TP PKK Gianyar Gelar Sosialisasi Tari Rejang Renteng
Sejak dua tahun terakhir, hampir setiap ritual di pura atau mrajan ada pementasan Tari Rejang Renteng oleh sekelompok ibu-ibu.
GIANYAR, NusaBali
Penari rejang yang didominasi ibu-ibu yang tidak semuanya bisa menari, hingga banyak yang tidak tahu sejarah tarian ini. Melihat fenomena ini, Dinas Kebudayaan Gianyar, bekerja sama dengan TP PKK Kabupaten Gianyar mengadakan sosialisasi dan pelatihan Tari Rejang Renteng di Ruang Sidang Utama Kantor Bupati Gianyar, Kamis (23/5).
Sosialisasi dengan nara sumber Ida Ayu Made Diastini SST MSi dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Cikal bakal tari Rejang Renteng terinspirasi dari Tari Renteng yang merupakan tari sakral yang sangat tua di Banjat Adat Saren, Desa Pakraman Mujaning Tembeling, Desa Batumadeg, dan Dusun Saren Satu, Nusa Penida, Klungkung. Tahun 1999, tarian ini berhasil dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan Bali dalam upaya pemerintah melestarikan tarian langka. Koreografi tari ini merupakan pengembangan dari gerakan-gerakan asli tari Renteng yang digabungkan dengan beberapa elemen gerakan yang ada pada tari Pendet pada saat piodalan di pura-pura di Bali. Tari Rejang Renteng kini berfungsi sebagai tari wali saat piodalan di pura, baik piodalan alit, madya, dan ageng.
“Tari wali, artinya tarian ini dapat ditarikan pada saat piodalan. Tari ini dapat dilombakan asal berkaitan dengan piodalan atau wali di pura,” jelas Diastini.
Untuk busana, kata dia, para penari Rejang Renteng berkebaya putih polos lengan panjang, selendang kuning, dan kain cepuk tenunan kuning. Warna putih pada kain kebaya sendiri mengandung filosofi bahwa badan manusia itu sakral perlu dijaga dari hal-hal yang tidak baik.
Ketua PKK Kabupaten Gianyar Ny. Surya Adnyani Mahayastra mengatakan, tarian Rejang Renteng menggeliat di Gianyar sejak dua tahun belakangan ini. Pihaknya menyosialisasikan tarian ini melalui PKK hingga ke banjar-banjar. Namun memang tidak dapat dipungkiri selama ini ibu-ibu hanya bisa menarikan, namun tidak mengetahui sejarah dan makna dari tarian tersebut. “Sekarang saatnya kita sama-sama belajar, bagaimana sejarah dan makna dari tarian rejang renteng. Apakah tarian ini harus ditarikan oleh ibu-ibu saja, dan busana apa saja yang boleh dikenakan dan sebagainya,” kata Ny. Adnyani Mahayastra.
Sosialisasi ini merupakan kelanjutan dari workshop tari Rejang Renteng di UPTD Taman Budaya Bali, beberapa waktu lalu. Sosialisasi diikuti sekitar 160 orang dari kalangan TP PKK Kecamatan/Desa/ Kalurahan dan Ketua WHDI Kecamatan/Desa se-kabupaten Gianyar.*Isa
Penari rejang yang didominasi ibu-ibu yang tidak semuanya bisa menari, hingga banyak yang tidak tahu sejarah tarian ini. Melihat fenomena ini, Dinas Kebudayaan Gianyar, bekerja sama dengan TP PKK Kabupaten Gianyar mengadakan sosialisasi dan pelatihan Tari Rejang Renteng di Ruang Sidang Utama Kantor Bupati Gianyar, Kamis (23/5).
Sosialisasi dengan nara sumber Ida Ayu Made Diastini SST MSi dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Cikal bakal tari Rejang Renteng terinspirasi dari Tari Renteng yang merupakan tari sakral yang sangat tua di Banjat Adat Saren, Desa Pakraman Mujaning Tembeling, Desa Batumadeg, dan Dusun Saren Satu, Nusa Penida, Klungkung. Tahun 1999, tarian ini berhasil dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan Bali dalam upaya pemerintah melestarikan tarian langka. Koreografi tari ini merupakan pengembangan dari gerakan-gerakan asli tari Renteng yang digabungkan dengan beberapa elemen gerakan yang ada pada tari Pendet pada saat piodalan di pura-pura di Bali. Tari Rejang Renteng kini berfungsi sebagai tari wali saat piodalan di pura, baik piodalan alit, madya, dan ageng.
“Tari wali, artinya tarian ini dapat ditarikan pada saat piodalan. Tari ini dapat dilombakan asal berkaitan dengan piodalan atau wali di pura,” jelas Diastini.
Untuk busana, kata dia, para penari Rejang Renteng berkebaya putih polos lengan panjang, selendang kuning, dan kain cepuk tenunan kuning. Warna putih pada kain kebaya sendiri mengandung filosofi bahwa badan manusia itu sakral perlu dijaga dari hal-hal yang tidak baik.
Ketua PKK Kabupaten Gianyar Ny. Surya Adnyani Mahayastra mengatakan, tarian Rejang Renteng menggeliat di Gianyar sejak dua tahun belakangan ini. Pihaknya menyosialisasikan tarian ini melalui PKK hingga ke banjar-banjar. Namun memang tidak dapat dipungkiri selama ini ibu-ibu hanya bisa menarikan, namun tidak mengetahui sejarah dan makna dari tarian tersebut. “Sekarang saatnya kita sama-sama belajar, bagaimana sejarah dan makna dari tarian rejang renteng. Apakah tarian ini harus ditarikan oleh ibu-ibu saja, dan busana apa saja yang boleh dikenakan dan sebagainya,” kata Ny. Adnyani Mahayastra.
Sosialisasi ini merupakan kelanjutan dari workshop tari Rejang Renteng di UPTD Taman Budaya Bali, beberapa waktu lalu. Sosialisasi diikuti sekitar 160 orang dari kalangan TP PKK Kecamatan/Desa/ Kalurahan dan Ketua WHDI Kecamatan/Desa se-kabupaten Gianyar.*Isa
1
Komentar