Balar Denpasar Diseminasikan Hasil Penelitian Tanjung Ser
Temuan Arkeologi Ungkap Adanya Permukiman Kuno
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah fakta baru diungkap Balai Arkeologi (Balar) Denpasar setelah melakukan penelitian kedua di daerah Tanjung Ser, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, sejak 23- 31 Mei lalu. Tim peneliti Balar Denpasar meyakini ada permukiman kuno dengan kehidupan yang cukup panjang. Sepanjang Pantai Gerokgak pun diyakini masih menyimpan ribuan tinggalan arkeologi sebagai bukti keberlangsungan budaya.
Ketua Tim Peneliti Tanjung Ser, Drs I Wayan Suantika, ditemui usai mendiseminasikan hasil penelitiannya kepada perangkat desa, kecamatan dan stake holder terkait di Kantor Camat Gerokgak, Senin (17/6) mengatakan, temuan arkeologi di sepanjang pantai utara Pulau Bali sangat kompleks. Bahkan antara temuan sebelumnya dengan temuan penelitian Tanjung Ser memiliki hubungan keberlangsungan budaya pada zaman itu.
Pada saat proses ekskavasi di dua lubang 2x2 meter dengan kedalaman hampir satu setengah meter, tim peneliti Balar yang dibantu Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Kabudayaan Kabupaten Buleleng, menemukan ratusan pecahan gerabah dengan pola tertentu. Selain itu juga ditemukan cangkang kerang kelas gasthropoda yang diduga merupakan bahan makanan manusia yang bermukim di sana.
“Khusus pecahan gerabah kami temukan berciri budaya Shah Huyn Kalanay, yang berasal sari Asia Tenggara, kemudian penyebarannya dari Sumatera turun ke Jawa hingga samapi ke Bali. Perkiraan budaya pembuatan dan penggunaan gerabah itu terjadi pada 700 tahun sebelum masehi hingga 200 tahun sesudah masehi,” ucap Suantika. Dirinya pun mengatakan dengan bukti tersebut peradapan manusia di Tanjung Ser cukup lama yang dimulai pada zaman prasejarah berlanjut terus sampai zaman Hindu-Budha.
Hanya saja pada penelitian kedua yang dilakukan Balar Denpasar di Tanjung Ser, target penemuan tulang manusia, tulang hewan atau arang bekas bakaran belum tercapai. Tiga unsur itu disebutnya merupakan data pendukung utama bukti peradaban manusia saat itu yang dapat diuji laboratorium untuk menentukan kapan pastinya peradaban itu terjadi.
“Rumusnya kalau ditemukan benda-benda budaya, pasti ada manusia yang menggunakannya. Tetapi kami masih memaklumi jika sampai saat ini belum ketemu, karena luas areal penelitian hampir 6,5 hektare, sedangkan kami baru menggali 6 kotak, masih jauh dari 20 persen luas penelitian dari luas total lahan untuk hasil penelitian yang representatif,” imbuh dia.
Seluruh hasil penelitian tahap kedua itu akan disebarkan ke seluruh stakeholder yang berangsangkutan. Harapannya jika masyarakat sekitar Gerokgak menemukan benda diduga peninggalan arkeologi agar cepat dilaporkan ke Balar untuk secepatnya ditindaklanjuti dan diteliti.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Komang, mengapresiasi penelitian yang dilakukan Balar Denpasar. “Kami akan terus ikuti, namanya arkeologi dan cagar budaya tidak ternilai harganya. Kalau bisa dilanjutkan penelitian dan jika ditemukan bisa jadi pusat kajian arkeologi,” ujar Gede Komang.
Pihaknya juga berharap apa yang menjadi target Peneliti Balar bisa ditemukan, seperti pendukung utama perabadan di Tanjung Ser. Jika hal itu ditemukan jelas akan menambah devisa Buleleng sebagai daerah yang sangat kaya dengan tinggalan arkeologi. Ia juga mendorong pemerintah Kecamatan Gerokgak dapat meningkatkan pengamanan di kawasan Tanjung Ser, terkait dengan potensi tinggalan arkeologi yang sangat kaya sehingga ke depannya dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan.*k23
Ketua Tim Peneliti Tanjung Ser, Drs I Wayan Suantika, ditemui usai mendiseminasikan hasil penelitiannya kepada perangkat desa, kecamatan dan stake holder terkait di Kantor Camat Gerokgak, Senin (17/6) mengatakan, temuan arkeologi di sepanjang pantai utara Pulau Bali sangat kompleks. Bahkan antara temuan sebelumnya dengan temuan penelitian Tanjung Ser memiliki hubungan keberlangsungan budaya pada zaman itu.
Pada saat proses ekskavasi di dua lubang 2x2 meter dengan kedalaman hampir satu setengah meter, tim peneliti Balar yang dibantu Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Kabudayaan Kabupaten Buleleng, menemukan ratusan pecahan gerabah dengan pola tertentu. Selain itu juga ditemukan cangkang kerang kelas gasthropoda yang diduga merupakan bahan makanan manusia yang bermukim di sana.
“Khusus pecahan gerabah kami temukan berciri budaya Shah Huyn Kalanay, yang berasal sari Asia Tenggara, kemudian penyebarannya dari Sumatera turun ke Jawa hingga samapi ke Bali. Perkiraan budaya pembuatan dan penggunaan gerabah itu terjadi pada 700 tahun sebelum masehi hingga 200 tahun sesudah masehi,” ucap Suantika. Dirinya pun mengatakan dengan bukti tersebut peradapan manusia di Tanjung Ser cukup lama yang dimulai pada zaman prasejarah berlanjut terus sampai zaman Hindu-Budha.
Hanya saja pada penelitian kedua yang dilakukan Balar Denpasar di Tanjung Ser, target penemuan tulang manusia, tulang hewan atau arang bekas bakaran belum tercapai. Tiga unsur itu disebutnya merupakan data pendukung utama bukti peradaban manusia saat itu yang dapat diuji laboratorium untuk menentukan kapan pastinya peradaban itu terjadi.
“Rumusnya kalau ditemukan benda-benda budaya, pasti ada manusia yang menggunakannya. Tetapi kami masih memaklumi jika sampai saat ini belum ketemu, karena luas areal penelitian hampir 6,5 hektare, sedangkan kami baru menggali 6 kotak, masih jauh dari 20 persen luas penelitian dari luas total lahan untuk hasil penelitian yang representatif,” imbuh dia.
Seluruh hasil penelitian tahap kedua itu akan disebarkan ke seluruh stakeholder yang berangsangkutan. Harapannya jika masyarakat sekitar Gerokgak menemukan benda diduga peninggalan arkeologi agar cepat dilaporkan ke Balar untuk secepatnya ditindaklanjuti dan diteliti.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Komang, mengapresiasi penelitian yang dilakukan Balar Denpasar. “Kami akan terus ikuti, namanya arkeologi dan cagar budaya tidak ternilai harganya. Kalau bisa dilanjutkan penelitian dan jika ditemukan bisa jadi pusat kajian arkeologi,” ujar Gede Komang.
Pihaknya juga berharap apa yang menjadi target Peneliti Balar bisa ditemukan, seperti pendukung utama perabadan di Tanjung Ser. Jika hal itu ditemukan jelas akan menambah devisa Buleleng sebagai daerah yang sangat kaya dengan tinggalan arkeologi. Ia juga mendorong pemerintah Kecamatan Gerokgak dapat meningkatkan pengamanan di kawasan Tanjung Ser, terkait dengan potensi tinggalan arkeologi yang sangat kaya sehingga ke depannya dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan.*k23
1
Komentar