Nganyut Puspa Lingga, Jalan Kaki 13 Km
Puluhan ribu krama dari berbagai pelosok mengikuti prosesi ritual nganyut ke Segara Pesinggahan serangkaian upacara Baligya Lajur yang digelar Puri Agung Klungkung pada Radite Wage Wayang, Mingggu (1/11).
Menurut Raka Putra, tradisi yang diwarisi secara turun-temurun di Puri Agung Klungkung, upacara dengan tingkatan paling utama hanya diperuntukkan bagi panglingsir puri yang telah mabhiseka ratu (dinobatkan sebagai raja atau permaisuri). “Sedangkan panglingsir puri yang tidak mabhiseka ratu, cukup dengan upacara Baligya Punggel,” beber Raka Putra yang juga Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Fakultas Kedokteran Unud.
Raka Putra menyebutkan, pelaksanaan upacara Baligya Lajur untuk almarhum Ida Dewa Agung Istri Putra ini dilaksanakan atas petunjuk para sulinggih, khususnya Bhagawanta Puri Agung Klungkung, Ida Pedanda Gede Putra Tembau (sulinggih dari Griya Gede Aan, Desa Pakraman Aan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung).
Upacara Baligya Lajur kali ini merupakan yang kedua kali digelar Puri Agung Klungkung dalam 45 tahun terakhir. Sebelumnya, upacara serupa digelar tahun 1970 silam untuk mendiang Ida Dewa Agung Gde Oka Geg, Raja Klungkung terakhir yang notabene suami dari almarhum Ida Dewa Agung Istri Putra. Sementara upacara Baligya Punggel terakhir digelar Puri Agung Klungkung tahun 2007 lalu, dengan menyertakan 400 puspa lingga.
Sedangkan dalam upacara Baligya Lajur (tingkat paling utama) yang digelar buat kedua kalinya saat ini, ikut diupacarai 510 lingga puspa dari krama. Mereka adalah adalah krama dari berbagai pelosok Bali, bahkan ada yang berasal dari Lombok, NTB. Krama yang mengiringi prosesi nganyut ke Segara Pesinggahan, Minggu kemarin, juga mpuluhan ribu orang.
Tak heran jika prosesi ini menjadi tontonan menarik warga maupun wisatawan asing. Apalagi, iting-iringan prosesi nganyut mengular sepanjang 4 km. Seluruh pengiring bergerak dari depan Puri Agung Klungkung di Kota Semarapura menuju Pantai Desa Pesinggahan yang berjarak sekitar 13 km.
“Karena jarak tempuhnya sangat jauh, maka prosesi mundut puspa lingga dilakukan secara estafet (bergantian) oleh persi sentana masing-masing,” ungkap I Wayan Kawiarta, salah seorang krama Desa Dawan, Kecamatan Dawan yang banjarnya ikut mendapat bagian mengusung bukur kembar penganyutan ke Segara Pesinggahan, Minggu kemarin.
1
2
Komentar