Politisi PPP Penyandang Dana Kivlan Zen
Habil Marati, Dalang Rusuh 21-22 Mei
JAKARTA, NusaBali
Siapa Habil Marati yang ditetapkan sebagai tersangka dugaan makar dan dituding sebagai dalang kerusuhan saat demo tolak hasil Pilpres 2019 di Jakarta, 21-22 Mei lalu, bersama mantan Pangkostrad, Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen. Dia merupakan politisi PPP dan mantan anggota DPR RI periode 1999-2004 dari Fraksi PPP.
Dari sisi usia dan jam terbang di Senayan, Habil Marati saat itu tergolong politikus muda. Toh begitu, lelaki kelahiran Raha, Muna, Sulawesi Tenggara, 7 November 1962, itu tak masuk kategori Koboi Senayan di masanya. Dia bisa jadi lebih tepat dijuluki 'Koboi Mbalelo'. Politikus PPP ini justru kerap berada di seberang dan kerap rantang-runtung menyambangi Gus Dur di Istana.
Tak heran ketika mayoritas fraksi di DPR menyetujui pembentukan Pansus Buloggate dan Bruneigate untuk menyelidiki aliran dana ke Gus Dur, Habil justru bersikap sebaliknya. Dia akhirnya memang menjadi anggota Pansus yang dipimpin politikus senior PPP, Bachtiar Chamsyah. Tapi peran Habil rupanya lebih sebagai pengganggu. Sikap dan pendapatnya lebih sering mbalelo dengan kebijakan partainya.
Bachtiar dan sejumlah politikus di partai berlambang Kakbah itu tentu jengah dibuatnya. Pada 30 Oktober 2000, fraksi PPP akhirnya menarik anggota Komisi IX itu dari Pansus. Belakangan, PPP malah menjatuhkan skors, yang bila tidak diindahkan bisa berujung pemecatan. "Partai sudah tidak mengakui Habil sebagai anggota F-PP lagi. Terserah dia mau ngapain, itu bukan lagi urusan PPP," kata Bachtiar Chamsyah kepada pers kala itu.
Kepada sebuah media, dia pernah bercerita tentang masa lalunya yang pahit. Sambil kuliah di FE UII pada pertengahan 1980-an, ia mengaku pernah mengamen di Malioboro, Yogyakarta. Juga pernah menjadi kuli panggul di Stasiun Jatinegara hingga jadi tukang cuci piring di restoran ayam goreng Suharti.
Jalan hidupnya mulai terang ketika bekerja di sebuah perusahaan HPH di Kalimantan. Sepanjang dekade 1990-an, Habil mengaku pernah mempelajari reaktor kimia di Leipzig di Jerman, Austria, serta Houston dan Atlanta di AS.
Pengalaman itulah yang mendorongnya berbisnis di sektor kimia. Ia memiliki pabrik di Indramayu lewat PT Batavindo Krida Nusa. Habil juga memimpin sejumlah perusahaan lain, seperti PT Galaxy Pasific Evalindo, PT Makassar Perrosal Global, PT Satomer Asri Fiberindo, PT Industry Kakao Utama, dan PT Agra Post Lava. Tak heran bila dari sisi penampilan, Habil, yang berkulit sawo matang, jauh lebih perlente dari politikus muda lainnya. Ketika para politikus sekelas Suryadharma Ali kala itu mengendarai KIA Carnival, Habil mengendarai MPV dari kelas yang jauh berbeda. Bukan produk Korea Selatan, melainkan Chrysler dari Detroit, Amerika Serikat.
Tak heran pula dengan aset yang dimilikinya, meski pernah diskors dan terancam dipecat dari PPP, karir politik Habil justru kian mapan. Di PPP, dia menjadi Bendahara Umum di era Ketum Suryadharma Ali. Tapi di Senayan, dia berhenti sampai 2004 dan, pada Pemilu 2019, dia gagal meraih kursi.
Saat menjadi anggota Komisi Keuangan dan Perbankan, namanya pernah disebut ikut kecipratan dana dari Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia sebesar Rp 250 juta. Dia pernah diperiksa KPK, tapi sebatas saksi. Tak sampai masuk bui seperti politikus lainnya.
Sikap mbalelo Habil kembali diperlihatkan ketika dalam kepengurusan PPP terpecah, dia memilih berpihak ke kubu Djan Fariz. Dia didapuk menjadi wakil ketua umum. Toh begitu, Habil tak mau mengikuti keputusan Djan yang menyokong Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI. Dia memilih berpihak ke pasangan Agus Harimurti-Sylvia Murni. Di putaran kedua, dia berpaling ke Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Di luar politik, Habil Marati aktif di organisasi olahraga. Dia pernah menjabat Manajer Timnas Indonesia hingga dipecat PSSI pada 4 Desember 2012. Sebelumnya, dia pernah mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI. Dua bulan setelah dipecat PSSI, Habil membeli saham Persibo Bojonegoro senilai Rp 10 miliar pada 6 Februari 2013.
Setelah dipecat PSSI, nama Habil Marati nyaris tak pernah muncul dalam pemberitaan. Namanya kembali muncul di kantor Menko Polhukam, Selasa, 11 Juni 2019. Polisi menyebut Habil sebagai donatur pengadaan senjata untuk menghabisi empat pejabat tinggi republik ini.
Polisi menyita buku tabungan dan rekening koran milik Habil Marati, politikus PPP yang memberikan uang kepada Kivlan Zen untuk membeli senjata api. Senjata tersebut diketahui akan digunakan untuk mengeksekusi empat pejabat negara, yaitu Menko Polhukam Wiranto, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, Staf Khusus Presiden Gories Mere, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya.
"Dari beliau, kita amankan satu unit handphone dan juga buku tabungan dan rekening koran yang sedang kita dalami," kata Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi Saputra di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (12/6) dilansir detik.com. Sebelumnya diberitakan Mabes Polri dan Polda Metro Jaya akhirnya beber dalang kerusuhan saat demo tolak hasil Pilpres 2019 di Jakarta, 21-22 Mei lalu. Kepolisian ungkap peran mantan Kepala Staf Kostrad, Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen, yang kini jadi tersangka dugaan makar dan kepemilikan senjata api. Kivlan Zen disebut memesan senjata api, kemudian memberikan target pembunuhan 4 tokoh nasional plus 1 pimpinan lembaga survei, dan sekaligus memberikan duit operasional.
"Dari keenam tersangka yang kami amankan dan dilakukan pemeriksaan, kami tetapkan tersangka KZ (Kivlan Zein, Red) dan HM (Habib Marati)," ungkap Wadir Krimum Polda Metro Jaya, AKBP Ade Ary Syam Indradi, dilansir detikcom dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/6) sore. *
Dari sisi usia dan jam terbang di Senayan, Habil Marati saat itu tergolong politikus muda. Toh begitu, lelaki kelahiran Raha, Muna, Sulawesi Tenggara, 7 November 1962, itu tak masuk kategori Koboi Senayan di masanya. Dia bisa jadi lebih tepat dijuluki 'Koboi Mbalelo'. Politikus PPP ini justru kerap berada di seberang dan kerap rantang-runtung menyambangi Gus Dur di Istana.
Tak heran ketika mayoritas fraksi di DPR menyetujui pembentukan Pansus Buloggate dan Bruneigate untuk menyelidiki aliran dana ke Gus Dur, Habil justru bersikap sebaliknya. Dia akhirnya memang menjadi anggota Pansus yang dipimpin politikus senior PPP, Bachtiar Chamsyah. Tapi peran Habil rupanya lebih sebagai pengganggu. Sikap dan pendapatnya lebih sering mbalelo dengan kebijakan partainya.
Bachtiar dan sejumlah politikus di partai berlambang Kakbah itu tentu jengah dibuatnya. Pada 30 Oktober 2000, fraksi PPP akhirnya menarik anggota Komisi IX itu dari Pansus. Belakangan, PPP malah menjatuhkan skors, yang bila tidak diindahkan bisa berujung pemecatan. "Partai sudah tidak mengakui Habil sebagai anggota F-PP lagi. Terserah dia mau ngapain, itu bukan lagi urusan PPP," kata Bachtiar Chamsyah kepada pers kala itu.
Kepada sebuah media, dia pernah bercerita tentang masa lalunya yang pahit. Sambil kuliah di FE UII pada pertengahan 1980-an, ia mengaku pernah mengamen di Malioboro, Yogyakarta. Juga pernah menjadi kuli panggul di Stasiun Jatinegara hingga jadi tukang cuci piring di restoran ayam goreng Suharti.
Jalan hidupnya mulai terang ketika bekerja di sebuah perusahaan HPH di Kalimantan. Sepanjang dekade 1990-an, Habil mengaku pernah mempelajari reaktor kimia di Leipzig di Jerman, Austria, serta Houston dan Atlanta di AS.
Pengalaman itulah yang mendorongnya berbisnis di sektor kimia. Ia memiliki pabrik di Indramayu lewat PT Batavindo Krida Nusa. Habil juga memimpin sejumlah perusahaan lain, seperti PT Galaxy Pasific Evalindo, PT Makassar Perrosal Global, PT Satomer Asri Fiberindo, PT Industry Kakao Utama, dan PT Agra Post Lava. Tak heran bila dari sisi penampilan, Habil, yang berkulit sawo matang, jauh lebih perlente dari politikus muda lainnya. Ketika para politikus sekelas Suryadharma Ali kala itu mengendarai KIA Carnival, Habil mengendarai MPV dari kelas yang jauh berbeda. Bukan produk Korea Selatan, melainkan Chrysler dari Detroit, Amerika Serikat.
Tak heran pula dengan aset yang dimilikinya, meski pernah diskors dan terancam dipecat dari PPP, karir politik Habil justru kian mapan. Di PPP, dia menjadi Bendahara Umum di era Ketum Suryadharma Ali. Tapi di Senayan, dia berhenti sampai 2004 dan, pada Pemilu 2019, dia gagal meraih kursi.
Saat menjadi anggota Komisi Keuangan dan Perbankan, namanya pernah disebut ikut kecipratan dana dari Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia sebesar Rp 250 juta. Dia pernah diperiksa KPK, tapi sebatas saksi. Tak sampai masuk bui seperti politikus lainnya.
Sikap mbalelo Habil kembali diperlihatkan ketika dalam kepengurusan PPP terpecah, dia memilih berpihak ke kubu Djan Fariz. Dia didapuk menjadi wakil ketua umum. Toh begitu, Habil tak mau mengikuti keputusan Djan yang menyokong Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI. Dia memilih berpihak ke pasangan Agus Harimurti-Sylvia Murni. Di putaran kedua, dia berpaling ke Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Di luar politik, Habil Marati aktif di organisasi olahraga. Dia pernah menjabat Manajer Timnas Indonesia hingga dipecat PSSI pada 4 Desember 2012. Sebelumnya, dia pernah mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI. Dua bulan setelah dipecat PSSI, Habil membeli saham Persibo Bojonegoro senilai Rp 10 miliar pada 6 Februari 2013.
Setelah dipecat PSSI, nama Habil Marati nyaris tak pernah muncul dalam pemberitaan. Namanya kembali muncul di kantor Menko Polhukam, Selasa, 11 Juni 2019. Polisi menyebut Habil sebagai donatur pengadaan senjata untuk menghabisi empat pejabat tinggi republik ini.
Polisi menyita buku tabungan dan rekening koran milik Habil Marati, politikus PPP yang memberikan uang kepada Kivlan Zen untuk membeli senjata api. Senjata tersebut diketahui akan digunakan untuk mengeksekusi empat pejabat negara, yaitu Menko Polhukam Wiranto, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, Staf Khusus Presiden Gories Mere, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya.
"Dari beliau, kita amankan satu unit handphone dan juga buku tabungan dan rekening koran yang sedang kita dalami," kata Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi Saputra di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (12/6) dilansir detik.com. Sebelumnya diberitakan Mabes Polri dan Polda Metro Jaya akhirnya beber dalang kerusuhan saat demo tolak hasil Pilpres 2019 di Jakarta, 21-22 Mei lalu. Kepolisian ungkap peran mantan Kepala Staf Kostrad, Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen, yang kini jadi tersangka dugaan makar dan kepemilikan senjata api. Kivlan Zen disebut memesan senjata api, kemudian memberikan target pembunuhan 4 tokoh nasional plus 1 pimpinan lembaga survei, dan sekaligus memberikan duit operasional.
"Dari keenam tersangka yang kami amankan dan dilakukan pemeriksaan, kami tetapkan tersangka KZ (Kivlan Zein, Red) dan HM (Habib Marati)," ungkap Wadir Krimum Polda Metro Jaya, AKBP Ade Ary Syam Indradi, dilansir detikcom dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/6) sore. *
Komentar