Deburan Ombak Capai 10 Meter, Akses Pengunjung Waterblow Dibatasi
Pihak pengelola objek wisata Waterblow, kawasan ITDC, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung membatasi akses bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan itu pada Selasa (11/6) siang.
MANGUPURA, NusaBali
Pembatasan tersebut sebagai langkah antisipasi terkait tingginya gelombang yang menyapu tebing karang. Bahkan, diperkirakan gelombang tersebut mencapai 10 meter dengan radius hempasan mencapai 6 meter.
Managing Director Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) I Gusti Ngurah Ardita, menerangkan pembatasam akses bagi pengunjung objek wisata Waterblow itu salah satu langkah untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan, lantaran deburan ombak yang notabene daya tarik utama kawasan itu dinilai sangat membahayakan wisatawan. Sehingga, pihaknya melakukan pembatasan akses yakni sekitar 6 meter dari spot deburan. Pembatasan itu dilakukan pada Selasa kemarin pukul 10.00 Wita hingga 11.00 Wita.
“Memang kami membatasai akses, tapi bukan menutup kawasan itu. Karena, pada Selasa pagi ombaknya cukup besar dan itu dikategorikan membahayakan,” ungkapnya, Selasa siang.
Diakuinya, pembatasan itu dilakukan dengan memasang tanda larangan (antara lain berupa traffic cone, Red) dan dijaga oleh sejumlah petugas. Pasalnya, tinggi ombak setelah menyapu tebing karang mencapai 10 meter dengan radius setelah hempasan sekitar 6 meter. Situasi itu, lanjut Ardita, tidak berlangsung lama dan tidak sampai menutup seluruh akses kawasan. Setelah itu, kawasan Waterblow kembali dibuka sepenuhnya, karena kondisi ombak sudah mulai normal. “Deburan tinggi ini yang sering dicari oleh wisatawan, tapi tentu ada aspek-aspek keselamatan yang harus kita jaga. Nah, seperti itulah yang kita lakukan pada pagi tadi (Selasa pagi, Red) dengan membatasi dan menempatkan petugas pemantau,” tutur Ardita seraya mengaku saat pembatasan, wisatawan hanya sampai di spot foto yang sudah dibuat oleh pihak pengelola.
Pengawasan oleh petugas di lokasi itu setelah Waterblow masuk sebagai daya tarik wisata (DTW) oleh Pemkab Badung pada 2018 lalu, kemudian pihak ITDC selaku pengelola melakukan berbagai penataan objek. Sehingga, kawasan itu kini sudah memasuki tahapan untuk proses penyelesaian aturan retribusi. Masih menurut Ardita, setelah dilakukan penataan, pengunjung masih antusias untuk datang ke lokasi. Hal ini juga terbukti dari peningkatan kunjungan wisatawan saat libur Lebaran 2019 ini, tercatat ada sekitar 1.300-an pengunjung.
“Melihat antusiasme wisatawan untuk berkunjung setelah penataan ini, makanya perlu dilakukan pengawasan ekstra, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” tuturnya.
Terkait tingginya gelombang di kawasan Waterblow, Nusa Dua, Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar Imam Faturahman, menyatakan kondisi gelombang tinggi ini diperkirakan masih akan terjadi hingga Sabtu (15/6) mendatang. Untuk itu, dia berharap kepada para pelaku usaha wisata bahari dan kawasan pantai untuk mengup-date setiap informasi terkini dari pihaknya. “Situasi (gelombang tinggi) ini tidak berlangsung lama, tapi semuanya patut waspada terhadap perubahan di lapangan. Hal ini disebabkan oleh faktor tekanan angin yang terjadi di kawasan Selatan perairan Bali, salah satunya Nusa Dua,” kata Imam yang dikonfirmasi terpisah. *dar
Managing Director Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) I Gusti Ngurah Ardita, menerangkan pembatasam akses bagi pengunjung objek wisata Waterblow itu salah satu langkah untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan, lantaran deburan ombak yang notabene daya tarik utama kawasan itu dinilai sangat membahayakan wisatawan. Sehingga, pihaknya melakukan pembatasan akses yakni sekitar 6 meter dari spot deburan. Pembatasan itu dilakukan pada Selasa kemarin pukul 10.00 Wita hingga 11.00 Wita.
“Memang kami membatasai akses, tapi bukan menutup kawasan itu. Karena, pada Selasa pagi ombaknya cukup besar dan itu dikategorikan membahayakan,” ungkapnya, Selasa siang.
Diakuinya, pembatasan itu dilakukan dengan memasang tanda larangan (antara lain berupa traffic cone, Red) dan dijaga oleh sejumlah petugas. Pasalnya, tinggi ombak setelah menyapu tebing karang mencapai 10 meter dengan radius setelah hempasan sekitar 6 meter. Situasi itu, lanjut Ardita, tidak berlangsung lama dan tidak sampai menutup seluruh akses kawasan. Setelah itu, kawasan Waterblow kembali dibuka sepenuhnya, karena kondisi ombak sudah mulai normal. “Deburan tinggi ini yang sering dicari oleh wisatawan, tapi tentu ada aspek-aspek keselamatan yang harus kita jaga. Nah, seperti itulah yang kita lakukan pada pagi tadi (Selasa pagi, Red) dengan membatasi dan menempatkan petugas pemantau,” tutur Ardita seraya mengaku saat pembatasan, wisatawan hanya sampai di spot foto yang sudah dibuat oleh pihak pengelola.
Pengawasan oleh petugas di lokasi itu setelah Waterblow masuk sebagai daya tarik wisata (DTW) oleh Pemkab Badung pada 2018 lalu, kemudian pihak ITDC selaku pengelola melakukan berbagai penataan objek. Sehingga, kawasan itu kini sudah memasuki tahapan untuk proses penyelesaian aturan retribusi. Masih menurut Ardita, setelah dilakukan penataan, pengunjung masih antusias untuk datang ke lokasi. Hal ini juga terbukti dari peningkatan kunjungan wisatawan saat libur Lebaran 2019 ini, tercatat ada sekitar 1.300-an pengunjung.
“Melihat antusiasme wisatawan untuk berkunjung setelah penataan ini, makanya perlu dilakukan pengawasan ekstra, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” tuturnya.
Terkait tingginya gelombang di kawasan Waterblow, Nusa Dua, Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar Imam Faturahman, menyatakan kondisi gelombang tinggi ini diperkirakan masih akan terjadi hingga Sabtu (15/6) mendatang. Untuk itu, dia berharap kepada para pelaku usaha wisata bahari dan kawasan pantai untuk mengup-date setiap informasi terkini dari pihaknya. “Situasi (gelombang tinggi) ini tidak berlangsung lama, tapi semuanya patut waspada terhadap perubahan di lapangan. Hal ini disebabkan oleh faktor tekanan angin yang terjadi di kawasan Selatan perairan Bali, salah satunya Nusa Dua,” kata Imam yang dikonfirmasi terpisah. *dar
1
Komentar