Flobamora Ngaku Tak Pernah Terima Pengaduan
Buruh Proyek yang Rusuh Jalan Tukad Balian, Denpasar
DENPASAR, NusaBali
Puluhan buruh proyek bangunan asal Sumba, NTT yang membuat rusuh di proyek bangunan di Jalan Tukad Balian tepatnya di sebelah Warung Saolin nomor 129 Renon, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar sempat menyebut nama Flobamora pasca rusuh, Rabu (5/6) lalu. Flobamora yang merupakan wadah perkumpulan warga NTT di Bali ini disebut diduga hanya untuk mengancam mandor proyek yang menahan gaji mereka.
Dalam kerusuhan yang terjadi pada pukul 13.00 Wita siang itu terjadi diduga dipicu oleh masalah gaji harian mereka yang tak kunjung diberikan selama 22 hari. Sebelum kerusuhan terjadi salah seorang buruh bernama Geradus datang ke lokasi untuk mengajak teman-teman proyek yang asal Sumba untuk berdemo.
Saat tiba di lokasi proyek, Geradus menelepon mandornya yang kebetulan sedang berada di Jawa. Pada saat telepon itu salah seorang buruh lainnya bernama Marcus mengatakan kepada mandornya akan menghubungi Flobamora Bali untuk turun tangan mengatasi masalah ini. Saat itu mandor mereka meminta untuk bersabar. Meski sudah ada kesepakatan antara Geradus dan Marcus bersama mandor mereka ternyata buruh lainnya tak sepakat.
Mereka mengamuk dan merusak bangunan proyek yang tengah dalam pengerjaan. Saat itu yang bekerja adalah buruh yang juga berasal dari Sumba. Akibatnya konflik tak terhindarkan. Mereka saling serang dengan batu dan parang. Kapolsek Denpasar Selatan, Kompol Nyoman Wirajaya, saat dikonfirmasi, Jumat (7/6) mengatakan masalah itu sebenarnya masalah sepele. Dikatakan hal itu terjadi karena masalah gaji yang tertunda.
Satu kelompok buruh yang berada di bawah mandor atas nama Agung gajinya sudah diberikan. Sementara satu kelompok lainnya yang berada di bawah mandor atas nama Hendrik gajinya tertunda karena keburu pulang mudik ke Jawa. “Hingga saat ini ada 8 orang yang masih kami tahan. Sementara 7 orang lainnya sudah kami lepas karena dinilai tak terlibat dalam peristiwa itu. Yang masih ditahan ini kami masih menunggu mandor mereka untuk dilakukan tindak lanjut,” tutur Kompol Wirajaya.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Flobamora Bali, Yusdi Diaz menegaskan tak mengetahui masalah itu. Dikatakan pihaknya tak pernah menerima aduan dari kedua kelompok yang bertikai untuk secara bersama-sama mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi. Meski demikian pihaknya sebenarnya mau membantu jika mereka datang.
“Anak-anak ini sepertinya pernah mendengar Flobamora Bali membantu buruh yang bermasalah di Kampial, Kecamatan Kuta Selatan, Badung dan di Klungkung. Tapi mereka ini tak pernah datang menemui kami untuk berdiskusi. Jujur saja saya tidak tahu itu proyeknya siapa. Tiba-tiba ada masalah,” tutur Yusdi.
Yusdi mengaku setelah mendengar adanya keributan itu langsung menemui Pol PP Kota Denpasar. Saat itu kata Yusdi ada 22 orang buruh proyek yang diamankan Sat Pol PP karena tak memiliki identitas. Setelah diperiksa di kantor Satpol PP ternyata KTP dari semuanya ada di bedeng proyek.
“Mereka sudah dilepaskan oleh Pol PP setelah mereka meminta bantuan teman mereka untuk ambil KTP di bedeng proyek mereka. Tidak ada masalah yang dihadapi oleh anak Flobamora yang tak ada solusi. Kalau saat itu mereka ketemu kami sebagai pengurus ataupun sebagai orang tua pasti ada solusi,” tandasnya. *pol
Dalam kerusuhan yang terjadi pada pukul 13.00 Wita siang itu terjadi diduga dipicu oleh masalah gaji harian mereka yang tak kunjung diberikan selama 22 hari. Sebelum kerusuhan terjadi salah seorang buruh bernama Geradus datang ke lokasi untuk mengajak teman-teman proyek yang asal Sumba untuk berdemo.
Saat tiba di lokasi proyek, Geradus menelepon mandornya yang kebetulan sedang berada di Jawa. Pada saat telepon itu salah seorang buruh lainnya bernama Marcus mengatakan kepada mandornya akan menghubungi Flobamora Bali untuk turun tangan mengatasi masalah ini. Saat itu mandor mereka meminta untuk bersabar. Meski sudah ada kesepakatan antara Geradus dan Marcus bersama mandor mereka ternyata buruh lainnya tak sepakat.
Mereka mengamuk dan merusak bangunan proyek yang tengah dalam pengerjaan. Saat itu yang bekerja adalah buruh yang juga berasal dari Sumba. Akibatnya konflik tak terhindarkan. Mereka saling serang dengan batu dan parang. Kapolsek Denpasar Selatan, Kompol Nyoman Wirajaya, saat dikonfirmasi, Jumat (7/6) mengatakan masalah itu sebenarnya masalah sepele. Dikatakan hal itu terjadi karena masalah gaji yang tertunda.
Satu kelompok buruh yang berada di bawah mandor atas nama Agung gajinya sudah diberikan. Sementara satu kelompok lainnya yang berada di bawah mandor atas nama Hendrik gajinya tertunda karena keburu pulang mudik ke Jawa. “Hingga saat ini ada 8 orang yang masih kami tahan. Sementara 7 orang lainnya sudah kami lepas karena dinilai tak terlibat dalam peristiwa itu. Yang masih ditahan ini kami masih menunggu mandor mereka untuk dilakukan tindak lanjut,” tutur Kompol Wirajaya.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Flobamora Bali, Yusdi Diaz menegaskan tak mengetahui masalah itu. Dikatakan pihaknya tak pernah menerima aduan dari kedua kelompok yang bertikai untuk secara bersama-sama mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi. Meski demikian pihaknya sebenarnya mau membantu jika mereka datang.
“Anak-anak ini sepertinya pernah mendengar Flobamora Bali membantu buruh yang bermasalah di Kampial, Kecamatan Kuta Selatan, Badung dan di Klungkung. Tapi mereka ini tak pernah datang menemui kami untuk berdiskusi. Jujur saja saya tidak tahu itu proyeknya siapa. Tiba-tiba ada masalah,” tutur Yusdi.
Yusdi mengaku setelah mendengar adanya keributan itu langsung menemui Pol PP Kota Denpasar. Saat itu kata Yusdi ada 22 orang buruh proyek yang diamankan Sat Pol PP karena tak memiliki identitas. Setelah diperiksa di kantor Satpol PP ternyata KTP dari semuanya ada di bedeng proyek.
“Mereka sudah dilepaskan oleh Pol PP setelah mereka meminta bantuan teman mereka untuk ambil KTP di bedeng proyek mereka. Tidak ada masalah yang dihadapi oleh anak Flobamora yang tak ada solusi. Kalau saat itu mereka ketemu kami sebagai pengurus ataupun sebagai orang tua pasti ada solusi,” tandasnya. *pol
Komentar