Petani Tembakau Dibantu 30 Hektare
Petani tembakau di Buleleng tahun ini hanya dijatah 30 hektare bantuan dari Dana Bagi hasil Cukai Hasil Tembakau (DBCHT) dari pemerintah sebesar Rp 3,4 miliar. Bantuan untuk puluhan hektare lahan tembakau itu diberikan kepada Kelompok Tani Beringin Bali Jaya di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Selebihnya petani tembakau di Buleleng masih mengandalakan permodalan pribadi. Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta Minggu (9/6) kemarin mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum mengantongi berapa luas tanam tembakau yang pasti tahun ini dari petani mandiri.
Luasan yang sudah dapat dipastikan hanya dari dana kegiatan DBHCHT. Kelompok tani yang mendapatkan bantuan itu akan dibantu pembibitan, pupuk NPK hingga cangkang kemiri untuk bahan bakar alternatif.
“Tahun ini kegiatan penanaman tembakau di Buleleng dari DBHCHT hanya 30 hektare, karena anggaran sangat minim, sistem penanaman lebih banyak perorangan dengan kemitraan,” jelas Sumitra.
Ia pun belum dapat memprediksi berapa luasan lahan tanam tembakau yang akan dijajal petani tahun ini. Hanya saja dari pemetaan tahun-tahun sebelumnya ada sejumlah daerah dengan potensi penanaman tembakau sudah terpantau. Seperti di Desa Panji, Sambangan, Panji Anom, Tegalinggah di Kecamatan Sukasada, Desa Tinga-tinga di Kecamatan Gerokgak, dan Desa Bebetin di Kecamatan Sawan.
Petani tembakau dengan cuaca cukup bersahabat sejauh ini masih terus bergerak untuk merencanakan dan mengembangkan lahan tanam tembakaunya. “Musim tanam Juni-Juli ini baru mulai sehingga sebulan lagi baru bisa kami tahu berapa luasannya. Kami tidak ada target juga harus terpenuhi berapa, karena petani tembakau itu tak bisa diprediksi. Mereka biasanya sebelum tanam lihat cuaca dan ketersediaan air juga,” imbuh dia.
Terkait kegiatan DHBCHT, kelompok tani yang mendapat bantuan diproyeksikan menanam tembakau jenis Virginia Koker 76. Dua hektare lahan tembakau dapat menghasilkan satu ton tembakau kering. Pihaknya pun berharap tahun ini banyak petani tembakau yang menanam kembali, karena produksi tembakau Buleleng terkenal berkualitas super yang memasok kebutuhan tembakau di Indonesia.
Sementara itu petani Buleleng sejauh ini sudah melakukan MoU dengan pihak kemitraan terkait harga tembakau per kilogramnya. Harga itu biasanya disepakati sebelum masa tanam, untuk menghindari hal-hal yang merugikan petani tembakau.
Maklum saja produksi budidaya tembakau ini cukup tinggi. Dalam satu kali masa tanam per dua hectare-nya menghabiskan biaya produksi hingga Rp 60 juta. *k23
Luasan yang sudah dapat dipastikan hanya dari dana kegiatan DBHCHT. Kelompok tani yang mendapatkan bantuan itu akan dibantu pembibitan, pupuk NPK hingga cangkang kemiri untuk bahan bakar alternatif.
“Tahun ini kegiatan penanaman tembakau di Buleleng dari DBHCHT hanya 30 hektare, karena anggaran sangat minim, sistem penanaman lebih banyak perorangan dengan kemitraan,” jelas Sumitra.
Ia pun belum dapat memprediksi berapa luasan lahan tanam tembakau yang akan dijajal petani tahun ini. Hanya saja dari pemetaan tahun-tahun sebelumnya ada sejumlah daerah dengan potensi penanaman tembakau sudah terpantau. Seperti di Desa Panji, Sambangan, Panji Anom, Tegalinggah di Kecamatan Sukasada, Desa Tinga-tinga di Kecamatan Gerokgak, dan Desa Bebetin di Kecamatan Sawan.
Petani tembakau dengan cuaca cukup bersahabat sejauh ini masih terus bergerak untuk merencanakan dan mengembangkan lahan tanam tembakaunya. “Musim tanam Juni-Juli ini baru mulai sehingga sebulan lagi baru bisa kami tahu berapa luasannya. Kami tidak ada target juga harus terpenuhi berapa, karena petani tembakau itu tak bisa diprediksi. Mereka biasanya sebelum tanam lihat cuaca dan ketersediaan air juga,” imbuh dia.
Terkait kegiatan DHBCHT, kelompok tani yang mendapat bantuan diproyeksikan menanam tembakau jenis Virginia Koker 76. Dua hektare lahan tembakau dapat menghasilkan satu ton tembakau kering. Pihaknya pun berharap tahun ini banyak petani tembakau yang menanam kembali, karena produksi tembakau Buleleng terkenal berkualitas super yang memasok kebutuhan tembakau di Indonesia.
Sementara itu petani Buleleng sejauh ini sudah melakukan MoU dengan pihak kemitraan terkait harga tembakau per kilogramnya. Harga itu biasanya disepakati sebelum masa tanam, untuk menghindari hal-hal yang merugikan petani tembakau.
Maklum saja produksi budidaya tembakau ini cukup tinggi. Dalam satu kali masa tanam per dua hectare-nya menghabiskan biaya produksi hingga Rp 60 juta. *k23
Komentar