Trauma, Karyawati Tiara Dewata Belum Berani Mandi
Trauma atas penganiayaan berat dialami karyawati Tiara Dewata, Ni Kadek Candrika Mirani, 21, belum berani mandi. Sebab, penganiayaan dialami di kamar mandi, dilakukan driver ojek online Dwi Apriyanto, 32, di rumah kontrakan Jalan Kapten Japa Gang XVIII Nomor 10A Denpasar, Selasa (11/6) siang.
AMLAPURA, NusaBali
"Sampai sekarang kami belum berani mandi, masih trauma, takut saat mandi mendengar suara-suara berisik, seperti yang pernah kami dengar sesaat sebelum kejadian," jelas Ni Kadek Candrika, Mirani dihubungi di kediamannya, Banjar Abang Kaler, Desa/Kecamatan Abang, Karangasem, Rabu 26/6) sore.
Alasan lainnya belum berani mandi, karena luka-luka yang dialami sekujur tubuhnya belum sepenuhnya kering. Terutama luka di kepala akibat benda tumpul dan luka tusuk menggunakan gunting hingga mengalami 28 jaritan. Luka tusuk di dada, hingga mendapatkan 11 jaritan total 39 jaritan. Belum lagi luka-luka gores di tangan kiri akibat ditusuk gunting.
Sehingga, badannya hanya dilap, dibantu kedua adik-adiknya. Sehari-hari korban Ni Kadek Candrika Mirani, mesti mengenakan penutup kepala. Sebab, kepalanya saat menjalani perawatan di RSAD Denpasar selama 11-13 Juni, rambutnya mesti digundul untuk memudahkan penanganan luka-luka yang dideritanya.
Sedangkan untuk tidur, memilih di teras rumahnya mesti ditemani kedua adiknya kandungnya dan ibu kandungnya Ni Wayan Ritasari. Kedua orangtuanya I Putu Tokis dan Ni Wayan Ritasari terus memotivasi agar tegar menghadapi cobaan, juga berupaya mengikis trauma psikologis yang dialaminya.
"Kami sudah bisa makan, tetapi tidak seenak sebelumnya. Kami juga sudah bisa tidur, rasa sakit di kepala dan badan sudah berangsur hilang, tinggal mengikis trauma atas kejadian itu," kata alumnus SMKN 1 Abang.
Ni Kadek Candrika Mirani mengaku tak menyangka dirinya jadi korban penganiayaan yang begitu berat. Padahal pelakunya teman satu rumah kos. Sehari-hari berupaya saling sapa.
Sesaat sebelum kejadian katanya, dirinya mandi pukul 13.00 Wita, hendak kerja 14.00 Wita. Di rumah kontrakan ada dua kamar mandi di luar rumah, kamar mandi itu berdampingan, dengan bangunan tanpa plafon. Kebetulan saat itu di rumah kontrakan lagi sepi, hanya dirinya dan tersangka yang ada di rumahnya itu.
Setelah asik mandi, korban mengaku mendengar suara berisik dari kamar mandi sebelah, perasaannya mulai waswas. Berupaya cepat-cepat mandi, kemudian mengenakan handuk. Saat itu, langsung tersangka meloncat dari tembok kamar mandi sebelah masuk ke kamar mandi tempat korban. Tersangka mengenakan cadar, tanpa sebab yang jelas menyerang membabi-buta memukul gunakan benda tumpul dan menusuk gunakan gunting berkali-kali, sambil mencekik leher hingga sempat tidak bisa bernapas.
Upaya melepaskan dari cekikan tersangka, maka korban pura-pura pingsan. Kejadian itu didengar tetangganya Endang Suretmi, 60, datang berupaya mendobrak pintu, tak mempan. Maka minta tolong saksi Mansur, pintu berhasil didobrak tersangka sempat kabur.
"Sebenarnya saat kejadian, kami hendak menengok anak ke Denpasar. Setelah pukul 12.00 Wita, singgah ke rumah teman akhirnya batal ke Denpasar. Sesat kemudian mendengar anak jadi korban penganiayaan," ujar ayah korban I Putu Tokis.
I Putu Tokis menyukuri, anaknya selamat dari ancaman pembunuhan. "Kami merasa bersyukur, anak kami terlindungi, bisa jadi berkat musibah itu, kelak anak kami akan sukses bekerja," katanya.
Baik menurut I Putu Tokis, Ni Wayan Ritasari dan korban Ni Kadek Candrika Mirani mengucapkan terima kasih ada dukungan dan motivasi yang mengalir datang dari masyarakat. Kemarin juga datang rombongan dari PHDI Karangasem dikoordinasikan Sekretaris I Gusti Lanang Ananjaya menyerahkan bantuan sekaligus memberikan dukungan moral. *k16
"Sampai sekarang kami belum berani mandi, masih trauma, takut saat mandi mendengar suara-suara berisik, seperti yang pernah kami dengar sesaat sebelum kejadian," jelas Ni Kadek Candrika, Mirani dihubungi di kediamannya, Banjar Abang Kaler, Desa/Kecamatan Abang, Karangasem, Rabu 26/6) sore.
Alasan lainnya belum berani mandi, karena luka-luka yang dialami sekujur tubuhnya belum sepenuhnya kering. Terutama luka di kepala akibat benda tumpul dan luka tusuk menggunakan gunting hingga mengalami 28 jaritan. Luka tusuk di dada, hingga mendapatkan 11 jaritan total 39 jaritan. Belum lagi luka-luka gores di tangan kiri akibat ditusuk gunting.
Sehingga, badannya hanya dilap, dibantu kedua adik-adiknya. Sehari-hari korban Ni Kadek Candrika Mirani, mesti mengenakan penutup kepala. Sebab, kepalanya saat menjalani perawatan di RSAD Denpasar selama 11-13 Juni, rambutnya mesti digundul untuk memudahkan penanganan luka-luka yang dideritanya.
Sedangkan untuk tidur, memilih di teras rumahnya mesti ditemani kedua adiknya kandungnya dan ibu kandungnya Ni Wayan Ritasari. Kedua orangtuanya I Putu Tokis dan Ni Wayan Ritasari terus memotivasi agar tegar menghadapi cobaan, juga berupaya mengikis trauma psikologis yang dialaminya.
"Kami sudah bisa makan, tetapi tidak seenak sebelumnya. Kami juga sudah bisa tidur, rasa sakit di kepala dan badan sudah berangsur hilang, tinggal mengikis trauma atas kejadian itu," kata alumnus SMKN 1 Abang.
Ni Kadek Candrika Mirani mengaku tak menyangka dirinya jadi korban penganiayaan yang begitu berat. Padahal pelakunya teman satu rumah kos. Sehari-hari berupaya saling sapa.
Sesaat sebelum kejadian katanya, dirinya mandi pukul 13.00 Wita, hendak kerja 14.00 Wita. Di rumah kontrakan ada dua kamar mandi di luar rumah, kamar mandi itu berdampingan, dengan bangunan tanpa plafon. Kebetulan saat itu di rumah kontrakan lagi sepi, hanya dirinya dan tersangka yang ada di rumahnya itu.
Setelah asik mandi, korban mengaku mendengar suara berisik dari kamar mandi sebelah, perasaannya mulai waswas. Berupaya cepat-cepat mandi, kemudian mengenakan handuk. Saat itu, langsung tersangka meloncat dari tembok kamar mandi sebelah masuk ke kamar mandi tempat korban. Tersangka mengenakan cadar, tanpa sebab yang jelas menyerang membabi-buta memukul gunakan benda tumpul dan menusuk gunakan gunting berkali-kali, sambil mencekik leher hingga sempat tidak bisa bernapas.
Upaya melepaskan dari cekikan tersangka, maka korban pura-pura pingsan. Kejadian itu didengar tetangganya Endang Suretmi, 60, datang berupaya mendobrak pintu, tak mempan. Maka minta tolong saksi Mansur, pintu berhasil didobrak tersangka sempat kabur.
"Sebenarnya saat kejadian, kami hendak menengok anak ke Denpasar. Setelah pukul 12.00 Wita, singgah ke rumah teman akhirnya batal ke Denpasar. Sesat kemudian mendengar anak jadi korban penganiayaan," ujar ayah korban I Putu Tokis.
I Putu Tokis menyukuri, anaknya selamat dari ancaman pembunuhan. "Kami merasa bersyukur, anak kami terlindungi, bisa jadi berkat musibah itu, kelak anak kami akan sukses bekerja," katanya.
Baik menurut I Putu Tokis, Ni Wayan Ritasari dan korban Ni Kadek Candrika Mirani mengucapkan terima kasih ada dukungan dan motivasi yang mengalir datang dari masyarakat. Kemarin juga datang rombongan dari PHDI Karangasem dikoordinasikan Sekretaris I Gusti Lanang Ananjaya menyerahkan bantuan sekaligus memberikan dukungan moral. *k16
Komentar