Pohon Keramat Pura Desa Bila Timpa Palinggih
Warga: Yang Motong Mengalami Kematian Tak Wajar
SINGARAJA, NusaBali
Pengguna jalur Singaraja-Kintamani via Kubutambahan sempat terganggu pada Minggu (26/5) sore. Dahan pohon Bunut keramat yang tumbuh di areal Pura Bale Agung, Desa Pakraman Bila, di Banjar Dinas Kanginan, Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, patah dan melintang dari Barat ke Timur menutup jalan. Selain mengakibatkan kemacetan arus lalin, dahan sepanjang 15 meter dan berdiameter 20 sentimeter itu juga menimpa dua palinggih warga setempat di seberang Pura Timur jalan raya..
Menurut kesaksian korban Nyoman Mustiadi, dahan pohon keramat yang tumbuh di madya mandala Pura Bale Agung itu tumbang sekitar pukul 16.00 WITA. Nenek 77 tahun itu, saat kejadian kebetulan berada di dalam rumah sedang menonton TV. Ia pun bersyukur saat kejadian yang terjadi pada jam-jam ia membersihkan rumah, sedang tak berada di halaman sehingga selamat dari maut, meski dua palinggih yakni palinggih Dewa Hyang dan Penunggun Karangnya rusak tertimpa batang pohon.
“Tumben saya tadi jam segini masih nonton TV, biasanya sudah nyapu, nyiram di halaman. Tapi kalau tadi pas nyapu mungkin saya sudah ditimpa juga,” ucapnya penuh syukur.
Saat kejadian Mustiadi pun mengaku mendengar suara keras dari jatuhnya dahan pohon keramat membentur palingihnya dan juga percikan api dari kabel PLN yang juga tertimpa. Selain menimpa palinggih milik Mustiadi dahan pohon juga merusak tembok penyengker Pura Bale Agung.
Warga sekitar lokasi kejadian pun langsung mengevakuasi dahan pohon yang melintang dari Barat ke Timur di jalur Singaraja-Kintamani itu sehingga kemacetan tak berlangsung lama. Seorang warga lainnya, Juliarta yang ditemui di lokasi kejadian membenarkan bahwa pohon Bunut di Pura Bale Agung itu dikeramatkan warga Bila. Pohon yang diyakini berusia ratusan tahun itu pantang untuk ditebang. Walaupun dahan pohonnya yang patah kemarin sudah lapuk. Bahkan Juliata bersaksi ada sekitar tujuh orang tukang kayu yang berupaya memotong pohon keramat itu. Hanya saja mereka berakhir dengan kematian yang tidak wajar. “Memang tidak ada yang berani memotong, karena di sini meyakini pohonnya keramat. Pernah ada beberapa orang yang mencoba memotong, tapi akhirnya mati tidak wajar seperti disambar petir. Entah ada hubungannya atau tidak, kami di sini meyakini,” ungkapnya.
Sementara itu Perbekel Bila, Ketut Citarja Yudiarta, dengan kejadian itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan PLN dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng untuk penanganan. Terkait dengan kerusakan pihaknya mengaku akan berkoordinasi dengan Desa Pakraman untuk langkah lebih lanjut. BPBD Buleleng yang dipimpin Kabid Kedaruratan dan Logistik, Wayan Duala Arsayasa dikonfirmasi terpisah mengatakan evakuasi dahan pohon keramat yang tumbang itu dilaksanakan selama satu setengah jam. Sebelum BPBD Buleleng tiba di lokasi, penanganan seadanya sudah dilakukan oleh masyarakat.
“Dahannya memang melintang menutup jalan, sehingga kami prioritaskan itu dulu sehingga jalan bisa segera dilalui, kemacetannya tidak lama, begitu bisa dibuka setengah sudha lancar dnegan sistem buka tutup. Kami dibantu dari Polsek dan Koramil Kubutambahan dan masyarakat juga,” jelasnya.*k23
Menurut kesaksian korban Nyoman Mustiadi, dahan pohon keramat yang tumbuh di madya mandala Pura Bale Agung itu tumbang sekitar pukul 16.00 WITA. Nenek 77 tahun itu, saat kejadian kebetulan berada di dalam rumah sedang menonton TV. Ia pun bersyukur saat kejadian yang terjadi pada jam-jam ia membersihkan rumah, sedang tak berada di halaman sehingga selamat dari maut, meski dua palinggih yakni palinggih Dewa Hyang dan Penunggun Karangnya rusak tertimpa batang pohon.
“Tumben saya tadi jam segini masih nonton TV, biasanya sudah nyapu, nyiram di halaman. Tapi kalau tadi pas nyapu mungkin saya sudah ditimpa juga,” ucapnya penuh syukur.
Saat kejadian Mustiadi pun mengaku mendengar suara keras dari jatuhnya dahan pohon keramat membentur palingihnya dan juga percikan api dari kabel PLN yang juga tertimpa. Selain menimpa palinggih milik Mustiadi dahan pohon juga merusak tembok penyengker Pura Bale Agung.
Warga sekitar lokasi kejadian pun langsung mengevakuasi dahan pohon yang melintang dari Barat ke Timur di jalur Singaraja-Kintamani itu sehingga kemacetan tak berlangsung lama. Seorang warga lainnya, Juliarta yang ditemui di lokasi kejadian membenarkan bahwa pohon Bunut di Pura Bale Agung itu dikeramatkan warga Bila. Pohon yang diyakini berusia ratusan tahun itu pantang untuk ditebang. Walaupun dahan pohonnya yang patah kemarin sudah lapuk. Bahkan Juliata bersaksi ada sekitar tujuh orang tukang kayu yang berupaya memotong pohon keramat itu. Hanya saja mereka berakhir dengan kematian yang tidak wajar. “Memang tidak ada yang berani memotong, karena di sini meyakini pohonnya keramat. Pernah ada beberapa orang yang mencoba memotong, tapi akhirnya mati tidak wajar seperti disambar petir. Entah ada hubungannya atau tidak, kami di sini meyakini,” ungkapnya.
Sementara itu Perbekel Bila, Ketut Citarja Yudiarta, dengan kejadian itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan PLN dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng untuk penanganan. Terkait dengan kerusakan pihaknya mengaku akan berkoordinasi dengan Desa Pakraman untuk langkah lebih lanjut. BPBD Buleleng yang dipimpin Kabid Kedaruratan dan Logistik, Wayan Duala Arsayasa dikonfirmasi terpisah mengatakan evakuasi dahan pohon keramat yang tumbang itu dilaksanakan selama satu setengah jam. Sebelum BPBD Buleleng tiba di lokasi, penanganan seadanya sudah dilakukan oleh masyarakat.
“Dahannya memang melintang menutup jalan, sehingga kami prioritaskan itu dulu sehingga jalan bisa segera dilalui, kemacetannya tidak lama, begitu bisa dibuka setengah sudha lancar dnegan sistem buka tutup. Kami dibantu dari Polsek dan Koramil Kubutambahan dan masyarakat juga,” jelasnya.*k23
1
Komentar