Dua Embung di Karangasem Airnya Tercemar Abu Vulkanik
Embung Banjar Temukus (Desa Besakih) dan Embung Banjar Telung Buana (desa Sebudi) merupakan bagian dari 16 embung yang dikelola langsung oleh Dinas PUPR Karangasem
Khawatir Terjadi Erupsi, Piodalan di Pasar Agung Digelar Hanya Sehari dan Langsung Nyineb
AMLAPURA, NusaBali
Khawatir terjadi erupsi Gunung Agung, piodalan di Pura Pasar Agung, Banjar Sogra, Desa Adat Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem terpaksa dilaksanakan cuma sehari dan langsung nyineb pada Buda Wage Ukir, Rabu (29/5). Masalahnya, Pura Pasar Agung berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III yang berjarak hanya 2,5 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung. Sementara, dua embung di Karangasem sudah tercemar abu vulkanik.
Pamangku Pura Pasar Agung, Jro Mangku Gede Ketut Sigra, mengatakan ayah-ayahan untuk rangkaian piodalan di pura yang berlokasi pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut (Dpl) ini dimulai sejak Selasa (28/5), dengan menghias pangangge, serta menata banten caru dan banten upacara Dewa Yadnya. Begitu persiapan usai petang pukul 18.00 Wita, Pura Pasar Agung langsung dikosongkan tanpa ada satu pun pengayah yang makemit (berjaga di pura).
Kesokan harinya, barulah krama tangkil ke Pura Pasar Agung untuk melaksanakan piodalan, Rabu pagi mulai pukul 07.00 Wita. Upacara piodalan dipuput Ida Pandita Mpu Dukuh Jayati, sulinggih dari Geriya Badeg Dukuh, Desa Sebudi, Kecamatan Selat. Hari itu pula, piodalan di Pura Pasar Agung langsung nyineb (diakhiri), karena khawatir terjadi erupsi Gunung Agung.
“Piodalan dilaksanakan hanya sehari dan langsung nyineb,” ungkap Jro Mangku Sigra kepada NusaBali di sela nyineb piodalan di Pura Pasar Agung, Rabu lalu. Menurut Jro Mangku Sigra, pelaksanaan piodalan cuma sehari dan langsung nyineb ini sudah dilakukan selama 2 tahun terakhir, sejak Gunung Agung naik ke status awas pada 2017 silam. “Sejak itu, tak pernah ada krama pangempon yang makemit di pura saat piodalan,” katanya.
Paparan hampir senada juga disampaikan Humas Pangempon Pura Pasar Agung, I Wayan Suara. Menurut tokoh yang juga Sekretaris Relawan Pasebaya Agung Karangasem ini, sejak tahun 2017 tidak ada dagang yang menjajakan barang dagangannya di areal parkir Pura Pasar Agung. "Masalahnya, berlaku larangan melakukan aktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung,” jelas Wayan Suara.
Pantauan NusaBali, saat nyneb piodalan di Pura Pasar Agung, Rabu lalu Kepala Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin, ikut tangkil sembahyang bersama sejumlah relawan Pasebaya Agung Karangasem. Usai sembahyang, Made Rentin kemudian mengunjungi Pos Pasebaya Agung di Banjar Wates Tengah, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat. Dia terima Ketua Pasebaya Agung Karangasem, I Gede Pawana.
Sementara itu, dua embung (kolam tempat menyadap air hujan di lereng Gunung Agung) tercemar abu vulkanik akibat beberapa kali terjai erupsi Gunung Agung belakangan. Dua embung yang tercemar abu vulkanik dan airnya tidak bisa dikonsumsi masyarakat tersebut, masing-masing Embung Banjar Temukus (Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem) dan Embung Banjar Telung Buana (Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem).
Embung Banjar Temukus dan Embung Banjar Telung Buana ini merupakan bagian dari 16 embung yang dikelola langsung oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Karangasem. Sebenarnya, di wilayah Karangasem terdapat total 22 embung, namun 6 embung lainnya bukan tanggung jawab Dinas PUPR.
Embung Banjar Temukus di Desa Besakih memiliki kapasitas 16.750 meter kubik air. Embung ini dibangun pemerintah dengan biaya sebesar Rp 11,329 miliar. Selama ini, embung tersebut dimanfaatkan 66 kepala keluarga (KK) untuk menyiram tanaman dan ternak.
Sedangkan Embung Banjar Telung Buana di Desa Sebudi berkapasitas 15.500 meter kubik air. Embung yang dibangun tahun 2013 dengan biaya Rp 5,549 miliar ini airnya dimanfaatkan oleh1 15 KK. Embung Banjar Telung Buana sebelumnya sempat dikuras saat Gunung Agung erupsi tahun 2017 dan 2018 lalu. Sejak erupsi Gunung Agung pada Mei 2018, embung ini belum pernah dibersihkan kembali, sehingga airnya masih tercemar abu vulkanik.
Kabid Pengairan Dinas PUPR Karangasem, I Made Wiguna, mengatakan berdasarkan laporan dari para penjaga di 16 embung, hanya 2 embung itu yang tercemar abu vulkanik. "Makanya, kami rekomendasikan kedua embung tersebut airnya tercemar," ungkap Made Wiguna saaw dikonfirmasi NusaBali di Amlapura, Kamis (30/5).
Selain Embung Banjar Telung Buana dan Embung Banjar Temukus, sebuah embung di Pura Pasar Agung kawasan Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat juga terdampak abu vulkanik. Namun, air Embung Pura Pasar Agung ini tidak masuk daftar tercemar erupsi Gunung Agung. Embung Pura Pasar Agung yang dibangun tahun 2000 dengan biaya Rp 1,05 miliar ini memiliki kapasitas air sebanyak 4.432 meter kubik.
Penjaga Embung Pura Pasar Agung, I Nyoman Santep, mengakui air embung tersebut masih mengandung abu vulkanik dan sejauh ini belum dilakukan pengurasan. Namun, airnya belum masuk kategori tercemar. Air embung ini masih bisa digunakan untuk mandi, mencuci, ternak, dan menyiram tanaman.
"Tapi, air embung di Pura Pasar Agung ini belum bisa dikonsumsi, karena di dasarnya masih mengandung abu vulkanik,” ungkap Nyoman Santep saat ditemui NusaBali di Embung Pura Pasar Agung, Kamis (30/5).
Menurut Nyoman Santep, Embung Pura Pasar Agung ini kena abu vulkanik saat erupsi Gunung Agung tahun 2017 dan 2018. "Sedangkan erupsi Gunung Agung selama bulan Mei 2019 ini, tidak menimbulkan hujan abu di embung ini. Abu vulkanik dibawa angin ke arah barat," papar Nyoman Santep, sembari mengatakan menguras air embung karena volumenya masih banyak. *k16
Komentar