Sudah 30 Rekanan Ajukan Tender
Dinas PUPR Badung menargetkan pengerjaan penguatan dinding tebing Pura Luhur Uluwatu harus sudah tuntas di akhir 2019.
Proyek Penguatan Tebing Pura Luhur Uluwatu
MANGUPURA, NusaBali
Proyek penguatan tebing Pura Luhur Uluwatu, Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, masih menunggu pemenang tender yang dilakukan secara terbuka di Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Badung yang berlangsung pada 17 Juni – 2 Juli 2019. Hingga Selasa (2/7) sore sudah ada 30 rekanan/kontraktor yang berminat atas proyek ini.
“Iya, sudah ada 30 peserta tender. Siapa yang akan dapat tender, belum tahu,” ujar Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Badung AA Gede Agung Dalem, Selasa kemarin.
Walau begitu, Gung Dalem berharap peserta tender dapat memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan. Sebab, pengerjaan penguatan tebing Pura Luhur Uluwatu berbeda dari proyek fisik lainnya, karena perlu keahlian khusus. “Kalau kami tentu berharap semoga tahun ini proyek bisa dikerjakan,” tegasnya sembari menyebut anggaran proyek ini digelontor Rp 29,5 miliar.
Birokrat asal Klungkung itu menyatakan, dari hasil kajian bahan yang dimungkinkan untuk digunakan adalah net kabel, angkur, kabel sling. “Nanti pun kemungkinan akan ada beberapa pengeboran untuk pemasangan angkur, pengikat baja, dan grouting celah batuan dengan semen perekat,” jelasnya.
“Semoga tender berjalan lancar. Kalau gagal lelang ya bisa tak jadi, karena pertimbangan waktu pengerjaan,” tandasnya.
Seperti diketahui, keretakan tebing di Pura Luhur Uluwatu belum bisa dilakukan penataan dan perbaikan. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung telah melakukan proses analisis manajemen konstruksi penguatan dinding tebing dengan yang melibatkan Konsultan Konstruksi PT Inakko Internasional Konsulindo.
Sementara, dalam beberapa kesempatan, Kepala Dinas PUPR Badung Ida Bagus Surya Suamba menargetkan pengerjaan penguatan dinding tebing Pura Luhur Uluwatu harus sudah tuntas di akhir tahun 2019. “Kita belum tahu berapa lama (pihak kontraktor) membuat desainnya. Yang jelas Desember 2019 harus sudah tuntas dikerjakan,” katanya.
Surya Suamba mengatakan, meski ada tanda keretakan, namun jenis dan besar retakan belum pernah diketahui. Makanya, sebelum melakukan penanganan akan dilakukan test terlebih dahulu. “Nanti ada alat yang mengukur berapa dalam retaknya,” ucapnya.
Mengenai cara pengerjaan, pihaknya belum bisa memastikan. Akan tetapi, bila melihat konstruksi penguatan tebing di luar negeri, keretakan seperti itu biasanya akan ditangani dengan cara dijahit. “Artinya, bebatuan yang retak akan dijahit kembali sehingga tidak bisa lepas,” tutur Surya Suamba. *asa
1
Komentar