Rastafara Cetamol Rilis Video Klip 'Kiri-Kanan'
Setelah merilis album perdana pada 26 Mei lalu di Kampus Undiksha, Singaraja, band bergenre reggae, Rastafara Cetamol kini merilis video klip bertajuk ‘Kiri-Kanan’.
Bergenre Reggae, Fokus pada Isu Lingkungan dan Alam
DENPASAR, NusaBali
Kiri-Kanan merupakan salah satu lagu yang ada dalam mini album dengan judul yang sama. Lagu grup band yang beranggotakan Wilasa (Voc & Guitar), Donat (Bass), Wira (Conga), Leo (Keyboard), Wahyu (Drum), Angga (Melodi), dan Patet (Backing Voc & Tamborine) ini lebih banyak berkisah tentang isu lingkungan dan alam.
“Pada dasarnya, musik reggae itu kan identik dengan kegembiraan, makanya kita ambil kata Kiri-Kanan yang lagu-lagunya itu mengajak teman-teman untuk bergembira. Selain itu, Kiri-Kanan mengajak generasi muda untuk melihat kiri-kanan dan konsen untuk menjaga lingkungan selain bergembira,” ungkap Sang Keyboardis, Leo, dalam acara Media Gathering, pada Kamis (30/5), bertempat di Kubu Kopi, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar.
Ada 7 lagu dalam dalam album Kiri-Kanan, yang terdiri dari lagu, Kiri-Kanan, Sobat, Uyeng-uyengan, Polusi Hati, Besi Tua, Aku Ingin Wisuda, dan Baliku. Masing-masing personil memiliki andil dalam setiap proses kreatif lagu-lagu tersebut. Tidak ketinggalan, Sang Manager, Gendo Suardana pun menyumbangkan beberapa kata sebagai pelengkap lirik. Sebagian besar lagu dalam album menggunakan Bahasa Indonesia, hanya ada satu lagu yang berbahasa Bali, yakni Uyeng-uyengan. Untuk lagu Kiri-Kanan, proses pembuatan video klip ditangani langsung oleh Erick EST yang mengambil lokasi di beberapa tempat di Singaraja, sedangkan proses rekaman dilakukan di Antida Music Production di Kesiman, Denpasar.
Ungkap salah satu personil, proses pembuatan album sempat molor hingga hampir setahun. Hal tersebut dikarenakan para personil terpaut jarak dan kesibukan masing-masing, yang mana 3 personil ada di Denpasar dan 4 lainnya di Singaraja. “Makanya, untuk ketemunya itu susah dan untuk mencari jadwal recordnya juga susah,” ungkap Wilasa, Si Vokalis yang berasal dari Buleleng.
Tidak seperti grup band reggae kebanyakan, grup band Rastafara Ceramol memiliki ciri khas yang unik. Dilihat dari musik, unsur budaya Bali seperti bunyi beberapa instrumen gamelan dipadukan dengan alat musik modern yang menghasilkan bunyi etnik yang unik. Selain itu, lirik lagu-lagunya pun memberi pesan tersendiri bagi para pendengar yang dipadukan dengan suara sang vokalis yang khas. Album ini berisikan lagu-lagu yang terinspirasi dari keadaan atau aktivitas sehari-hari, sindiran terhadap kondisi tertentu, kebanggan dalam bagian berkomunitas, serta pandangan para personil terhadap kondisi alam dan lingkungan.
Seperti dalam lagu ‘Aku Ingin Wisuda’ yang merupakan lagu perdana Rastafara Cetamol. Saat itu, Wilasa yang masih duduk di Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Undiksha, melihat banyak kawannya belum juga tamat karena berbagai hal. Berangkat dari hal itu, ia lalu menulis lagu tentang keinginan seorang mahasiswa untuk segera diwisuda. Wilasa dan beberapa rekannya pun sempat mengenyam kuliah hingga 7 tahun karena terlalu ‘nyaman’ di kampus.
Di hari yang sama dengan peluncuran video klipnya, grup band Rastafara Cetamol juga secara perdana mengunggah video klip tersebut di kanal YouTube mereka dengan nama ‘Rastafara Cetamol’. Selain menyasar pasar digital, penjualan CD album tetap dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen konvensional. “Kami berharap dengan band kami, Rastafara Cetamol, bisa membuat para pendengarnya adem, sejuk, dan enjoy,” imbuh Donat, Sang Bassis.
Rastafara Cetamol pertama kali terbentuk di tahun 2014 dari sebuah kelompok mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Singaraja. Sebelumnya, nama band KKO sempat disandang, namun karena sudah ada yang memakai nama itu, diubahlah menjadi Rastafara Cetamol. Dalam perjalanannya, grup band tersebut sangat sering mewarnai berbagai kegiatan mahasiswa dan komunitas di Bali. Hingga saat ini, penggemar grup band reggae yang beranggotakan 7 orang tersebut sebagian besar tersebar di Singaraja, Bangli, hingga Lombok. 7 cr41
1
Komentar