Kuta Selatan Siap Tampilkan Jeruk dan Jamu di Festival Budaya Pertanian
Sebagai wilayah destinasi wisata, kawasan Kuta Selatan, Kabupaten Badung masih memiliki hasil pertanian ‘andalan’ seperti jeruk dan ketela pohon (singkong).
MANGUPURA, NusaBali
Selain itu, kawasan ini juga memiliki usaha jamu dan keripik yang berasal dari hasil olahan buah mangrove.
Camat Kuta Selatan I Made Widiana, menerangkan perhelatan Festival Budaya Pertanian Badung pada tahun ini rencananya menampilkan berbagai hasil bumi dan olahan yang dilakukan oleh warga yang berada di tingkat kecamatan. Untuk itu, Kuta Selatan siap menampilkan hasil bumi yang sudah ada sejak dulu yakni jeruk dan ketela. Sebagian besar hasil bumi itu berasal dari wilayah Pecatu dan Ungasan. Menurut Widiana, wilayah Kuta Selatan kerap dianggap sebagai wilayah gersang. Meski demikian, kelompok tani masih eksis hingga saat ini. “Memang kalau orang lihat, bahwa Kuta Selatan ini gersang, terus wilayah sebagai destinasi wisata, sehingga cenderung kehidupan masyarakat ke parawisata. Namun, perlu diketahui kelompok tani sampai saat ini tetap eksis. Buktinya ada petani jeruk dan ketela,” ujarnya, Rabu (29/6) siang.
Karenanya, pada gelaran tahunan festival budaya pertanian yang akan datang, pihaknya akan mengusung hasil pertanian dari Kuta Selatan. Selain hasil bumi, pihaknya juga memiliki kelompok wanita tani (KWT) di Lingkungan Permata, Nusa Dua. Kelompok wanita ini sudah eksis mengolah buah mangrove untuk dijadikan jamu dan keripik. Produksi jamu dan keripik ini kerap ditampilkan dalam berbagai kegiatan di tingkat kabupaten hingga provinsi. “Ini sudah lama juga berdirinya. Memang inilah yang merupakan hasil olahan dari Kuta Selatan. Tentu ini di luar ekspektasi masyarakat luar, tapi nyatanya memang itu masih eksis. Ini yang akan kami tunjukkan dalam festival nanti,” imbuh Widiana. Dia mengakui kelompok tersebut kurang terekspos.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Ketut Sudarsana yang dikonfirmasi terkait Festival Budaya Pertanian 2019 yang sedianya akan berlangsung pada 1 Juli mendatang, mengaku bahwa pihaknya baru membicarakan teknis kegiatan rutin itu pada Kamis (19/6) hari ini. Rapat koordinasi di Pemkab Badung untuk membahas tema dan juga hasil pertanian yang berasal dari seluruh kecamatan di Badung. “Besok (hari ini) kebetulan rapat koordinasi festival budaya pertanian. Mungkin bisa sekalian besok saja,” ujarnya. *dar
Camat Kuta Selatan I Made Widiana, menerangkan perhelatan Festival Budaya Pertanian Badung pada tahun ini rencananya menampilkan berbagai hasil bumi dan olahan yang dilakukan oleh warga yang berada di tingkat kecamatan. Untuk itu, Kuta Selatan siap menampilkan hasil bumi yang sudah ada sejak dulu yakni jeruk dan ketela. Sebagian besar hasil bumi itu berasal dari wilayah Pecatu dan Ungasan. Menurut Widiana, wilayah Kuta Selatan kerap dianggap sebagai wilayah gersang. Meski demikian, kelompok tani masih eksis hingga saat ini. “Memang kalau orang lihat, bahwa Kuta Selatan ini gersang, terus wilayah sebagai destinasi wisata, sehingga cenderung kehidupan masyarakat ke parawisata. Namun, perlu diketahui kelompok tani sampai saat ini tetap eksis. Buktinya ada petani jeruk dan ketela,” ujarnya, Rabu (29/6) siang.
Karenanya, pada gelaran tahunan festival budaya pertanian yang akan datang, pihaknya akan mengusung hasil pertanian dari Kuta Selatan. Selain hasil bumi, pihaknya juga memiliki kelompok wanita tani (KWT) di Lingkungan Permata, Nusa Dua. Kelompok wanita ini sudah eksis mengolah buah mangrove untuk dijadikan jamu dan keripik. Produksi jamu dan keripik ini kerap ditampilkan dalam berbagai kegiatan di tingkat kabupaten hingga provinsi. “Ini sudah lama juga berdirinya. Memang inilah yang merupakan hasil olahan dari Kuta Selatan. Tentu ini di luar ekspektasi masyarakat luar, tapi nyatanya memang itu masih eksis. Ini yang akan kami tunjukkan dalam festival nanti,” imbuh Widiana. Dia mengakui kelompok tersebut kurang terekspos.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Ketut Sudarsana yang dikonfirmasi terkait Festival Budaya Pertanian 2019 yang sedianya akan berlangsung pada 1 Juli mendatang, mengaku bahwa pihaknya baru membicarakan teknis kegiatan rutin itu pada Kamis (19/6) hari ini. Rapat koordinasi di Pemkab Badung untuk membahas tema dan juga hasil pertanian yang berasal dari seluruh kecamatan di Badung. “Besok (hari ini) kebetulan rapat koordinasi festival budaya pertanian. Mungkin bisa sekalian besok saja,” ujarnya. *dar
1
Komentar