MUTIARA WEDA : Pengaruh Pergaulan
Kalau seseorang berteman dengan orang yang tingkah lakunya tidak baik, dengan orang yang penglihatannya jahat, dengan orang yang tinggal di tempat-tempat kotor dan tidak suci, bergaul dengan penjahat, segera menemui kebinasaan.
Duracari duradrstih duravasi ca durjanah,
Yan maitri kriyate pumsa sa tu sighram vinasyati.
(Chanakya Niti Sastra, II: 19)
HINDU sangat menekankan bagaimana sebuah pertemanan mesti dijalin. Karena teman mendapat bahagia, karena teman mendapat duka, dan karena teman juga mendapat kematian. Orang bisa memprediksi karakter orang lainnya hanya dengan menunjukkan siapa temannya. Demikian juga, secara sosial, setiap orang memerlukan teman di dalam hidupnya. Sangat jarang orang bisa hidup sendirian. Dengan demikian sistem sosial juga sangat menekankan pentingnya menjaga pertemanan, jangan sampai ada pertengkaran di antara satu dengan yang lainnya. Secara individu Hindu juga menganjurkan untuk selalu selektif memilih teman, sebab pertemanan itu akan memberi warna baru bagi kehidupannya.
Teks di atas memberikan kisi-kisi untuk menghindari empat jenis pertemanan. Pertama, penting dihindari berteman dengan mereka yang perilakunya tidak baik, seperti misalnya suka menghasut, memfitnah, membicarakan keburukan orang lain, suka mencuri, dan yang sejenisnya. Kedua, hindari pergaulan dengan orang yang visinya jahat, seperti cara pandangnya selalu mengandung kekerasan, visi yang menjerumuskan, dan sejenisnya. Ketiga, orang yang dihindari untuk diajak bergaul juga adalah mereka yang suka tinggal di tempat-tempat yang tidak suci. Keempat perlu dihindari orang yang memang tabiatnya jahat, artinya mereka yang sangat mencintai cara-cara jahat dan merangkul kejahatan. Jika keempat jenis pertemanan ini bisa dihindari, maka selamatlah orang itu, tetapi jika bergaul dengan mereka, binasalah dirinya.
Apa yang dianjurkan tersebut sangat luar biasa dan sangat berguna, tetapi jika pikiran iseng untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan ini tentu juga sangat menarik. Seperti misalnya, pertama, jika orang yang bergaul dengan keempat kategori di atas akan menemui kebinasaan, lalu, apakah mereka yang berada di dalam keempat kondisi tersebut tidak binasa? Apakah mereka yang jahat, yang selalu tinggal di tempat kotor, yang visinya buruk dan yang perilakunya tidak pantas tersebut tidak juga binasa? Apakah hanya orang-orang yang bergaul dengan orang seperti itu saja yang binasa, sementara mereka sendiri tidak pernah binasa?
Kemudian kedua, jika pengaruh jahat yang dimunculkan dari pertemanan itu yang membuat seseorang binasa, ini berarti mereka yang mempengaruhi juga mesti harus binasa, karena kejahatan merupakan indikasi dari kebinasaan tersebut, apakah itu mereka yang terpengaruh maupun mereka yang mempengaruhi agar orang bisa jahat. Jika demikian adanya, tentu kejahatan semakin hari akan semakin hilang. Mengapa? Karena orang-orang yang jahat suatu saat pasti akan binasa apakah mereka yang terkena pengaruh jahat maupun mereka yang mempengaruhi agar orang berbuat jahat. Mereka dari kedua kategori tersebut sama sama jahat. Apakah kemudian larangan dalam teks di atas hanya bersifat sementara saja, sebab nanti pada saatnya mereka yang jahat akan semuanya binasa?
Jika demikian adanya, jika pernyataan teks di atas itu mengandung kebenaran abadi, tentu berlakunya juga sepanjang zaman. Jika memang sepanjang zaman, maka orang jahat yang mampu mempengaruhi agar orang ikut menjadi jahat berarti akan selamanya ada. Jika selamanya ada, maka orang jahat yang mampu mempengaruhi seperti itu telah dilahirkan dan bukan dipengaruhi, sebab mereka yang terkena pengaruh akan binasa. Mereka yang jahat oleh karena kena pengaruh tidak akan mampu mempengaruhi, sebab mereka akan binasa.
Jika interpretasinya seperti itu, tentu teks di atas hanya berlaku bagi mereka yang abu-abu, artinya mereka yang bisa dengan mudah larut di mana pun dirinya tinggal. Jika mereka bergaul dengan orang jahat, dirinya ikut jahat, demikian sebaliknya. Teks di atas tidak berlaku bagi mereka yang memang dilahirkan telah berkarakter jahat maupun bagi mereka yang telah berkarakter baik. Orang yang memang karakternya murni baik, secara otomatis dia tidak akan bisa bergaul dengan orang yang jahat, karena energi mereka berbenturan, demikian juga orang yang jahat secara prinsip tidak akan bisa bergaul dengan orang baik dengan alasan yang sama. Apakah demikian? *
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
(Chanakya Niti Sastra, II: 19)
HINDU sangat menekankan bagaimana sebuah pertemanan mesti dijalin. Karena teman mendapat bahagia, karena teman mendapat duka, dan karena teman juga mendapat kematian. Orang bisa memprediksi karakter orang lainnya hanya dengan menunjukkan siapa temannya. Demikian juga, secara sosial, setiap orang memerlukan teman di dalam hidupnya. Sangat jarang orang bisa hidup sendirian. Dengan demikian sistem sosial juga sangat menekankan pentingnya menjaga pertemanan, jangan sampai ada pertengkaran di antara satu dengan yang lainnya. Secara individu Hindu juga menganjurkan untuk selalu selektif memilih teman, sebab pertemanan itu akan memberi warna baru bagi kehidupannya.
Teks di atas memberikan kisi-kisi untuk menghindari empat jenis pertemanan. Pertama, penting dihindari berteman dengan mereka yang perilakunya tidak baik, seperti misalnya suka menghasut, memfitnah, membicarakan keburukan orang lain, suka mencuri, dan yang sejenisnya. Kedua, hindari pergaulan dengan orang yang visinya jahat, seperti cara pandangnya selalu mengandung kekerasan, visi yang menjerumuskan, dan sejenisnya. Ketiga, orang yang dihindari untuk diajak bergaul juga adalah mereka yang suka tinggal di tempat-tempat yang tidak suci. Keempat perlu dihindari orang yang memang tabiatnya jahat, artinya mereka yang sangat mencintai cara-cara jahat dan merangkul kejahatan. Jika keempat jenis pertemanan ini bisa dihindari, maka selamatlah orang itu, tetapi jika bergaul dengan mereka, binasalah dirinya.
Apa yang dianjurkan tersebut sangat luar biasa dan sangat berguna, tetapi jika pikiran iseng untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan ini tentu juga sangat menarik. Seperti misalnya, pertama, jika orang yang bergaul dengan keempat kategori di atas akan menemui kebinasaan, lalu, apakah mereka yang berada di dalam keempat kondisi tersebut tidak binasa? Apakah mereka yang jahat, yang selalu tinggal di tempat kotor, yang visinya buruk dan yang perilakunya tidak pantas tersebut tidak juga binasa? Apakah hanya orang-orang yang bergaul dengan orang seperti itu saja yang binasa, sementara mereka sendiri tidak pernah binasa?
Kemudian kedua, jika pengaruh jahat yang dimunculkan dari pertemanan itu yang membuat seseorang binasa, ini berarti mereka yang mempengaruhi juga mesti harus binasa, karena kejahatan merupakan indikasi dari kebinasaan tersebut, apakah itu mereka yang terpengaruh maupun mereka yang mempengaruhi agar orang bisa jahat. Jika demikian adanya, tentu kejahatan semakin hari akan semakin hilang. Mengapa? Karena orang-orang yang jahat suatu saat pasti akan binasa apakah mereka yang terkena pengaruh jahat maupun mereka yang mempengaruhi agar orang berbuat jahat. Mereka dari kedua kategori tersebut sama sama jahat. Apakah kemudian larangan dalam teks di atas hanya bersifat sementara saja, sebab nanti pada saatnya mereka yang jahat akan semuanya binasa?
Jika demikian adanya, jika pernyataan teks di atas itu mengandung kebenaran abadi, tentu berlakunya juga sepanjang zaman. Jika memang sepanjang zaman, maka orang jahat yang mampu mempengaruhi agar orang ikut menjadi jahat berarti akan selamanya ada. Jika selamanya ada, maka orang jahat yang mampu mempengaruhi seperti itu telah dilahirkan dan bukan dipengaruhi, sebab mereka yang terkena pengaruh akan binasa. Mereka yang jahat oleh karena kena pengaruh tidak akan mampu mempengaruhi, sebab mereka akan binasa.
Jika interpretasinya seperti itu, tentu teks di atas hanya berlaku bagi mereka yang abu-abu, artinya mereka yang bisa dengan mudah larut di mana pun dirinya tinggal. Jika mereka bergaul dengan orang jahat, dirinya ikut jahat, demikian sebaliknya. Teks di atas tidak berlaku bagi mereka yang memang dilahirkan telah berkarakter jahat maupun bagi mereka yang telah berkarakter baik. Orang yang memang karakternya murni baik, secara otomatis dia tidak akan bisa bergaul dengan orang yang jahat, karena energi mereka berbenturan, demikian juga orang yang jahat secara prinsip tidak akan bisa bergaul dengan orang baik dengan alasan yang sama. Apakah demikian? *
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
Komentar