9 Bhikkhu Jalan Kaki 4 Km Sambil Terima Makanan
Ribuan Umat Buddha Ikuti Tradisi Ritual Pindapata di Denpasar Barat
DENPASAR, NusaBali
Ribuan umat Buddha di Denpasar dan sekitarnya antusias mengikuti tradisi Pindapata, yakni ritual Bhikkhu menerima dana makanan dan minuman dari umat di jalanan, Rabu (1/5) pagi. Tradisi Pindapata ini dilaksaakan di sepanjang jalan mulai dari ujung timur Jalan Wahidin Denpasar menuju Vihara Buddha Sakyamuni yang berlokasi di Jalan Gunung Agung Denpasar tepatnya Lingkungan Padang Udayana, Desa Padangsambian, Kecamatan Denpasar Barat.
Tradisi Pindapata yang dimulai pagi pukul 06.00 Wita ini diikuti 9 Bhikkhu, yakni YM Saddhaviro Mahathera, YM Suvijano Mahathera, YM Sujano Thera, YM Jayadhammo Thera, YM Cittavaro Thera, YM Bhikkhu Dhammaratano, YM Bhikkhu Indamedho, YM Bhikkhu Piyaratano, dan YM Bhikkhu Dhirajayo. Para Bhikkhu ini berjalan kaki kaki sepanjang sekitar 4 kilometer ke arah barat menuju Vihara Buddha Sakyamuni, sembari bersikap anjali di mana kedua telapak tangannya tertangkup di depan dada.
Pantauan NusaBali, di sepanjang jalan, umat tampak bergiliran memberikan dana makanan siap konsumsi, minuman, makanan kering, juga obat-obatan untuk kebutuhan para Bhikkhu. Umat sudah mulai berjejer di pinggir trotoar dan depan rumah/toko sejak subuh, menunggu Bhikkhu yang akan lewat berjalan kaki untuk menerima dana makan pada pata (bowl), serupa mangkuk besar yang dibawanya.
Yang menarik, bukan hanya umat Buddha yang berpartisipasi, namun umat lainnya seperti Hindu dan Muslim juga tampak ikut berjejer memberikan makanan kepada para Bhikkhu. Bahkan, sejumlah wisatawan asing juga ikut berbaur. Saking banyaknya mendapatkan makanan, panitia dari Pemuda Theravada Indonesia (Patria) yang mengerahkan 8 unit mobil Pick Up pun harus bolak-balik mengangkut dan menaruhnua ke Vihara Buddha Sakyamuni.
Ketua Dayaka Sabha (Pengurus) Vihara Buddha Sakyamuni, Oscar NW, menjelaskan tradisi Pindapata dilaksanakan serangkaian Mahajata (peringatan HUT) Vihara Buddha Sakyamuni dan kegiatan Sebulan Pendalaman Dhamma (SPD) menjelang Trisuci Waisak 2563/2019, yang jatuh 19 Mei 2019 mendatang. Jika sebelumnya tradisi Pindapata hanya dilakukan di lingkungan vihara, namun sejak tahun 2011 juga dilaksanakan di luar vihara.
“Ini sekaligus memberi kesempatan yang lebih luas kepada umat atau masyarakat umum yang ingin berdana makan kepada para Bhikkhu. Di samping itu, juga untuk lebih memperkenalkan tradisi Pindapata kepada masyarakat luas,” jelas Oscar.
Menurut Oscar, Pindapata bukan berarti Bhikkhu ‘turun ke jalan untuk mengumpulkan derma atau meminta-minta. Namun, umat dengan ketulusan dan kesadaran sendiri melakukan perbuatan bajik berdana kepada Bhikkhu. “Pemberian dana makanan kepada para Bhikkhu ini tidak sama dengan pemberian sedekah atau berdana kepada seorang pengemis, peminta-minta, dan lainnya,” tandas Oscar.
Dalam Pindapata, kata Oscar, seorang Bhikkhu/Bhikkhuni tidak boleh mengucapkan kata-kata meminta, tapi umatlah yang secara sadar dan ikhlas, serta semangat bakti mendanakan makanan demi membantu kelangsungan kehidupan suci para anggota Sangha dan membantu kelangsungan serta melestarikan Buddha Dhamma itu sendiri. “Bagi umat Buddha, Pindapata merupakan ladang yang subur untuk menanam jasa kebajikan. Sebab, berdana kepada mereka yang menjalani kehidup-an suci merupakan suatu berkah utama,” katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Peringatan Trisuci Waisak, Yuvan P Gunawan, mengatakan berbagai kegiatan digelar menjelang peringatan Trisuci Waisak. Tujuannya, menyediakan kesempatan seluas-luasnya kepada umat untuk berbuat baik, yang diharapkan dapat dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. “Dana makanan, minuman, dan lainnya yang terkumpul, selain untuk kebutuhan para Bhikkhu, juga akan disumbangkan melalui kegiatan bakti sosial ke sejumlah tempat yang membutuhkan, seperti panti asuhan dan yayasan sosial,” papar Yuvan. *isu
Tradisi Pindapata yang dimulai pagi pukul 06.00 Wita ini diikuti 9 Bhikkhu, yakni YM Saddhaviro Mahathera, YM Suvijano Mahathera, YM Sujano Thera, YM Jayadhammo Thera, YM Cittavaro Thera, YM Bhikkhu Dhammaratano, YM Bhikkhu Indamedho, YM Bhikkhu Piyaratano, dan YM Bhikkhu Dhirajayo. Para Bhikkhu ini berjalan kaki kaki sepanjang sekitar 4 kilometer ke arah barat menuju Vihara Buddha Sakyamuni, sembari bersikap anjali di mana kedua telapak tangannya tertangkup di depan dada.
Pantauan NusaBali, di sepanjang jalan, umat tampak bergiliran memberikan dana makanan siap konsumsi, minuman, makanan kering, juga obat-obatan untuk kebutuhan para Bhikkhu. Umat sudah mulai berjejer di pinggir trotoar dan depan rumah/toko sejak subuh, menunggu Bhikkhu yang akan lewat berjalan kaki untuk menerima dana makan pada pata (bowl), serupa mangkuk besar yang dibawanya.
Yang menarik, bukan hanya umat Buddha yang berpartisipasi, namun umat lainnya seperti Hindu dan Muslim juga tampak ikut berjejer memberikan makanan kepada para Bhikkhu. Bahkan, sejumlah wisatawan asing juga ikut berbaur. Saking banyaknya mendapatkan makanan, panitia dari Pemuda Theravada Indonesia (Patria) yang mengerahkan 8 unit mobil Pick Up pun harus bolak-balik mengangkut dan menaruhnua ke Vihara Buddha Sakyamuni.
Ketua Dayaka Sabha (Pengurus) Vihara Buddha Sakyamuni, Oscar NW, menjelaskan tradisi Pindapata dilaksanakan serangkaian Mahajata (peringatan HUT) Vihara Buddha Sakyamuni dan kegiatan Sebulan Pendalaman Dhamma (SPD) menjelang Trisuci Waisak 2563/2019, yang jatuh 19 Mei 2019 mendatang. Jika sebelumnya tradisi Pindapata hanya dilakukan di lingkungan vihara, namun sejak tahun 2011 juga dilaksanakan di luar vihara.
“Ini sekaligus memberi kesempatan yang lebih luas kepada umat atau masyarakat umum yang ingin berdana makan kepada para Bhikkhu. Di samping itu, juga untuk lebih memperkenalkan tradisi Pindapata kepada masyarakat luas,” jelas Oscar.
Menurut Oscar, Pindapata bukan berarti Bhikkhu ‘turun ke jalan untuk mengumpulkan derma atau meminta-minta. Namun, umat dengan ketulusan dan kesadaran sendiri melakukan perbuatan bajik berdana kepada Bhikkhu. “Pemberian dana makanan kepada para Bhikkhu ini tidak sama dengan pemberian sedekah atau berdana kepada seorang pengemis, peminta-minta, dan lainnya,” tandas Oscar.
Dalam Pindapata, kata Oscar, seorang Bhikkhu/Bhikkhuni tidak boleh mengucapkan kata-kata meminta, tapi umatlah yang secara sadar dan ikhlas, serta semangat bakti mendanakan makanan demi membantu kelangsungan kehidupan suci para anggota Sangha dan membantu kelangsungan serta melestarikan Buddha Dhamma itu sendiri. “Bagi umat Buddha, Pindapata merupakan ladang yang subur untuk menanam jasa kebajikan. Sebab, berdana kepada mereka yang menjalani kehidup-an suci merupakan suatu berkah utama,” katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Peringatan Trisuci Waisak, Yuvan P Gunawan, mengatakan berbagai kegiatan digelar menjelang peringatan Trisuci Waisak. Tujuannya, menyediakan kesempatan seluas-luasnya kepada umat untuk berbuat baik, yang diharapkan dapat dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. “Dana makanan, minuman, dan lainnya yang terkumpul, selain untuk kebutuhan para Bhikkhu, juga akan disumbangkan melalui kegiatan bakti sosial ke sejumlah tempat yang membutuhkan, seperti panti asuhan dan yayasan sosial,” papar Yuvan. *isu
Komentar