9,8 Persen Pemuda di Bali Idap Gangguan Emosional
Data dari Riskesdas Kemenkes RI pada 2018 mencatat, 9,8 persen pemuda di Bali mengalami gangguan mental secara emosional.
DENPASAR, NusaBali
Buleleng merupakan yang tertinggi, dengan angka 2,59 persen. Sedangkan, 9 dari 1.000 remaja berusia di bawah 15 tahun mengalami gangguan mental emosional di Indonesia.
Hal tersebut dipaparkan Ida Ayu Saraswati Indra Harsani, selaku Chief Director di Bali Soul Society (BSS) – komunitas yang bergerak dalam ilmu psikologi dan kampanye kesehatan mental – dalam jumpa pers serangkaian kegiatan Kindnetic 2019, Senin (20/5) di Kubu Kopi, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar.
“Kebanyakan di tren 2000-an ditemukan permasalahan dalam kaum remaja terkait kemampuan mengekspresikan pendapat dan emosinya. Kesulitan itu dikarenakan ia tidak memiliki kepercayaan diri tentang kemampuan yang dimilikinya,” paparnya.
Sementara, Galang, selaku Psikolog di BSS, mengungkap total prevalensi pengidap gangguan mental emosional di Denpasar menurut Riskesdas, sekitar 3,7 persen berumur 15 tahun ke atas. Sedangkan jika diakumulasikan, sebanyak 6,1 persen remaja usia 15-24 tahun di Provinsi Bali mengalami gangguan mental emosional. Hal tersebut karena remaja di Denpasar termasuk majemuk, memiliki tingkat komunikasinya paling dinamis, dan sangat aktif bersosial media.
Jumpa Pers tersebut diinisiasi oleh Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Udayana (Unud) angkatan 2016 yang bekerja sama dengan Bali Soul Society (BSS) dalam gelaran Kindnetic 2019, sebuah kampanye kesehatan mental yang berfokus pada kepercayaan diri pada remaja. Mengusung tema ‘Show Who You Really Are,’ kegiatan ini menyasar remaja usia 12-20 tahun.
Kindnetic 2019 ini berlatar belakang dari misi untuk mengentaskan masalah kurangnya rasa percaya diri dan cenderung susah menemukan jati diri pada remaja, khususnya di Bali. Terlebih, remaja usia 12-20 tahun rentan terkena depresi yang berujung pada tidak terkontrolnya emosi. “Kami mengacu pada teori Erickson, terdapat 8 tahap perkembangan manusia dan remaja usia 12-20 tahun berada di fase ke-5 yang disebut identity vs confusion, yang berarti remaja masih kebingungan menemukan jati dirinya,” ungkap Oning Widiyanti, Project Manager Kindnetic 2019.
Terkait acara, Kindnetic 2019 sendiri telah memulai rangkaiannya sejak 15 April, yang diisi dengan kampanye online melalui akun Instagram @kindnetic2019, sosialisasi di 3 sekolah di Denpasar, yakni SMAN 4 Denpasar, SMPN 2 Denpasar, dan SMPN 3 Denpasar. Sedangkan pada 5 dan 26 Mei, digelar konsultasi gratis seputar psikologi di acara Car Free Day di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar. Acara puncak akan terlaksana pada 2 Juni di Garden Groove, Renon, Denpasar. *cr41
Hal tersebut dipaparkan Ida Ayu Saraswati Indra Harsani, selaku Chief Director di Bali Soul Society (BSS) – komunitas yang bergerak dalam ilmu psikologi dan kampanye kesehatan mental – dalam jumpa pers serangkaian kegiatan Kindnetic 2019, Senin (20/5) di Kubu Kopi, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar.
“Kebanyakan di tren 2000-an ditemukan permasalahan dalam kaum remaja terkait kemampuan mengekspresikan pendapat dan emosinya. Kesulitan itu dikarenakan ia tidak memiliki kepercayaan diri tentang kemampuan yang dimilikinya,” paparnya.
Sementara, Galang, selaku Psikolog di BSS, mengungkap total prevalensi pengidap gangguan mental emosional di Denpasar menurut Riskesdas, sekitar 3,7 persen berumur 15 tahun ke atas. Sedangkan jika diakumulasikan, sebanyak 6,1 persen remaja usia 15-24 tahun di Provinsi Bali mengalami gangguan mental emosional. Hal tersebut karena remaja di Denpasar termasuk majemuk, memiliki tingkat komunikasinya paling dinamis, dan sangat aktif bersosial media.
Jumpa Pers tersebut diinisiasi oleh Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Udayana (Unud) angkatan 2016 yang bekerja sama dengan Bali Soul Society (BSS) dalam gelaran Kindnetic 2019, sebuah kampanye kesehatan mental yang berfokus pada kepercayaan diri pada remaja. Mengusung tema ‘Show Who You Really Are,’ kegiatan ini menyasar remaja usia 12-20 tahun.
Kindnetic 2019 ini berlatar belakang dari misi untuk mengentaskan masalah kurangnya rasa percaya diri dan cenderung susah menemukan jati diri pada remaja, khususnya di Bali. Terlebih, remaja usia 12-20 tahun rentan terkena depresi yang berujung pada tidak terkontrolnya emosi. “Kami mengacu pada teori Erickson, terdapat 8 tahap perkembangan manusia dan remaja usia 12-20 tahun berada di fase ke-5 yang disebut identity vs confusion, yang berarti remaja masih kebingungan menemukan jati dirinya,” ungkap Oning Widiyanti, Project Manager Kindnetic 2019.
Terkait acara, Kindnetic 2019 sendiri telah memulai rangkaiannya sejak 15 April, yang diisi dengan kampanye online melalui akun Instagram @kindnetic2019, sosialisasi di 3 sekolah di Denpasar, yakni SMAN 4 Denpasar, SMPN 2 Denpasar, dan SMPN 3 Denpasar. Sedangkan pada 5 dan 26 Mei, digelar konsultasi gratis seputar psikologi di acara Car Free Day di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar. Acara puncak akan terlaksana pada 2 Juni di Garden Groove, Renon, Denpasar. *cr41
Komentar