Tiga Korban Gigitan Anjing Rabies Diawasi Dinkes
Pasca meninggalnya bocah Komang Era Ariawan, 14, asal Banjar Dinas Lebah Mantung, Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt Buleleng, Jumat (3/5), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buleleng tengah mengawasi kondisi kesehatan tiga korban lainnya.
SINGARAJA, NusaBali
Meskipun mereka sudah diberikan serum rabies pada Jumat (3/5). Ketiga korban lainnya yakni Putu Eri Prayoga, 20, yang tak lain kakak korban; Ketut Ciriani, 18, calon ipar korban; dan Kadek Yuli Dwi Wahyuni, 4, sepupu korban. Kepala Dinkes Buleleng, dr I Gusti Nyoman Mahapramana ditemui di kantornya, Senin (6/5) kemarin mengatakan dari hasil peninjauan dan pengawasan korban gigitan anjing rabies, ketiganya memang digigit di areal potensi rendah. Hanya saja mereka tetap diberikan serum karena anak anjing berumur 1,5 bulan yang menggitnya sudah mati selang beberapa hari setelah menggigit.
“Sebelum diberikan serum saat kasus ini mencuat juga sempat diberikan VAR. Serum itu kami berikan untuk mempercepat mencegah dan melawan penyebaran virus rabies,” kata dia. Sejauh ini pihaknya mengklaim stok VAR di Buleleng masih aman di angka 1.500 ampul. Jumlah VAR yang tersedia itu disebutnya masih cukup untuk mengatasi 375 kasus gigitan.
VAR itu pun juga disebutnya sudah didistribusikan ke sejumlah ‘rabies centre’ seperti di Puskesmas II Seririt dan RS Pratama Tangguwisia. Sementara itu Mahapramana juga mengaku sudah mengajukan penambahan VAR untuk Buleleng ke Dinkes Bali dan Kementerian Kesehatan, karena jumlah kasus gigitan anjing di Buleleng cukup banyak.
Dengan kasus rabies yang kembali mencuat di Buleleng, petugas lapangan dan petugas kesehatan yang bertugas di Puskesmas untuk lebih selektif dalam penanganan kasus ini. Warga selaku pemelihara anjing juga diimbau terus waspada dan menghindari gigitan anjing.
Masyarakat diharapkannya segera melaporkan diri jika tergigit anjing, sehingga mendapatkan penanganan lebih dini.
“Masyarakat yang lebih aktiflah, kalau digigit anjing segera datang ke Puskesmas dan melakukan perawatan luka bekas gigitan. Masyarakat yang pelihara anjing juga jangan asal pelihara saja, tetapi harus bertanggungjawab dengan tidak melepasliarkan anjing peliharannya,” pesan Nyoman Mahapramana. *k23
“Sebelum diberikan serum saat kasus ini mencuat juga sempat diberikan VAR. Serum itu kami berikan untuk mempercepat mencegah dan melawan penyebaran virus rabies,” kata dia. Sejauh ini pihaknya mengklaim stok VAR di Buleleng masih aman di angka 1.500 ampul. Jumlah VAR yang tersedia itu disebutnya masih cukup untuk mengatasi 375 kasus gigitan.
VAR itu pun juga disebutnya sudah didistribusikan ke sejumlah ‘rabies centre’ seperti di Puskesmas II Seririt dan RS Pratama Tangguwisia. Sementara itu Mahapramana juga mengaku sudah mengajukan penambahan VAR untuk Buleleng ke Dinkes Bali dan Kementerian Kesehatan, karena jumlah kasus gigitan anjing di Buleleng cukup banyak.
Dengan kasus rabies yang kembali mencuat di Buleleng, petugas lapangan dan petugas kesehatan yang bertugas di Puskesmas untuk lebih selektif dalam penanganan kasus ini. Warga selaku pemelihara anjing juga diimbau terus waspada dan menghindari gigitan anjing.
Masyarakat diharapkannya segera melaporkan diri jika tergigit anjing, sehingga mendapatkan penanganan lebih dini.
“Masyarakat yang lebih aktiflah, kalau digigit anjing segera datang ke Puskesmas dan melakukan perawatan luka bekas gigitan. Masyarakat yang pelihara anjing juga jangan asal pelihara saja, tetapi harus bertanggungjawab dengan tidak melepasliarkan anjing peliharannya,” pesan Nyoman Mahapramana. *k23
Komentar