Krama Subak Bekukih Maboros Bikul
Krama Subak Bekukih, Banjar/Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem maboros bikul atau berburu tikus, Senin (10/6).
AMLAPURA, NusaBali
Sebelum maboros, prajuru subak mengawali dengan upacara matur piuning di Pura Ulun Suwi dan Pura Puseh. Mereka berburu lubang tikus lalu disemprotkan belerang agar jero ketut atau tikus mati keracunan.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Karangasem, I Putu Subawa, mengatakan semprotkan belerang pada lubang tikus paling efektif dibandingkan menggunakan pengopyokan dan breker yang justru menyulitkan petani. Subawa mengaku dapat laporan masyarakat jika hama tikus merusak tanaman padi mulai umur tiga bulan, hingga buahnya menjelang panen. Sehingga hasil panen padi terus menurun di wilayah Desa Ababi. Jika padi belum berbuah, batang padi yang dimakan tikus. “Kami pun mengajak petani maboros dan semprotkan belerang pada lubang tikus,” ungkap Subawa.
Dikatakan, Desa Adat Ababi rutin menggelar upacara ngaben tikus, tujuannya agar hama jero ketut bisa dikendalikan. Kenyataannya hama tikus tetap merajalela merusak tanaman padi. Sebelum berburu tikus, sebanyak 40 krama Subak Bekukih menggelar upacara matur piuning di Pura UlunSwi dan Pura Puseh. Sebelumnya petani mengendalikan hama tikus menggunakan penyopyokan dan breker dengan cara menyemprotkan asap ke dalam lubang tikus. Selanjutnya tikus ke luar dari sarangnya, krama subak ramai-ramai memburu tikus itu.
Cara itu dinilai kurang efektif. Sebab pematang sawah di Subak Bekukih kebanyakan menggunakan tembok batu dan menimbulkan banyak lubang, Tikus yang keluar dari sarangnya dengan mudah kembali masuk lubang. Kelian Subak Bekukih I Gede Suweta mengakui selama ini kesulitan mengendalikan hama tikus sehingga mohon bantuan Dinas Pertanian Karangasem. “Hasil panen padi di Subak Bekukih hanya mampu dipanen rata-rata sepertiga dari total tanaman padi yang kami tanam. Dua pertiga lagi habis dimakan tikus,” kata Gede Suweta. *k16
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Karangasem, I Putu Subawa, mengatakan semprotkan belerang pada lubang tikus paling efektif dibandingkan menggunakan pengopyokan dan breker yang justru menyulitkan petani. Subawa mengaku dapat laporan masyarakat jika hama tikus merusak tanaman padi mulai umur tiga bulan, hingga buahnya menjelang panen. Sehingga hasil panen padi terus menurun di wilayah Desa Ababi. Jika padi belum berbuah, batang padi yang dimakan tikus. “Kami pun mengajak petani maboros dan semprotkan belerang pada lubang tikus,” ungkap Subawa.
Dikatakan, Desa Adat Ababi rutin menggelar upacara ngaben tikus, tujuannya agar hama jero ketut bisa dikendalikan. Kenyataannya hama tikus tetap merajalela merusak tanaman padi. Sebelum berburu tikus, sebanyak 40 krama Subak Bekukih menggelar upacara matur piuning di Pura UlunSwi dan Pura Puseh. Sebelumnya petani mengendalikan hama tikus menggunakan penyopyokan dan breker dengan cara menyemprotkan asap ke dalam lubang tikus. Selanjutnya tikus ke luar dari sarangnya, krama subak ramai-ramai memburu tikus itu.
Cara itu dinilai kurang efektif. Sebab pematang sawah di Subak Bekukih kebanyakan menggunakan tembok batu dan menimbulkan banyak lubang, Tikus yang keluar dari sarangnya dengan mudah kembali masuk lubang. Kelian Subak Bekukih I Gede Suweta mengakui selama ini kesulitan mengendalikan hama tikus sehingga mohon bantuan Dinas Pertanian Karangasem. “Hasil panen padi di Subak Bekukih hanya mampu dipanen rata-rata sepertiga dari total tanaman padi yang kami tanam. Dua pertiga lagi habis dimakan tikus,” kata Gede Suweta. *k16
1
Komentar