Tiga Istri Perbekel Lolos DPRD Jembrana
Raih suara terbanyak di antara para Srikandi, Made Sri Sutharmi dijagokan menjadi Ketua DPRD Jembrana 2019-2024
Ida Ayu Putu Mona Termotivasi karena Ketokohan Sang Suami
NEGARA, NusaBali
Tarung Pileg 2019 di Jembrana bukan hanya meloloskan 7 Srikandi ke kursi DPRD Jembrana 2019-2024. Dari 7 Srikandi yang tembus kursi legislatif tersebut, 3 orang di antaranya merupakan istri kepala desa (Perbekel), masing-masing Ida Ayu Putu Mona Windayanti (PDIP), Ni Made Sri Sutharmi (PDIP), Ni Made Artini (PDIP).
Ida Ayu Putu Mona Windayanti, Srikandi PDIP berusia 36 tahun, adalah istri dari Perbekel Batuagung, Kecamatan Jembrana, Ida Bagus Komang Widiarta. Dayu Putu Mona yang berstatus caleg new comer, lolos ke DPRD Jembrana 2019-2024 dari PDIP Dapil Kecamatan Jembrana dengan perolehan 2.454 suara.
Dayu Putu Mona lolos ke kursi legislatif Dapil Kecamatan Jembrana bersama 6 caleg terpilih lainnya dari parpil berbeda. Mereka masing-masing Ida Bagus Susrama (incumbent PDIP yang lolos dengan 4.533 suara), I Ketut Suastika Yasa (new comer PDIP/4.611 suara), I Dewa Komang Wiratnadi (incumbent PDIP/2.999 suara), H Muhamad Yunus (incumbent PKB/2.794 suara), I Gusti Putu Wiradi (new comer Gerindra/1.771 suara), dan I Ketut Angpribawa (new comer Golkar/1.471 suara).
Sedangkan Ni Made Sutharmi adalah Srikandi PDIP yang merupakan istri dari Perbekel Yehmbang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, I Made Semadi. Berstatus caleg incumbent, Sri Sutharmi lolos lagi ke kursi DPRD Jembrana 2019-2024 dari PDIP Dapil Kecamatan Mendoyo dengan perolehan 7.335 suara. Sri Sutharmi pun mengukuhkan diri sebagai Srikandi peraih suara terbanyak di DPRD Jembrana hasil Pileg 2019. Bahkan, Sri Sutharmi menjadi Srikandi peraih suara terbanyak kedua se-Bali untuk kursi DPRD Kabupaten/Kota hasil Pileg 2019, di bawah Ni Made Ratnadi, Politisi PDIP yang lolos DPRD Gianyar dengan perolehan 13.927 suara.
Dalam Pileg 2019, Sri Sutharmi lolos ke DPRD Jembrana Dapil Kecamatan Mendoyo bersama 7 caleg terpilih lainnya dari parpol berbeda. Mereka adalah Ni Made Artini (incumbent PDIP/lolos dengan 4.361 suara), I Gede Putu Suegardana Cita (incumbent PDIP/2.813 suara), Ni Ketut Muliasih (new comer PDIP/2.312 suara), I Gede Muliyadi (new comer PDIP/1.240 suara), I Wayan Suardika (incumbent Golkar (2.271 suara), I Ketut Gama (new comer Golkar/1.678 suara), dan I Komang Gde Leon Satriana Wijaya (new comer Demokrat/3.304 suara).
Sebaliknya, Ni Made Arini adalah Srikandi PDIP asal Desa Delod Berawah, Kecamatan Mendoyo, yang tarung ke Pileg 2019 dengan status incumbent. Made Arini merupakan istri dari Perbekel Delod Berawah, I Made Rentana. Dalam Pileg 2019, Made Arini lolos ke DPRD Jembrana 2019-2024 dari PDIP Dapil Mendoyo, dengan perolehan 4.361 suara. Dia lolos dari Dapil Mendoyo bersama dua Srikandi PDIP lainnya: Made Sri Sutharmi dan Ni Ketut Muliasih.
Secara keseluruhan, ada 7 Srikandi yang berhasil lolos ke DPRD Jembrana hasil Pileg 2019. Selain Dayu Putu Mona Windayanti, Made Sri Sutharmi, Made Artini, dan Ketut Muliasih, 3 Srikandi terpilih lagi masing-masing caleg Ni Putu Lilyana (caleg incumbent PDIP yang lolos dari Dapil Kecamatan Melaya dengan 2.625 suara), Ni Komang Sri Kendel (new comer PDIP dareu Dapil Kecamatan Negara/2.209 suara), dan Ni Wayan Wirti (new comer Golkar dari Dapil Kecamatan Pekutatan/2.241 suara).
Dari 7 Srikandi yang lolos DPRD Jembrana hasil Pileg 2019 ini, Dayu Putu Mona Windayanti termasuk salah satu yang paling unik. Dia tergerak maju tarung ke Pileg 2019 untuk memanfaatkan popularitas suaminya, Ida Bagus Komang Widiarta. Yang menjabat sebagai Perbekel Batuagung 2013-2019. Dayu Putu Moda hadir bukan dari dunia politik, namun berlatar belakang sebagai seorang bidan.
Kepada NusaBali, Dayu Putu Mona terus terang mengakui dirinya memang sama sekali tidak memiliki pengalaman di dunia politik. Dia juga tak pernah punya cita-cita terjun ke politik. Namun, Dayu Putu Mona akhirnya tertarik dengan politik, setelah melakoni peran sebagai Ketua Tim Penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Desa Batuagung, karena jabatan suaminya yang menjadi Perbekel Batuagung.
“Selama terjun dan bertemu ibu-ibu seperti memberikan pelayanan Posyandu ke banjar-banjar di Desa Batuagung, saya merasa masyarakat sangat mensupport suami saya. Dari sana, saya tertarik dengan politik. Saya berpikir, ketika ada kesempatan mengabdi, saya ingin terjun ke politik untuk mengabdi ke masyarakat,” kenang Dayu Putu Mona saat ditemui NusaBali di kediamannya di Desa Batuagung, Jembrana, Selasa (14/5) lalu.
Nah, saat mendengar ada sayembara bakal caleg perempuan di PDIP untuk level DPRD Jembrana Daopil Kecamatan Jembrana dalam Pileg 2019, Dayu Putu Mona pun langsung mengambil kesempatan tersebut. Gayung pun bersambut, dia diterima sebagai caleg PDIP.
“Sebenarnya, suami yang dengar informasi ada pencarian bakal caleg perempuan di PDIP. Suami kemudian mendorong saya. Begitu ada kesempatan, ya saya ambil. Astungkara, berkat ketokohan suami, saya akhirnya berhasil lolos ke DPRD Jembrana,” ujar mantan bidan yang kesehariannya kini menjaga warung alat-alat upakara milik mertuanya di Banjar Anyar, Desa Batuagung ini.
Setelah ditetapkan sebagai caleg PDIP, Dayu Putu Mona mengaku sempat kaget begitu mengetahui ada 8 caleg dari Desa Batuagung yang bertarung berebut kursi DPRD Jembrana Dapil Kecamatan Jembrana. Namun, dia tetap optimistis dengan ketokohan suaminya, termasuk pengabdian dirinya sebagai Ketua TP PKK Desa Batuagung. Dan, keyakinannya itu terbukti saat coblosan Pileg 2019, di mana dari 2.454 suara yang dikantonginya, sebanyak 1.745 suara di antaranya disumbang pemilih di Desa Batuagung.
“Khusus di Desa Batuagung, suara saya yang paling besar. Di desa-desa lain juga ada suara saya, tapi tidak signifikan. Memang waktu kampanye, saya lebih fokus di Desa Batuagung. Saya yakin dengan solidaritas warga Desa Batuagung,” ujar Srikandi kelahiran 23 Agustus 1982 ini.
Selama masa kampanye, Dayu Putu Mona tidak pernah minta didampingi suaminya. Sebab, dia sadar dengan jabatan suaminya sebagai Perbekel, yang tidak diperkenankan berpolitik praktis. “Untuk kampanye, saya percaya diri tanpa didampingi suami, karena sudah terbiasa dengan pengalaman selama menjadi Ketua TP PKK Desa Batuagung. Saya sudah terbiasa berhadapan dengan masyarakat. Waktu turun, saya juga manfaatkan basic saya sebagai bidan, seperti memberikan pelayanan cek tensi dan bagikan vitamin gratis. Saya tidak pernah sampai menjanjikan barang. Tapi, kalau terpilih, saya sampaikan ke masyarakat, saya siap mengawal aspirasi mereka,” terang Dayu Mona yang alumnus Q Akademi Kebidanan Bali di Singaraja tahun 2005.
Sedangkan sang suami, Ida Bagus Komang Widiarta, mengaku sangat bersyukur istrinya lolos ke DPRD Jembrana. Selama masa kampanye Pileg 2019, Widiarta mengaku membantu istrinya dari balik layar, dan menyerahkan kepada tim untuk mendampingi Dayu Putu Mona turun ke masyarakat.
“Kalau kampanye, saya tidak pernah ikut. Tapi, saya tetap mendukung istri sendiri, dan mengharapkan bantuan dari saudara serta teman-teman. Saya juga percaya kalau istri saya punya kemampuan, sehingga dia dipercaya masyarakat duduk di kursi legislatif,” ujar Widiarta, yang akan habis masa jabatannya sebagai Perbekel Batuagung per 21 Mei 2019 besok.
Sementara itu, Ni Made Sri Sutharmi bukan hanya lolos ke DPRD Jembrana dengan predikat sebagai Srikadi peraih suara terbanyak di Pileg 2019. Srikandi PDIP berusia 52 tahun ini juga menjadi kandidat terkuat Ketua DPRD Jembrana 2019-2024. Selain karena perolehan suaranya fantastis lebih dari 7.000, Sri Sutharmi juga merupkaan caleg terpilih dengan jabatan struktural tertinggi di internal PDIP Jembrana.
Saat ini, Sri Sutharmi yang masih menjabat Ketua Komisi A DPRD Jembrana 2014-2019 pegang posisi strategis sebagai Sekretaris DPC PDIP Jembrana 2015-2020. Sedangkan Ketua DPC PDIP Jembrana, Made Kembang Hartawan, saat ini menjabat Wakil Bupati Jembrana.
Jika Sri Sutharmi terpilih menjadi Ketua DPRD Jembrana 2019-2024, maka mantan Bendahara DPC PDIP Jembrana 2010-2015 ini praktis akan mengukir sejarah sebagai perempuan pertama di Bali yang menduduki jabatan Ketua Dewan. Selama ini, jabatan tersebut selalu diduduki laki-laki, mulai dari Ketua DPRD Bali hingga Ketua DPRD Kabupaten/Kota se-Bali. Di Jembrana sendiri, jabatan tersebut juga selalu diduduki laki-laki. Sekadar dicatat, Made Kembang Hartawan menjadi Ketua DPRD Jembrana 2004-2009 dan 2009-2010, sebelum dilanjut Ketut Sugiasa periode 2010-2014 dan 2014-2019.
Sri Sutharmi sendiri mengaku siap, jika nanti ditugasi partainya menjadi Ketua DPRD Jembrana 2019-2024. “Sebnagai kader, saya siap ditempatkan di mana saja. Kalau memang dipercaya sebagai Ketua Dewan, tentu saya juga siap. Untuk pastinya, kita tetap menunggu proses dan menyerahkan penuh sesuai mekanisme partai,” tegas Sri Sutharmi saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, beberapa waktu lalu. *ode
NEGARA, NusaBali
Tarung Pileg 2019 di Jembrana bukan hanya meloloskan 7 Srikandi ke kursi DPRD Jembrana 2019-2024. Dari 7 Srikandi yang tembus kursi legislatif tersebut, 3 orang di antaranya merupakan istri kepala desa (Perbekel), masing-masing Ida Ayu Putu Mona Windayanti (PDIP), Ni Made Sri Sutharmi (PDIP), Ni Made Artini (PDIP).
Ida Ayu Putu Mona Windayanti, Srikandi PDIP berusia 36 tahun, adalah istri dari Perbekel Batuagung, Kecamatan Jembrana, Ida Bagus Komang Widiarta. Dayu Putu Mona yang berstatus caleg new comer, lolos ke DPRD Jembrana 2019-2024 dari PDIP Dapil Kecamatan Jembrana dengan perolehan 2.454 suara.
Dayu Putu Mona lolos ke kursi legislatif Dapil Kecamatan Jembrana bersama 6 caleg terpilih lainnya dari parpil berbeda. Mereka masing-masing Ida Bagus Susrama (incumbent PDIP yang lolos dengan 4.533 suara), I Ketut Suastika Yasa (new comer PDIP/4.611 suara), I Dewa Komang Wiratnadi (incumbent PDIP/2.999 suara), H Muhamad Yunus (incumbent PKB/2.794 suara), I Gusti Putu Wiradi (new comer Gerindra/1.771 suara), dan I Ketut Angpribawa (new comer Golkar/1.471 suara).
Sedangkan Ni Made Sutharmi adalah Srikandi PDIP yang merupakan istri dari Perbekel Yehmbang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, I Made Semadi. Berstatus caleg incumbent, Sri Sutharmi lolos lagi ke kursi DPRD Jembrana 2019-2024 dari PDIP Dapil Kecamatan Mendoyo dengan perolehan 7.335 suara. Sri Sutharmi pun mengukuhkan diri sebagai Srikandi peraih suara terbanyak di DPRD Jembrana hasil Pileg 2019. Bahkan, Sri Sutharmi menjadi Srikandi peraih suara terbanyak kedua se-Bali untuk kursi DPRD Kabupaten/Kota hasil Pileg 2019, di bawah Ni Made Ratnadi, Politisi PDIP yang lolos DPRD Gianyar dengan perolehan 13.927 suara.
Dalam Pileg 2019, Sri Sutharmi lolos ke DPRD Jembrana Dapil Kecamatan Mendoyo bersama 7 caleg terpilih lainnya dari parpol berbeda. Mereka adalah Ni Made Artini (incumbent PDIP/lolos dengan 4.361 suara), I Gede Putu Suegardana Cita (incumbent PDIP/2.813 suara), Ni Ketut Muliasih (new comer PDIP/2.312 suara), I Gede Muliyadi (new comer PDIP/1.240 suara), I Wayan Suardika (incumbent Golkar (2.271 suara), I Ketut Gama (new comer Golkar/1.678 suara), dan I Komang Gde Leon Satriana Wijaya (new comer Demokrat/3.304 suara).
Sebaliknya, Ni Made Arini adalah Srikandi PDIP asal Desa Delod Berawah, Kecamatan Mendoyo, yang tarung ke Pileg 2019 dengan status incumbent. Made Arini merupakan istri dari Perbekel Delod Berawah, I Made Rentana. Dalam Pileg 2019, Made Arini lolos ke DPRD Jembrana 2019-2024 dari PDIP Dapil Mendoyo, dengan perolehan 4.361 suara. Dia lolos dari Dapil Mendoyo bersama dua Srikandi PDIP lainnya: Made Sri Sutharmi dan Ni Ketut Muliasih.
Secara keseluruhan, ada 7 Srikandi yang berhasil lolos ke DPRD Jembrana hasil Pileg 2019. Selain Dayu Putu Mona Windayanti, Made Sri Sutharmi, Made Artini, dan Ketut Muliasih, 3 Srikandi terpilih lagi masing-masing caleg Ni Putu Lilyana (caleg incumbent PDIP yang lolos dari Dapil Kecamatan Melaya dengan 2.625 suara), Ni Komang Sri Kendel (new comer PDIP dareu Dapil Kecamatan Negara/2.209 suara), dan Ni Wayan Wirti (new comer Golkar dari Dapil Kecamatan Pekutatan/2.241 suara).
Dari 7 Srikandi yang lolos DPRD Jembrana hasil Pileg 2019 ini, Dayu Putu Mona Windayanti termasuk salah satu yang paling unik. Dia tergerak maju tarung ke Pileg 2019 untuk memanfaatkan popularitas suaminya, Ida Bagus Komang Widiarta. Yang menjabat sebagai Perbekel Batuagung 2013-2019. Dayu Putu Moda hadir bukan dari dunia politik, namun berlatar belakang sebagai seorang bidan.
Kepada NusaBali, Dayu Putu Mona terus terang mengakui dirinya memang sama sekali tidak memiliki pengalaman di dunia politik. Dia juga tak pernah punya cita-cita terjun ke politik. Namun, Dayu Putu Mona akhirnya tertarik dengan politik, setelah melakoni peran sebagai Ketua Tim Penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Desa Batuagung, karena jabatan suaminya yang menjadi Perbekel Batuagung.
“Selama terjun dan bertemu ibu-ibu seperti memberikan pelayanan Posyandu ke banjar-banjar di Desa Batuagung, saya merasa masyarakat sangat mensupport suami saya. Dari sana, saya tertarik dengan politik. Saya berpikir, ketika ada kesempatan mengabdi, saya ingin terjun ke politik untuk mengabdi ke masyarakat,” kenang Dayu Putu Mona saat ditemui NusaBali di kediamannya di Desa Batuagung, Jembrana, Selasa (14/5) lalu.
Nah, saat mendengar ada sayembara bakal caleg perempuan di PDIP untuk level DPRD Jembrana Daopil Kecamatan Jembrana dalam Pileg 2019, Dayu Putu Mona pun langsung mengambil kesempatan tersebut. Gayung pun bersambut, dia diterima sebagai caleg PDIP.
“Sebenarnya, suami yang dengar informasi ada pencarian bakal caleg perempuan di PDIP. Suami kemudian mendorong saya. Begitu ada kesempatan, ya saya ambil. Astungkara, berkat ketokohan suami, saya akhirnya berhasil lolos ke DPRD Jembrana,” ujar mantan bidan yang kesehariannya kini menjaga warung alat-alat upakara milik mertuanya di Banjar Anyar, Desa Batuagung ini.
Setelah ditetapkan sebagai caleg PDIP, Dayu Putu Mona mengaku sempat kaget begitu mengetahui ada 8 caleg dari Desa Batuagung yang bertarung berebut kursi DPRD Jembrana Dapil Kecamatan Jembrana. Namun, dia tetap optimistis dengan ketokohan suaminya, termasuk pengabdian dirinya sebagai Ketua TP PKK Desa Batuagung. Dan, keyakinannya itu terbukti saat coblosan Pileg 2019, di mana dari 2.454 suara yang dikantonginya, sebanyak 1.745 suara di antaranya disumbang pemilih di Desa Batuagung.
“Khusus di Desa Batuagung, suara saya yang paling besar. Di desa-desa lain juga ada suara saya, tapi tidak signifikan. Memang waktu kampanye, saya lebih fokus di Desa Batuagung. Saya yakin dengan solidaritas warga Desa Batuagung,” ujar Srikandi kelahiran 23 Agustus 1982 ini.
Selama masa kampanye, Dayu Putu Mona tidak pernah minta didampingi suaminya. Sebab, dia sadar dengan jabatan suaminya sebagai Perbekel, yang tidak diperkenankan berpolitik praktis. “Untuk kampanye, saya percaya diri tanpa didampingi suami, karena sudah terbiasa dengan pengalaman selama menjadi Ketua TP PKK Desa Batuagung. Saya sudah terbiasa berhadapan dengan masyarakat. Waktu turun, saya juga manfaatkan basic saya sebagai bidan, seperti memberikan pelayanan cek tensi dan bagikan vitamin gratis. Saya tidak pernah sampai menjanjikan barang. Tapi, kalau terpilih, saya sampaikan ke masyarakat, saya siap mengawal aspirasi mereka,” terang Dayu Mona yang alumnus Q Akademi Kebidanan Bali di Singaraja tahun 2005.
Sedangkan sang suami, Ida Bagus Komang Widiarta, mengaku sangat bersyukur istrinya lolos ke DPRD Jembrana. Selama masa kampanye Pileg 2019, Widiarta mengaku membantu istrinya dari balik layar, dan menyerahkan kepada tim untuk mendampingi Dayu Putu Mona turun ke masyarakat.
“Kalau kampanye, saya tidak pernah ikut. Tapi, saya tetap mendukung istri sendiri, dan mengharapkan bantuan dari saudara serta teman-teman. Saya juga percaya kalau istri saya punya kemampuan, sehingga dia dipercaya masyarakat duduk di kursi legislatif,” ujar Widiarta, yang akan habis masa jabatannya sebagai Perbekel Batuagung per 21 Mei 2019 besok.
Sementara itu, Ni Made Sri Sutharmi bukan hanya lolos ke DPRD Jembrana dengan predikat sebagai Srikadi peraih suara terbanyak di Pileg 2019. Srikandi PDIP berusia 52 tahun ini juga menjadi kandidat terkuat Ketua DPRD Jembrana 2019-2024. Selain karena perolehan suaranya fantastis lebih dari 7.000, Sri Sutharmi juga merupkaan caleg terpilih dengan jabatan struktural tertinggi di internal PDIP Jembrana.
Saat ini, Sri Sutharmi yang masih menjabat Ketua Komisi A DPRD Jembrana 2014-2019 pegang posisi strategis sebagai Sekretaris DPC PDIP Jembrana 2015-2020. Sedangkan Ketua DPC PDIP Jembrana, Made Kembang Hartawan, saat ini menjabat Wakil Bupati Jembrana.
Jika Sri Sutharmi terpilih menjadi Ketua DPRD Jembrana 2019-2024, maka mantan Bendahara DPC PDIP Jembrana 2010-2015 ini praktis akan mengukir sejarah sebagai perempuan pertama di Bali yang menduduki jabatan Ketua Dewan. Selama ini, jabatan tersebut selalu diduduki laki-laki, mulai dari Ketua DPRD Bali hingga Ketua DPRD Kabupaten/Kota se-Bali. Di Jembrana sendiri, jabatan tersebut juga selalu diduduki laki-laki. Sekadar dicatat, Made Kembang Hartawan menjadi Ketua DPRD Jembrana 2004-2009 dan 2009-2010, sebelum dilanjut Ketut Sugiasa periode 2010-2014 dan 2014-2019.
Sri Sutharmi sendiri mengaku siap, jika nanti ditugasi partainya menjadi Ketua DPRD Jembrana 2019-2024. “Sebnagai kader, saya siap ditempatkan di mana saja. Kalau memang dipercaya sebagai Ketua Dewan, tentu saya juga siap. Untuk pastinya, kita tetap menunggu proses dan menyerahkan penuh sesuai mekanisme partai,” tegas Sri Sutharmi saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, beberapa waktu lalu. *ode
Komentar