Anggota Dewan Bali Dipantau dengan Metal Detector
Ada pemandangan berbeda dari sebelumnya di ruang sidang utama Gedung DPRD Bali, Selasa (28/5).
DENPASAR, NusaBali
Ruang sidang kini dilengkapi dengan pemeriksaan metal detector oleh petugas keamanan dan sekretariat DPRD Bali. Rupanya penempatan metal detector tersebut berlaku di DPRD Bali semenjak kejadian kasus pemukulan Ketua Fraksi PDIP DPRD Bali, Kadek Diana oleh anggota Fraksi PDIP I Dewa Nyoman Rai, beberapa waktu lalu.
Dampaknya setiap orang yang masuk ke ruang sidang utama, apalagi ada sidang paripurna wajib menyerahkan tas untuk diperiksa petugas keamanan dalam (Pamdal) DPRD Bali. Termasuk awak media yang meliput kemarin juga diperiksa. Salah satu petugas keamanan di DPRD Bali kepada NusaBali mengatakan pemeriksaan tersebut prosedur tetap (Protap).
“Maaf, ini prosedur dan perintah pimpinan,” ujar salah satu petugas saat memeriksa NusaBali. Petugas tadi mengatakan memang sejak kejadian gaduh di ruang sidang diperintahkan penempatan metal detector di pintu masuk ruang sidang utama. Alat tersebut untuk mendeteksi logam dan barang berbahaya. Kalau yang membawa barang logam seperti senjata tajam, senjata api, bom dan jenis barang berbahaya lainnya alarm akan berbunyi.
“Kita hanya melaksanakan tugas,” ujar petugas keamanan yang enggan namanya ditulis di koran. Begitu metal detector jenis walkthrought (pendeteksi seluruh tubuh) itu ditempatkan anggota DPRD Bali dan pejabat Pemprov Bali langsung melalui prosedur pemeriksaan melalui metal detector. Termasuk Ketua Fraksi PDIP, Kadek Diana kemarin merasakan alat tersebut. “Wah ini baru alatnya dipasang, langsung jadi berita oleh pak wartawan nih,” kelakar Kadek Diana yang kemarin masuk ke ruangan sidang bersama Nyoman Parta, Nyoman Budi Utama dari Fraksi PDIP.
Sekwan DPRD Bali, Gede Suralaga, dikonfirmasi NusaBali, di sela-sela mengawasi persiapan sidang paripurna DPRD Bali mengatakan penempatan metal detector memang sudah perintah pimpinan dewan. “Ya sekarang setiap ada kegiatan sidang paripurna, maupun kegiatan penting dipakai,” ujar mantan Kabag Umum DPRD Bali ini.
Suralaga menyebutkan pemeriksaan tidak menempatkan petugas kepolisian secara khusus. Hanya staf dan petugas dari Satpol PP Pemprov Bali. “Sorry dulu mungkin tidak nyaman, ini antisipasi,” terang birokrat asal Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng ini. *nat
Dampaknya setiap orang yang masuk ke ruang sidang utama, apalagi ada sidang paripurna wajib menyerahkan tas untuk diperiksa petugas keamanan dalam (Pamdal) DPRD Bali. Termasuk awak media yang meliput kemarin juga diperiksa. Salah satu petugas keamanan di DPRD Bali kepada NusaBali mengatakan pemeriksaan tersebut prosedur tetap (Protap).
“Maaf, ini prosedur dan perintah pimpinan,” ujar salah satu petugas saat memeriksa NusaBali. Petugas tadi mengatakan memang sejak kejadian gaduh di ruang sidang diperintahkan penempatan metal detector di pintu masuk ruang sidang utama. Alat tersebut untuk mendeteksi logam dan barang berbahaya. Kalau yang membawa barang logam seperti senjata tajam, senjata api, bom dan jenis barang berbahaya lainnya alarm akan berbunyi.
“Kita hanya melaksanakan tugas,” ujar petugas keamanan yang enggan namanya ditulis di koran. Begitu metal detector jenis walkthrought (pendeteksi seluruh tubuh) itu ditempatkan anggota DPRD Bali dan pejabat Pemprov Bali langsung melalui prosedur pemeriksaan melalui metal detector. Termasuk Ketua Fraksi PDIP, Kadek Diana kemarin merasakan alat tersebut. “Wah ini baru alatnya dipasang, langsung jadi berita oleh pak wartawan nih,” kelakar Kadek Diana yang kemarin masuk ke ruangan sidang bersama Nyoman Parta, Nyoman Budi Utama dari Fraksi PDIP.
Sekwan DPRD Bali, Gede Suralaga, dikonfirmasi NusaBali, di sela-sela mengawasi persiapan sidang paripurna DPRD Bali mengatakan penempatan metal detector memang sudah perintah pimpinan dewan. “Ya sekarang setiap ada kegiatan sidang paripurna, maupun kegiatan penting dipakai,” ujar mantan Kabag Umum DPRD Bali ini.
Suralaga menyebutkan pemeriksaan tidak menempatkan petugas kepolisian secara khusus. Hanya staf dan petugas dari Satpol PP Pemprov Bali. “Sorry dulu mungkin tidak nyaman, ini antisipasi,” terang birokrat asal Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng ini. *nat
1
Komentar