Kredit Konsumsi Naik, Bank Fokus Tunggakan
Prosentase kredit untuk konsumsi mendominasi pengucuran kredit perbankan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara.
DENPASAR, NusaBali
Hal tersebut mengacu kucuran kredit perbankan dari Januari-April 2019. Berdasarkan jenis usaha, kredit untuk sektor konsumsi mencapai 45,74 persen, kredit modal kerja 34,66 persen dan kredit investasi 19,60 persen. Sedangkan besaran kredit konsumsi meningkat dan menjadi fokus perbankan menyelesaian tunggakan kredit (NPL), yang belakangan meningkat.
Contohnya di Bali, NPL yang sebelumnya rata-rata di bawah satu persen sejak 2012, belakangan terus merangkak. Terakhir hingga mencapai tiga persen.
Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Bali- Nusra Rochman Pamungkas mengatakan, secara umum NPL di Bali sejak 2012 rata-rata di bawah satu persen. Namun belakangan naik mencapai tiga persen.
Meningkatnya NPL, tentu hal yang harus diperhatikan pengurus bank. “Sehingga mereka lebih selektif dalam pemberian kredit. Di wilayah Bali itu track record Non Performing Loan (NPL) dari tahun 2012 di bawah 1 persen, dan belakangan ini mulai merangkak naik mencapai 3 persen,” jelas Rochman Pamungkas, dalam pelatihan wartawan bersama OJK di kawasan Mandalika, Lombok, NTB, Selasa (29/6) sampai Selasa (2/7).
Menurut Rochman Pamungkas, penyelesaian kredit diantaranya dengan penjualan agunan juga terhambat, karena situasi tak kondusif. Diantaranya kondisi properti yang juga sedang menurun.
Dari pemaparan Rochman Pamungkas, keadaan itulah yang menyebabkan porsi pemberian kredit produktif menurun, sebaliknya untuk kredit konsumsi meningkat.
“Untuk kredit produktif tentu membutuhkan analisa yang lebih komprehensif. Sehingga bank lebih memilih resikonya lebih terhitung dan selektif,”ujar Rochman.
Demikian juga dari segi kompetensi, bank seperti BPD memang lebih berpengalaman dalam penanganan kredit konsumsi. Menurut Rochman, kredit perbankan berdasarkan jenis penggunaan kredit konsumsi, yaitu sekitar 45,74 persen dilanjutkan dengan kredit modal kerja 34,66 persen dan kredit investasi 19,60 persen. *k17
Contohnya di Bali, NPL yang sebelumnya rata-rata di bawah satu persen sejak 2012, belakangan terus merangkak. Terakhir hingga mencapai tiga persen.
Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Bali- Nusra Rochman Pamungkas mengatakan, secara umum NPL di Bali sejak 2012 rata-rata di bawah satu persen. Namun belakangan naik mencapai tiga persen.
Meningkatnya NPL, tentu hal yang harus diperhatikan pengurus bank. “Sehingga mereka lebih selektif dalam pemberian kredit. Di wilayah Bali itu track record Non Performing Loan (NPL) dari tahun 2012 di bawah 1 persen, dan belakangan ini mulai merangkak naik mencapai 3 persen,” jelas Rochman Pamungkas, dalam pelatihan wartawan bersama OJK di kawasan Mandalika, Lombok, NTB, Selasa (29/6) sampai Selasa (2/7).
Menurut Rochman Pamungkas, penyelesaian kredit diantaranya dengan penjualan agunan juga terhambat, karena situasi tak kondusif. Diantaranya kondisi properti yang juga sedang menurun.
Dari pemaparan Rochman Pamungkas, keadaan itulah yang menyebabkan porsi pemberian kredit produktif menurun, sebaliknya untuk kredit konsumsi meningkat.
“Untuk kredit produktif tentu membutuhkan analisa yang lebih komprehensif. Sehingga bank lebih memilih resikonya lebih terhitung dan selektif,”ujar Rochman.
Demikian juga dari segi kompetensi, bank seperti BPD memang lebih berpengalaman dalam penanganan kredit konsumsi. Menurut Rochman, kredit perbankan berdasarkan jenis penggunaan kredit konsumsi, yaitu sekitar 45,74 persen dilanjutkan dengan kredit modal kerja 34,66 persen dan kredit investasi 19,60 persen. *k17
Komentar