Peritel Terimbas Bawang Putih
Peritel mengaku tak bisa menghindar dari dampak melambungnya harga bawang putih di pasaran.
DENPASAR, NusaBali
Pasalnya kenaikan harga di tingkat distributor, tentu berimbas pada kenaikan harga di tingkat eceran/ritel. Kesepakatan antara distributor dengan asosiasi peritel yakni DPP Aprindo, yang difasilitasi Kementerian Perdagangan ( Kemendag) diharapkan bisa menurunkan harga bawang putih pada kondisi harga yang normal.
Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali Anak Agung Ngurah Agra Putra mengatakan Kamis (9/5). “Peritel itu ada di hilirnya, karena itu harga jual kami tergantung dengan berapa harga yang kami dapatkan dari sumbernya, distributor,”ujar Gung Agra.
Jika harga di distributor turun, kata Gung Agra maka harga di tingkat ritel juga otomatis akan turun. Karena itu tandas Gung Agra, kenaikan harga bawang putih, bukan karena peritel ingin mendapatkan margin keuntungan yang tinggi, memanfaatkan moment jelang hari raya keagamaan. Tetapi tegasnya tergantung pada harga yang diterima dari distributor.
Malah, lanjutnya, peritel seperti toko, swalayan dan sejenisnya berbeda dengan pasar umum, dalam hal melayani konsumen pada momen hari besar keagamaan seperti jelang Lebaran. “Pada momen seperti ini peritel umumnya berlomba-lomba memberikan promo dalam bentuk diskon,” ungkapnya.
Kondisi yang mungkin berbeda dengan pasar umum, yang harga barang kemungkinan malah naik pada momen-momen jelang hari besar keagamaan.Hal itu lanjut, Gung Agra karena ritel lebih mengedepankan volume, bukan value.
Lepas dari itu, Aprindo kata Gung Agra berharap agar harga bawang putih secepatnya normal kembali. “Jika terus meninggi tentu memacu inflasi,” ujarnya.
Dihubungi terpisah Kepala Dinas Ketahanan Pangan Bali I Wayan Jarta, mengatakan harga pangan termasuk masih stabil. Khusus untuk harga bawang putih, harganya telah turun dari sebelumnya.”Harga bawang putih (bongol) sekarang Rp 50 ribu per kg di tingkat eceran,” jelas Jarta. Sedang pada tingkat grosir harganya Rp 48 ribu per kg. Yang jelas sudah ada relatif penurunan harga dari sebelumnya. “Kita berharap pasokan lancar, sehingga harganya dalam kondisi normal,” tambah Jarta.*k17
Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali Anak Agung Ngurah Agra Putra mengatakan Kamis (9/5). “Peritel itu ada di hilirnya, karena itu harga jual kami tergantung dengan berapa harga yang kami dapatkan dari sumbernya, distributor,”ujar Gung Agra.
Jika harga di distributor turun, kata Gung Agra maka harga di tingkat ritel juga otomatis akan turun. Karena itu tandas Gung Agra, kenaikan harga bawang putih, bukan karena peritel ingin mendapatkan margin keuntungan yang tinggi, memanfaatkan moment jelang hari raya keagamaan. Tetapi tegasnya tergantung pada harga yang diterima dari distributor.
Malah, lanjutnya, peritel seperti toko, swalayan dan sejenisnya berbeda dengan pasar umum, dalam hal melayani konsumen pada momen hari besar keagamaan seperti jelang Lebaran. “Pada momen seperti ini peritel umumnya berlomba-lomba memberikan promo dalam bentuk diskon,” ungkapnya.
Kondisi yang mungkin berbeda dengan pasar umum, yang harga barang kemungkinan malah naik pada momen-momen jelang hari besar keagamaan.Hal itu lanjut, Gung Agra karena ritel lebih mengedepankan volume, bukan value.
Lepas dari itu, Aprindo kata Gung Agra berharap agar harga bawang putih secepatnya normal kembali. “Jika terus meninggi tentu memacu inflasi,” ujarnya.
Dihubungi terpisah Kepala Dinas Ketahanan Pangan Bali I Wayan Jarta, mengatakan harga pangan termasuk masih stabil. Khusus untuk harga bawang putih, harganya telah turun dari sebelumnya.”Harga bawang putih (bongol) sekarang Rp 50 ribu per kg di tingkat eceran,” jelas Jarta. Sedang pada tingkat grosir harganya Rp 48 ribu per kg. Yang jelas sudah ada relatif penurunan harga dari sebelumnya. “Kita berharap pasokan lancar, sehingga harganya dalam kondisi normal,” tambah Jarta.*k17
Komentar