, Kesejahteraan Rakyat dan Layanan Pengadaan Setda Buleleng, Ni Made Rousmini, saat membuka lomba Selasa (23/4) malam lalu mengatakan lomba tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada Sekaa Shanti yang ada di bawah naungan Desa Pakraman dalam melestarikan adat budaya Bali.
Melalui lomba pesantian remaja diharapkan mampu menjadi media bagi generasi muda umat hindu untuk berkumpul bersama, berdiskusi terhadap hal-hal menyangkut ancaman yang akan menggerus nilai-nilai seni dan budaya orang Bali. “Mari kita bahu membahu untuk membangun daerah yang kita cintai ini, melestarikan adat dan budaya yang sudah kita warisi secara turun temurund ari leluhur kita di Bali,” ujar Rousmini. *k23
Masing-masing sekaa santi wajib membawa minimal 17 orang anggota sekaa santinya yang berusia 13-21 tahun. Dinas Kebudayaan sebagai pelaksana lomba memang menyasar kalangan pemuda untuk meregenerasi kesenian dan kebudayaan tradisional yang mulai terkikis oleh perkembangan teknologi saat ini.
Kabid Adat dan Tradisi Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Ni Made Sriwati, menjelaskan dengan pelaksanaan lomba ini, pemerintah memberikan kesempatan kepada sekaa santi yang ada di masing-masing desa untuk bangkit kembali. Selain juag memberikan pemahaman kepada peserta lomba yang merupakan generasi milenial terkait pengamalan nilai-nilai adat dan budaya.
“Melalui kegiatan ini harapan kami kedepan pemuda sekaa santi ini bisa lebih memahami nilai adat budaya, meningkatkan pengetahuan dalam menyanyikan geguritan atau membaca sloka, sehingga taksu Bali bisa tetap hidup,” ucap Sriwati.
Regenarasi tersebut pun dinilainya sangat penting mengingat geguritan selama ini dipakai dalam upacara keagamaan umat Hindu di Bali.
Sriwati juga menyebutkan, sebelumnya Dinas Kebudayaan telah melakukan pembinaan kepada para peserta lomba dimasing-masing kecamatan. Pembinaan tersebut dilakukan untuk memberikan pemahaman terkait pupuh yang di tembangkan, keserasian antara lagu dan musik serta cengkok pada saat menyanyikan pupuh yang di tembangkan sehingga terwujud keterpaduan.
Sementara itu, Asisten Bidang Ekonomi, Pembangunan, Kesejahteraan Rakyat dan Layanan Pengadaan Setda Buleleng, Ni Made Rousmini, saat membuka lomba Selasa (23/4) malam lalu mengatakan lomba tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada Sekaa Shanti yang ada di bawah naungan Desa Pakraman dalam melestarikan adat budaya Bali.
Melalui lomba pesantian remaja diharapkan mampu menjadi media bagi generasi muda umat hindu untuk berkumpul bersama, berdiskusi terhadap hal-hal menyangkut ancaman yang akan menggerus nilai-nilai seni dan budaya orang Bali. “Mari kita bahu membahu untuk membangun daerah yang kita cintai ini, melestarikan adat dan budaya yang sudah kita warisi secara turun temurund ari leluhur kita di Bali,” ujar Rousmini. *k23
1
Komentar