Pengrajin Kipas Daun Lontar Sepi Pesanan
Pengrajin kipas berbahan daun lontar, Wayan Masta,76, merasakan sepi pesanan sejak beberapa tahun terakhir.
GIANYAR, NusaBali
Padahal, dulunya untung besar kerap dirasakan ketika mendapat pesanan dari luar negeri. Lansia asal Banjar Bona Kaja Paksadana, Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini pun mengeluhkan minimnya pesanan. “Sekarang memang pesanan tidak seperti dulu," ucap Wayan Mesta, ditemui beberapa hari lalu. Wayan Mesta menerangkan, kerajinan berupa anyaman kipas berbahan daun lontar sudah ia tekuni sejak era 1980an. Kala itu ia mewarisi membuat anyaman dari orang tuanya. “Saya mewarisi dari orangtua, yang memang menekuni membuat anyaman kipas dari bahan lontar, “ katanya.
Dikatakan, kala itu dia memesan bahan lontar dari Karangasem dan luar Bali seperti Sumba dan NTT. Namun sekarang karena permintan mulai berkurang, dia hanya memesan sedikit ental di Pasar Batu Kandik, Denpasar. “ Kalau dulu pesan ental sampai beberapa truk, karena pesanan tinggi, kalau sekarang hanya perlu membeli beberapa ikat,“ katanya.
Proses pembuatan satu buah anyaman kipas berbahan daun lontar ini cukup panjang. Dari pemotongan dan pematangan daun lontar, hingga proses pewarnaan. Sementara untuk pengayaman sendiri membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. “ Itu juga tergantung ukuran besar kecil, termasuk juga disain, kalau lebih rumit dan besar bisa lebih dari 1 jam membuat 1 kipas saja, “ katanya.
Ditambahkan, saat ini Masta juga masih memperkerjakan sejumlah pengrajin membuat anyaman kipas. Ada sejumlah pengrajin asal Desa Bona yang masih diperkejakan membuat anyaman kipas berbahan daun lontar itu. “ Sekarang apra pengrajin ini kebanyakan sudah tua, mereka saya beri bahan, kemudian dikerjakan di rumah masing-masing, setelah jadi di setorkan ke saya,“ katanya.
Satu buah kerjinan kipas berbahan daun lontar ini dijual seharga Rp 10.000. Masta mengatakan saat ini hasil produksi ini dominan dijual ke Pasar Kusamba Denpasar. Setiap dua minggu ia mengirim sekitar 50 kipas untuk dijual ke pasar tersebut. “ Selain di sana (Pasar Kusamba-red) anyaman kipas juga di jual keliling oleh anak kedua saya, “ katanya.
Jelas Masta, selain anyaman kipas dengan berbagai disain, pihaknya juga mengerjakan anyaman topi berbahan daun lontar. Dikatakan anyaman ini masih terjual cukup laku di Pasar Kusamba, Klungkung. “ Kalau topi anyaman ini masih diminati wisatawan yang berlibur, termasuk juga wisatawan yang bermain golf," katanya.*nvi
Dikatakan, kala itu dia memesan bahan lontar dari Karangasem dan luar Bali seperti Sumba dan NTT. Namun sekarang karena permintan mulai berkurang, dia hanya memesan sedikit ental di Pasar Batu Kandik, Denpasar. “ Kalau dulu pesan ental sampai beberapa truk, karena pesanan tinggi, kalau sekarang hanya perlu membeli beberapa ikat,“ katanya.
Proses pembuatan satu buah anyaman kipas berbahan daun lontar ini cukup panjang. Dari pemotongan dan pematangan daun lontar, hingga proses pewarnaan. Sementara untuk pengayaman sendiri membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. “ Itu juga tergantung ukuran besar kecil, termasuk juga disain, kalau lebih rumit dan besar bisa lebih dari 1 jam membuat 1 kipas saja, “ katanya.
Ditambahkan, saat ini Masta juga masih memperkerjakan sejumlah pengrajin membuat anyaman kipas. Ada sejumlah pengrajin asal Desa Bona yang masih diperkejakan membuat anyaman kipas berbahan daun lontar itu. “ Sekarang apra pengrajin ini kebanyakan sudah tua, mereka saya beri bahan, kemudian dikerjakan di rumah masing-masing, setelah jadi di setorkan ke saya,“ katanya.
Satu buah kerjinan kipas berbahan daun lontar ini dijual seharga Rp 10.000. Masta mengatakan saat ini hasil produksi ini dominan dijual ke Pasar Kusamba Denpasar. Setiap dua minggu ia mengirim sekitar 50 kipas untuk dijual ke pasar tersebut. “ Selain di sana (Pasar Kusamba-red) anyaman kipas juga di jual keliling oleh anak kedua saya, “ katanya.
Jelas Masta, selain anyaman kipas dengan berbagai disain, pihaknya juga mengerjakan anyaman topi berbahan daun lontar. Dikatakan anyaman ini masih terjual cukup laku di Pasar Kusamba, Klungkung. “ Kalau topi anyaman ini masih diminati wisatawan yang berlibur, termasuk juga wisatawan yang bermain golf," katanya.*nvi
Komentar