Pembibitan Ayam Petelur Prospek Bagus
Prospek bisnis atau usaha pembibitan untuk induk ayam petelur tinggi.
DENPASAR, NusaBali
Hal tidak terlepas tingginya kebutuhan telur ayam di Bali. Baik untuk konsumsi rumah tangga, industri seperti industri kuliner, pariwisata dan lainnya. Tentu saja kebutuhan telur untuk kepentingan upacara keagamaan.
Sayangnya, sejumlah penyakit ternak rentan menyerang ayam petelur dalam masa proses pembibitan, usia 1-4 bulan. “Yang paling potensial menyebabkan kerugian adalah penyakit jamur dan kolik,” ujar Gde Suryawan, seorang peternak dari Baturiti, Tabanan, Kamis (9/5).
Gejala itu ditandai berak darah pada ayam, yang diikuti dengan kematian. Umumnya, lanjut Suryawan rata-rata ayam yang terjangkit jamur dan kolik dengan kisaran usia 35 hari. “Sampai sekarang belum ada pengobatan yang efektif sekali untuk menanggulangi penyakit tersebut,” jelas Suryawan. Sedang jenis gangguan ataupun penyakit lainnya adalah pilek, ingus akut. Dua yang terakhir ini relatif lebih ringan dampaknya terhadap ternak.
Peternak mengaku prospek bisnis ayam petelur ini tidak terlepas dari tingginya daya serap atau kebutuhan akan telur. Hal itu mengingat Bali sebagai daerah pariwisata dan juga kebutuhan masyarakat sendiri, baik untuk konsumsi dan industri seperti industri kuliner. “Itu jelas sekali, karena berapapun produksi pembibitan selalu terserap,” ujar Gde Suryawan.
Di Baturiti dan sekitarnya peternakan khusus untuk pembibitan mulai tahun 2000-an. Polanya adalah pola kemitraan. Peternak menyediakan lahan dan memelihara, sampai ayam itu berumur 4 bulan. Selanjutnya disebar pada mitra lainnya di seluruh Bali, dipelihara lagi untuk bertelor. “Rata-rata peternak di lingkungan kami menambah kapasitas kandangnya,” ungkap Gde Suryawan.
Dari 1.000 ekor, menjadi 2.000 ekor, hingga 3000 ekor dan kelipatan seterusnya. “Karena memang prospek. Bukan saja produksi telor, tetapi juga menyerap tenaga kerja,” jelasnya. *k17
Sayangnya, sejumlah penyakit ternak rentan menyerang ayam petelur dalam masa proses pembibitan, usia 1-4 bulan. “Yang paling potensial menyebabkan kerugian adalah penyakit jamur dan kolik,” ujar Gde Suryawan, seorang peternak dari Baturiti, Tabanan, Kamis (9/5).
Gejala itu ditandai berak darah pada ayam, yang diikuti dengan kematian. Umumnya, lanjut Suryawan rata-rata ayam yang terjangkit jamur dan kolik dengan kisaran usia 35 hari. “Sampai sekarang belum ada pengobatan yang efektif sekali untuk menanggulangi penyakit tersebut,” jelas Suryawan. Sedang jenis gangguan ataupun penyakit lainnya adalah pilek, ingus akut. Dua yang terakhir ini relatif lebih ringan dampaknya terhadap ternak.
Peternak mengaku prospek bisnis ayam petelur ini tidak terlepas dari tingginya daya serap atau kebutuhan akan telur. Hal itu mengingat Bali sebagai daerah pariwisata dan juga kebutuhan masyarakat sendiri, baik untuk konsumsi dan industri seperti industri kuliner. “Itu jelas sekali, karena berapapun produksi pembibitan selalu terserap,” ujar Gde Suryawan.
Di Baturiti dan sekitarnya peternakan khusus untuk pembibitan mulai tahun 2000-an. Polanya adalah pola kemitraan. Peternak menyediakan lahan dan memelihara, sampai ayam itu berumur 4 bulan. Selanjutnya disebar pada mitra lainnya di seluruh Bali, dipelihara lagi untuk bertelor. “Rata-rata peternak di lingkungan kami menambah kapasitas kandangnya,” ungkap Gde Suryawan.
Dari 1.000 ekor, menjadi 2.000 ekor, hingga 3000 ekor dan kelipatan seterusnya. “Karena memang prospek. Bukan saja produksi telor, tetapi juga menyerap tenaga kerja,” jelasnya. *k17
1
Komentar