Diduga Demo Bayaran, 257 Perusuh Ditangkap
Rusuh di Jakarta telan 6 nyawa, Presiden Jokowi tegaskan tidak ada ruang bagi perusuh
Polisi Amankan Uang Dolar dan Rupiah dalam Jumlah Besar
JAKARTA, NusaBali
Polda Metro Jaya tangkap 257 orang terkait aksi rusuh demo tolak hasil Pilpres 2019 di Jakarta, 22 Mei 2019 dinihari, yang menyebabkan 6 korban tewas. Mereka diduga preman bayaran dan melakukan aksi dengan settingan. Indikasinya, barang bukti berupa mata uang dolar AS dan rupiah dalam jumlah besar, yang dimasukkan ke amplop.
Perusuh berjumlah 257 ini ditangkap di tiga lokasi berbeda, yakni depan Kantor Bawaslu RI kawasam Jalan MH Thamrin-Jakarta Pusat (72 orang), kawasan Pe-tamburan-Jakarta Pusat (156 orang), dan kawasan Gambir-Jakarta Pusat (29 orang). "Di depan Bawaslu kita lakukan penangkapan, karena mereka melawan petugas yang sedang bertugas, juga memaksa masuk ke Bawaslu," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, Rabu (22/5).
Sedangkan perusuh di kawasan Petamburan ditangkap karena mereka menyerang asrama Brimob, kemudian membakar 10 unit mobil polisi dan puluhan kendaraan lainnya. Sedangkan penangkapan di kawasan Gambir dilakukan karena mereka menyerang Polsek Gambir. Menurut Kombes Argo, 257 orang yang ditangkap ini sudah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka dijerat pasal tentang kekerasan dan pembakaran.
Selain menangkap 257 tersangka rusuh, Polda Metro Jaya juga mengamankan uang sebanyak 2.760.000 dolar AS dari massa di depan Kantor Bawaslu. Uang tersebut disebut sebagai dana operasional massa aksi yang bikin rusuh, Rabu di-nihari. "Uang 2.760 ribu dolar AS diamankan polisi," tegas Kombes Argo.
Menurut Kombes Argo, uang tersebut dibawa oleh massa yang berasal dari luar daerah DKI Jakarta. Kepada polisi, tersangka pembawa dolar mengaku mendapatkan uang dari salah seorang yang hingga kini masih diburu polisi. "(Uang dolar) Ini dibawa peserta (kasi kerusuhan) dari Lombok di depan Bawaslu," katanya.
Selain uang dolar, polisi juga menyita uang di dalam amplop yang berisi kisaran Rp 200.000 hingga Rp 500.000. Uang tersebut ditemukan di wilayah Petamburan, yang dibawa massa aksi. "Tadi saya sampaikan di Petamburan ada uang masuk di amplop. Ada nama-namanya di amplop untuk siapa, uangnya Rp 200.000 hingga Rp 500.000. Kemudian, ada uang Rp 5 juta juga untuk operasional aksi di Petamburan," terang Kombes Argo.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga mengatakan petugas menemukan amplop berisi uang dari massa yang ditangkap dalam rusuh di depan Bawaslu dan di Petamburan. Jenderal Tito menegskan massa aksi mengaku ada yang dibayar. "Yang diamankan (di Petamburan) ini, termasuk yang di depan Bawaslu, ditemukan pada mereka amplop berisi uang total Rp 6 juta, yang terpisah amplopnya. Mereka mengaku ada yang bayar," tandas Jenderal Tito dilansir detikcom terpisah di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu kemarin.
Jenderal Tito menyebutkan, massa yang ditangkap di Petamburan mayoritas anak-anak muda. Selain merusak asrama Brimob, massa juga membakar 25 kendaraan yang ada di sekitar lokasi. "Di Petamburan, kelompok anak muda ini menyerang asrama Polri yang ada di pinggir jalan. Di asrama itu ada anggota polisi dan keluarganya, ada anak dan istrinya, langsung dilakukan pembakaran," katanya.
Polri menyebut kerusuhan di Jakarta dinihari kemarin diduga terorganisasi. "Saya menyampaikan bahwa dari rangkaian peristiwa dinihari tadi (kemarin), bukan massa spontan, bukan peristiwa spontan, tapi peristiwa by design, peristiwa setting-an," ungkap Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen M Iqbal.
"(Selasa malam) Sekitar pukul 23.00 WIB, tiba-tiba ada massa, kita tidak tahu itu dari mana. Massa yang berulah anarkis, provokatif, berusaha merusak security barrier, dan memprovokasi petugas. Sesuai dengan SOP, tidak boleh lagi ada massa aksi sangat larut malam, petugas menghalau dengan mekanisme yang ada," ujar Irjen Iqbal.
Massa ini berbeda dengan massa yang mulanya menggelar aksi di depan Bawaslu, Selasa lalu. Sebab, massa yang berdemo di depan Bawaslu sudah membubarkan diri malam sekitar pukul 21.00 WIB. Setelah massa diurai, Rabu dinihari sekitar pukul 02.45 WIB ada sekelompok orang datang. "Dari beberapa peristiwa tersebut, berbagai data sudah kami dapat. Mayoritas massa dari luar Jakarta. Ada dari Banten, juga Jawa Tengah,” katanya.
Paparan hampir senada juga disampaikan Menko Polhukam, Jenderal TNI (Purn) Wiranto. Menurut Wiranto, pelaku kerusuhan dinihari kemarin adalah preman bayaran. "Yang membuat kekacauan adalah preman-preman yang dibayar, bertato," ujar Wiranto.
Wiranto menjelaskan, demo Selasa malam awalnya kondusif. Lalu, muncul massa yang beraksi brutal menyerang asrama polisi dan membuat kekacauan. "Kita mencoba melakukan investigasi, kesimpulan kita ada skenario," katanya.
Menurut Wiranto, ada skenario lanjutan dari demo ricuh Selasa malam hingga Rabu dinihari. Hasil investigasi yang dilakukannya, kekacauan sengaja dibuat agar masyarakat benci terhadap pemerintah. "Dari apa yang telah kita lakukan di berbagai kesempatan, kita mencoba melakukan investigasi. Maka,kesimpulan kita ada niatan atau skenario untuk membuat kekacauan dengan membuat antipati kepada pemerintah yang sah,” sebut Wiranto.
Wiranto pun meminta masyarakat untuk tidak terhasut hoax yang disebar di media sosial dan aplikasi chatting. Wiranto mengatakan, kekacauan yang dibuat massa sengaja untuk memancing munculnya korban dari pihak masyarakat, sehingga pemerintah ada dalam posisi bersalah.
Di sisi lain, Polri juga mengungkap percakapan provokator kerusuhan 22 Mei 2019 dengan massa di Grup WhatsApp (WA). Dalam percakapan itu, sang provokator bahkan mengajak massa untuk menyerang Presiden Jokowi. "Terus, di WA grup ini menyampaikan, 'Jokowi di Johar, ayo kita serang’," beber Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono.
Sementara, Polda Metro Jaya mengamankan sebuah mobil ambulans Partai Gerindra berisi batu saat rusuh massa, Rabu dinihari. Mobil ambulans tersebut diamankan di sekitar kawasan Sabang, Jakarta Pusat. Menurut Kombes Argo, ambulans itu diamankan saat polisi membubarkan massa. Saat dicek, ambulans tersebut membawa sejumlah batu. "Isinya ya ada batu-batu," papar Kombes Argo.
DPC Gerindra Tasikmalaya buka suara soal viral ambulans berlogo Partai Gerindra yang diamankan polisi, karena mengangkut batu dalam pelaksanaan unjuk rasa di Jakarta. Ketua DPC Gerindra Tasikmalaya, Nandang Suryana, membenarkan ambulans tersebut miliknya. Namun, dia membantah sengaja membawa batu untuk massa demo 22 Mei.
Menurut Nandang, ambulans yang kaca depan dan badan pintu bertuliskan 'Gerindra Kota Tasikmalaya' itu dikirim ke Jakarta, Selasa malam pukul 20.00 WIB. "Jadi gini, DPC se-Jabar diinstruksikan harus kirim ambulans ke Seknas. Hanya ditugaskan mengirim ambulans. Ini se-Jabar, bukan Kota Tasikmalaya saja," dalih Nandang di Kantor DPC Gerindra Tasikmalaya, Rabu kemarin.
Nandang menegaskan, ambulans Nopol B 9686 PCF tersebut dikirim untuk membantu mengevakuasi orang yang membutuhkan pertolongan saat demo 22 Mei. Dia memastikan saat berangkat ke Jakarta, ambulans berisi tiga orang terdiri sopir, Sekretaris, dan Wakil Sekretaris DPC Gerindra Tasikmalaya.
Sementara itu, Presiden Jokowi menegaskan tidak akan memberi ruang bagi siapa pun yang akan merusak negara. "Saya membuka diri kepada siapa pun untuk bersama-sama, bekerja sama membangun negara ini, memajukan negara ini," ujar Jokowi di Kompleks Istana Negara Jakarta, Rabu kemarin.
Jokowi mengingatkan tak ada yang boleh mengganggu persatuan negara. Dan, negara tak akan memberi toleransi bagi siapa pun yang jadi perusuh. "Tetapi saya juga tidak memberikan toleransi kepada siapa pun yang akan mengganggu keamanan, yang akan mengganggu proses-proses demokrasi, dan mengganggu persatuan negara yang kita cintai ini," tegas Jokowi.
"Terutama perusuh-perusuh, kita tidak membuka ruang bagi perusuh. Kita tidak akan memberikan ruang untuk perusuh-perusuh yang bakal merusak negara kita, merusak NKRI," lanjut Capres nomor urut 01 yang telah ditetapkan KPU sebagai pemenang Pilpres 2019 ini. Jokowi menegaskan, aparat keamanan akan menindak siapa pun yang membuat rusuh. "Tidak ada pilihan, TNI dan Polri akan menindak tegas sesuai aturan hukum yang berlaku."
Kerusuhan dalam demo menentang hasil Pilpres 2019 di Jakarta, Rabu dinihari, menyebabkan 6 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. "Saya mendapatkan laporan dari Kabiddokes, ada 6 orang meninggal dunia. Informasinya, ada yang kena luka tembak, ada yang kena senjata tumpul," ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Jenderal Tito mengatakan perihal 6 orang yang tewas dalam rusuh 22 Mei itu perlu ditelusuri lebih lanjut mengenai penyebab dan siapa pelakunya. "Harus kita clear-kan, di mana dan apa sebabnya. Tapi, jangan langsung apriori," katanya. "Karena kita menemukan barang-barang seperti ini (sambil menunjuk senapan M4). Ini di luar tangan TNI dan Polri. Apalagi, memang ada upaya untuk memprovokasi itu, sehingga membangun kemarahan publik," lanjut Jenderal Tito sembari menunjuk barang bukti senapan M4 dalam konferensi pers kemarin. Senapan M4 merupakan senapan yang diduga diselundupkan oleh mantan Danjen Kopassus, Mayjen (Purn) Soenarko, dari Aceh ke Jakarta. *
1
Komentar