Ratusan IKM Ikuti 'IKM Go Digital'
Pelatihan e- Smart IKM tersebut menjadi penghubung bagi IKM untuk belajar bagaimana menggunakan platform digital untuk meningkatkan daya saing.
MANGUPURA, NusaBali
Sebanyak 250 Industri Kecil Menengah (IKM) mengikuti pelatihan memanfaatkan platform digital, bertajuk ‘e-Smart IKM Go Digital’ di Hotel Aryaduta, Kuta, Badung, Senin (29/4). Pelatihan dilaksanakan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka ( Ditjen KMA) Kementerian Perindustrian. Diharapkan dengan pelatihan tersebut para pelaku IKM di Bali, dapat lebih meningkatkan daya saingnya dan akses pasarnya.
Kasubdit Program Pangan, Barang dari Kayu Funiture dan Aneka Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Ni Nyoman Ambareny mengatakan, “Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam Making Indonesia 4.0 adalah Industri Kecil dan Menengah yang tertinggal dalam pemanfaatan teknologi, “jelasnya.
“Melalui program ini, kami harap akan menjadi penghubung bagi IKM untuk belajar bagaimana menggunakan platform digital untuk meningkatkan daya saingnya” ujar Ni Nyoman Ambareny di sela pembukaan acara e-Smart IKM 2019. Melalui pelaksanaan e- Smart IKM tersebut, lanjut Ambareny akan menjadi penghubung bagi IKM untuk belajar bagaimana menggunakan platform digital untuk meningkatkan daya saing.
Pelaksanaan e-Smart IKM Go Digital, berkolaborasi dengan 5 marketplace, 2 fintech, 1 perbankan. Kemudian 2 perusahan pengiriman dan 1 jasa eksportir dan komunitas penyedia layanan informasi berbasis open ERP (Enterprise Resource Planning). Selain itu, 12 aplikasi online sebagai contributor antara lain Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Blibli, Blanja.com, Dana, OVO, Imooji, Odoo Indonesia Network, Mandiri, JNE, dan Si Cepat. “Kolaborasi ini merupakan kekuatan untuk memperkuat daya saing industri Indonesia dan kita harus bergerak bersama,” lanjut Nyoman Ambareny.
Program e-Smart IKM sendiri diluncurkan Kemenperin pada tahun 2017. Sampai dengan 2018 sebanyak 5.945 IKM turut serta dalam program tersebut dan membuahkan nilai transaksi sebesar Rp 2 Miliar lebih, naik signifikan dari nilai transaksi tahun sebelumnya yang hanya Rp 168 juta.“ Kami harap e-commerce menjadi gerbang bagi para pelaku IKM untuk melakukan transformasi digital,” kata Ambareny. Dikatakan event ini serangkaian serangkaian literasi digital commerce untuk IKM. Setelah akses pasarnya diperluas melalui e-commerce, kemudian IKM akan membutuhkan promosi digital, sistem informasi digital, pembayaran digital, dan teknologi digital lainnya. “Antusiasme IKM untuk mengikuti acara ini, membuktikan bahwa IKM kita juga siap untuk mengadopsi teknologi digital,” tandasnya, terkait program yang didukung Pemprov Bali dan Pemkab Badung.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali I Putu Astawa, menyatakan pelatihan e-commerce yang dilakukan Dirjen IKMA (Industri Kecil Menengah dan Aneka) merupakan bentuk kehadiran pemerintah, memfasilitasi para enterprenuership meningkatkan daya saing. Sehubungan itu, Astawa meminta agar para pelaku IKM, jangan berhenti berinovasi. Karena dengan cara itulah, pelaku IKM akan tetap mampu bersaing. “Jika tidak, kita akan dilindas,” warningnya. Setidak-tidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan. Antara lain produk/barang yang dihasilkan harus bagus. “Kalau produk jelek siapa yang beli?,” ujarnya.
Untuk menghasilkan produk yang bagus harus inovatif, memanfaatkan pengetahuan. Tidak menoton. Terus harga juga kompetitif. Kemudian kontinuitas pelayanan, baik kualitas dan kuantitas. “Branding dan penentuan segmen pasar, itu juga hal yang prinsip,” ujarnya.
Mengutip strategi pemasaran, Astawa menyatakan kalangan youth, woman dan netizen, merupakan potensi pasar terbesar ke depan.
Pelaku IKM mengaku mereka sesungguhnya sudah banyak yang memasarkan produk secara digital. Di antaranya Facebook, Instagram dan beberapa aplikasi. “Ada peningkatan penjualan kami rasakan,” ujar Pande Wayan Ebeh, salah seorang pelaku IKM. Karena itulah, pihaknya ingin memperdalam lagi pemasaran produk secara online. *k17
Kasubdit Program Pangan, Barang dari Kayu Funiture dan Aneka Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Ni Nyoman Ambareny mengatakan, “Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam Making Indonesia 4.0 adalah Industri Kecil dan Menengah yang tertinggal dalam pemanfaatan teknologi, “jelasnya.
“Melalui program ini, kami harap akan menjadi penghubung bagi IKM untuk belajar bagaimana menggunakan platform digital untuk meningkatkan daya saingnya” ujar Ni Nyoman Ambareny di sela pembukaan acara e-Smart IKM 2019. Melalui pelaksanaan e- Smart IKM tersebut, lanjut Ambareny akan menjadi penghubung bagi IKM untuk belajar bagaimana menggunakan platform digital untuk meningkatkan daya saing.
Pelaksanaan e-Smart IKM Go Digital, berkolaborasi dengan 5 marketplace, 2 fintech, 1 perbankan. Kemudian 2 perusahan pengiriman dan 1 jasa eksportir dan komunitas penyedia layanan informasi berbasis open ERP (Enterprise Resource Planning). Selain itu, 12 aplikasi online sebagai contributor antara lain Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Blibli, Blanja.com, Dana, OVO, Imooji, Odoo Indonesia Network, Mandiri, JNE, dan Si Cepat. “Kolaborasi ini merupakan kekuatan untuk memperkuat daya saing industri Indonesia dan kita harus bergerak bersama,” lanjut Nyoman Ambareny.
Program e-Smart IKM sendiri diluncurkan Kemenperin pada tahun 2017. Sampai dengan 2018 sebanyak 5.945 IKM turut serta dalam program tersebut dan membuahkan nilai transaksi sebesar Rp 2 Miliar lebih, naik signifikan dari nilai transaksi tahun sebelumnya yang hanya Rp 168 juta.“ Kami harap e-commerce menjadi gerbang bagi para pelaku IKM untuk melakukan transformasi digital,” kata Ambareny. Dikatakan event ini serangkaian serangkaian literasi digital commerce untuk IKM. Setelah akses pasarnya diperluas melalui e-commerce, kemudian IKM akan membutuhkan promosi digital, sistem informasi digital, pembayaran digital, dan teknologi digital lainnya. “Antusiasme IKM untuk mengikuti acara ini, membuktikan bahwa IKM kita juga siap untuk mengadopsi teknologi digital,” tandasnya, terkait program yang didukung Pemprov Bali dan Pemkab Badung.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali I Putu Astawa, menyatakan pelatihan e-commerce yang dilakukan Dirjen IKMA (Industri Kecil Menengah dan Aneka) merupakan bentuk kehadiran pemerintah, memfasilitasi para enterprenuership meningkatkan daya saing. Sehubungan itu, Astawa meminta agar para pelaku IKM, jangan berhenti berinovasi. Karena dengan cara itulah, pelaku IKM akan tetap mampu bersaing. “Jika tidak, kita akan dilindas,” warningnya. Setidak-tidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan. Antara lain produk/barang yang dihasilkan harus bagus. “Kalau produk jelek siapa yang beli?,” ujarnya.
Untuk menghasilkan produk yang bagus harus inovatif, memanfaatkan pengetahuan. Tidak menoton. Terus harga juga kompetitif. Kemudian kontinuitas pelayanan, baik kualitas dan kuantitas. “Branding dan penentuan segmen pasar, itu juga hal yang prinsip,” ujarnya.
Mengutip strategi pemasaran, Astawa menyatakan kalangan youth, woman dan netizen, merupakan potensi pasar terbesar ke depan.
Pelaku IKM mengaku mereka sesungguhnya sudah banyak yang memasarkan produk secara digital. Di antaranya Facebook, Instagram dan beberapa aplikasi. “Ada peningkatan penjualan kami rasakan,” ujar Pande Wayan Ebeh, salah seorang pelaku IKM. Karena itulah, pihaknya ingin memperdalam lagi pemasaran produk secara online. *k17
Komentar