BPN: Sejak Awal Setengah Hati Dukung 02
PD Merasa Tak Lagi di Kubu Prabowo
JAKARTA, NusaBali
Partai Demokrat (PD) merasa tidak lagi berkoalisi dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Apa kata Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga?
"Itu adalah hak politik PD untuk keluar dari koalisi, tapi mohon jangan diskreditkan Prabowo Subianto/02 dengan alasan yang tidak masuk logika publik dan terkesan dicari-cari," ujar Juru Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Sodik Mudjahid, kepada wartawan, Sabtu (8/6).
Sodik menilai sikap PD itu pun membuktikan anggapan bahwa partai berlambang mirip logo Mercy itu setengah hati dalam mendukung Prabowo-Sandiaga. Termasuk sikap yang selama ini ditunjukkan Demokrat semasa pilpres berlangsung. "Tampaknya membuktikan kebenaran pendapat banyak orang/sebagian publik bahwa PD (yang bergabung 02 pada detik-detik akhir) sejak awal setengah hati dukung 02. Masih menurut pendapat publik, dukungan setengah hati PD kepada 02 dicirikan antara lain SBY dan AHY tidak full turun maksimum kampanye 02. SBY mengritik secara terbuka pola kampanye PS/02 di GBK. Padahal, kalau sebagai anggota koalisi sejati, kritik tersebut bisa disampaikan secara tertutup langsung kepada capres dan cawapres," tuturnya, seperti dilansir detikcom.
"Setelah penghitungan quick count yang memenangkan 02, PD seperti sedang cari-cari alasan dan cari momen untuk keluar dari koalisi 02. Puncaknya adalah kritik keras atas apresiasi PS kepada Bu Ani, yang telah menetapkan keputusannya dua kali mendukung PS sebagai capres. Pilihan Bu Ani dua kali kepada PS adalah hal yang luar biasa yang karenanya PS memberikan testimoni apresiasi kebaikan Bu Ani. Apa yang salah dengan apresiasi tersebut? Kenapa SBY dan beberapa jajaran PD mengeksploitasi itu sebagai suatu kesalahan PS? Hal itulah yang kemudian dijadikan tambahan alasan untuk keluar dari koalisi 02. Manuver-manuver AHY kepada Jokowi dan Megawati akhir-akhir ini," sambung Sodik.
Sodik menilai sikap-sikap tersebut menunjukkan ketidakseriusan Demokrat selama ini untuk mengantarkan Prabowo-Sandiaga ke kursi nomor satu di Indonesia. Dia pun mempersilakan jika Demokrat memang ingin hengkang dari Koalisi Indonesia Adil Makmur.
"Sehingga ketika menemukan alasan yang pas (setelah dicari-cari dan dibuat-buat), maka mereka mengatakan PD tidak lagi koalisi dengan 02. Masyarakat yang sudah cerdas dan dewasa akan menilai segala tindakan dan langkah suatu (petinggi) partai," kata dia.
Sebelumnya, Partai Demokrat (PD) menyebut hubungannya dengan Koalisi Adil Makmur, yang mengusung capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, terganggu. Demokrat pun merasa tidak lagi berkoalisi dengan 02. "Hubungan Partai Demokrat dengan koalisi 02 memang agak terganggu, terutama pada hari-hari terakhir, Bu Ani pun menjadi korban, dirundung oleh pendukung 02 dan terakhir juga apa yang terjadi di Cikeas, saat Prabowo bertemu dengan Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), mengucapkan belasungkawa tapi akhirnya menjadi politik, mengotori suasana duka dan itu tentunya akan membuat suasana tak nyaman," kata Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, Sabtu (8/6).
"Bagi kami, kami merasa tidak berkoalisi lagi dengan 02 saat ini. Kami sudah merasa tidak berkoalisi dengan 02. Kami sudah merasa tidak bersama-sama lagi dengan 02," sambung dia. *
"Itu adalah hak politik PD untuk keluar dari koalisi, tapi mohon jangan diskreditkan Prabowo Subianto/02 dengan alasan yang tidak masuk logika publik dan terkesan dicari-cari," ujar Juru Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Sodik Mudjahid, kepada wartawan, Sabtu (8/6).
Sodik menilai sikap PD itu pun membuktikan anggapan bahwa partai berlambang mirip logo Mercy itu setengah hati dalam mendukung Prabowo-Sandiaga. Termasuk sikap yang selama ini ditunjukkan Demokrat semasa pilpres berlangsung. "Tampaknya membuktikan kebenaran pendapat banyak orang/sebagian publik bahwa PD (yang bergabung 02 pada detik-detik akhir) sejak awal setengah hati dukung 02. Masih menurut pendapat publik, dukungan setengah hati PD kepada 02 dicirikan antara lain SBY dan AHY tidak full turun maksimum kampanye 02. SBY mengritik secara terbuka pola kampanye PS/02 di GBK. Padahal, kalau sebagai anggota koalisi sejati, kritik tersebut bisa disampaikan secara tertutup langsung kepada capres dan cawapres," tuturnya, seperti dilansir detikcom.
"Setelah penghitungan quick count yang memenangkan 02, PD seperti sedang cari-cari alasan dan cari momen untuk keluar dari koalisi 02. Puncaknya adalah kritik keras atas apresiasi PS kepada Bu Ani, yang telah menetapkan keputusannya dua kali mendukung PS sebagai capres. Pilihan Bu Ani dua kali kepada PS adalah hal yang luar biasa yang karenanya PS memberikan testimoni apresiasi kebaikan Bu Ani. Apa yang salah dengan apresiasi tersebut? Kenapa SBY dan beberapa jajaran PD mengeksploitasi itu sebagai suatu kesalahan PS? Hal itulah yang kemudian dijadikan tambahan alasan untuk keluar dari koalisi 02. Manuver-manuver AHY kepada Jokowi dan Megawati akhir-akhir ini," sambung Sodik.
Sodik menilai sikap-sikap tersebut menunjukkan ketidakseriusan Demokrat selama ini untuk mengantarkan Prabowo-Sandiaga ke kursi nomor satu di Indonesia. Dia pun mempersilakan jika Demokrat memang ingin hengkang dari Koalisi Indonesia Adil Makmur.
"Sehingga ketika menemukan alasan yang pas (setelah dicari-cari dan dibuat-buat), maka mereka mengatakan PD tidak lagi koalisi dengan 02. Masyarakat yang sudah cerdas dan dewasa akan menilai segala tindakan dan langkah suatu (petinggi) partai," kata dia.
Sebelumnya, Partai Demokrat (PD) menyebut hubungannya dengan Koalisi Adil Makmur, yang mengusung capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, terganggu. Demokrat pun merasa tidak lagi berkoalisi dengan 02. "Hubungan Partai Demokrat dengan koalisi 02 memang agak terganggu, terutama pada hari-hari terakhir, Bu Ani pun menjadi korban, dirundung oleh pendukung 02 dan terakhir juga apa yang terjadi di Cikeas, saat Prabowo bertemu dengan Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), mengucapkan belasungkawa tapi akhirnya menjadi politik, mengotori suasana duka dan itu tentunya akan membuat suasana tak nyaman," kata Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, Sabtu (8/6).
"Bagi kami, kami merasa tidak berkoalisi lagi dengan 02 saat ini. Kami sudah merasa tidak berkoalisi dengan 02. Kami sudah merasa tidak bersama-sama lagi dengan 02," sambung dia. *
1
Komentar