Air Laut Meluber ke Wisata Kuliner Pantai Lebih
Sepi Pengunjung, Pemilik Warung Ngaku Omzetnya Anjlok 30%
GIANYAR, NusaBali
Gelombang pasang terjang kawasan Pantai Lebih, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, Rabu (3/7) pagi. Air laut meluber hingga ke halaman parkir wisata kuliner be pasih (ikan laut) di sisi selatan Jalan Bypass Prof Dr IB Mantra. Gara-gara genangan air laut selutut orang dewasa itu, warung kuliner sepi pengunjung hingga omzetnya anjlok.
Gelombang pasang di Pantai Lebih mengamuk selama 1 jam, sejak pagi pukul 10.00 Wita. Deburan ombak melebihi batas atas tanggul, hingga menyebabkan air laut tumpah ke arah utara sampai menyentuh Jalan Bypass Prof Dr IB Mantra. Tidak maksimalnya daya serap gorong-gorong yang mengalirkan air ke selokan, menyebabkan air laut cukup lama membanjiri jalan masuk dan areal parkir.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar pun menerjunkan 12 personelnya ke lokasi untuk menyedot genangan air laut. Mereka terjun lengkap dengan dua unit alat penyedot air. Mereka berusaha genangan air laut untuk dialirkan ke selokan Jalan Bypass IB Mantra. Setelah berjuang hampur 2 jam, proses penyedotan genangan air laut akhirnya tuntas sekitar pukul 12.00 Wita.
Kepala BPBD Gianyar, AA Oka Digjaya, mengatakan gelombang pasang kali ini di luar prediksi. Pasalnya, berdasarkan rilis resmi dari BMKG, gelombang pasang diperkirakan baru akan terjadi, Kamis (4/7) pagi ini. “Tapi, ternyata lebih awal terjadi gelombang pasang. Besok (hari ini) kemungkinan akan kembali terjadi gelombang pasang yang lebih tinggi,” ujar Oka Digjaya usai pantau penanganan banjir rob di Pantai Lebih, Rabu siang.
Oka Digjaya menyebutkan, saat air laut naik ke daratan kemarin pagi, areal parkir warung kuliner di Pantai Lebih tenggelam. “Semua area parkir tergenang air laut setinggi 40 cm,” katanya.
Menurut Oka Digjaya, banjir rob di areal parkir Pantai Lebih merupakan peristiwa musiman, yang rutin terjadi setahun sekali. Namun, khusus tahun 2019, tumben sampai dua kali terjadi. Peristiwa serupa juga terjadi 19 Juni 2019 lalu. Oka Digjaya mengaku cukup banyak mendengar keluhan dari para pedagang kuliner di Pantai Lebih. Masalahnya, pengunjung enggan mampir untuk makan lantaran area parkir tergenang air laut. “Pedagang banyak yang mengeluh sepi pembeli,” katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Nelayan Pantai Lebih, I Made Ana, mengatakan air laut diketahui naik ke parkiran sejak pagi pukul 10.00 Wita. Saat air laut meluber, tidak ada yang bisa dilakukan oleh pedagang setempat.
Menurut Made Ana, para pedagang sempat coba mengangkat penutup gorong-gorong supaya genangan air kembali mengalir ke laut. Tapi, saluran gorong-gorong ternyata mampet karena tertutup pasir. Akhirnya, para pedagang hanya bisa pasrah menanti air surut. “Setelah air laut surut sektar pukul 12.00 Wita, barulah para pedagang berkemas-kemas dan membersihkan sisa genangan,” ungkap Made Ana, yang notabene pemilik Warung Tepi Lebih di Pantai Lebih.
Setiapkali terjadi genangan air laut akibat gelombang pasang, Made Ana mengaku warungnya mengalami penurunan omzet hingga 30 persen. Itu jika genangan air laut hanya terjadi beberapa jam. Jika genangannya panjang, omzet bisa turun sampai 70 persen. “Bagaimana omzet tidak turun, untuk datang saja pengunjung masih pikir-pikir,” keluh Made Ana seraya menyebut dalam peristiwa kemarin, omzetnya turun sekitar 30 persen.
Di Pantai Lebih sendiri terdapat 27 warung kuliner be pasih, dengan menu masakan serba ikan dan ada sajian nasi sela. Jika terjadi gelombang pasang hingga air laut meliber ke darat, semua warung ini kelimpungan karena halamannya tenggelam.
Ini untuk kedua kalinya terjadi gelombang pasang hingga air laut menerjang halaman warung kuliner di Pantai Lebih dalam sebulam terakhir. Musibah terakhir sebelumnya terjadi 19 Juni 2019 pagi sekitar pukul 10.00 Wita, di mana genangan air laut juga mencapai selutut orang dewasa. Akibat gelombang pasang tersebut, trotoar paving yang baru dipasang jadi, luluh lantak tergerus air laut. "Baru diperbaiki pavingnya, sudah hancur lagi," ungkap Koordinator Balawista Pos 1 Lebih, I Nyoman Wana. *nvi
Gelombang pasang di Pantai Lebih mengamuk selama 1 jam, sejak pagi pukul 10.00 Wita. Deburan ombak melebihi batas atas tanggul, hingga menyebabkan air laut tumpah ke arah utara sampai menyentuh Jalan Bypass Prof Dr IB Mantra. Tidak maksimalnya daya serap gorong-gorong yang mengalirkan air ke selokan, menyebabkan air laut cukup lama membanjiri jalan masuk dan areal parkir.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar pun menerjunkan 12 personelnya ke lokasi untuk menyedot genangan air laut. Mereka terjun lengkap dengan dua unit alat penyedot air. Mereka berusaha genangan air laut untuk dialirkan ke selokan Jalan Bypass IB Mantra. Setelah berjuang hampur 2 jam, proses penyedotan genangan air laut akhirnya tuntas sekitar pukul 12.00 Wita.
Kepala BPBD Gianyar, AA Oka Digjaya, mengatakan gelombang pasang kali ini di luar prediksi. Pasalnya, berdasarkan rilis resmi dari BMKG, gelombang pasang diperkirakan baru akan terjadi, Kamis (4/7) pagi ini. “Tapi, ternyata lebih awal terjadi gelombang pasang. Besok (hari ini) kemungkinan akan kembali terjadi gelombang pasang yang lebih tinggi,” ujar Oka Digjaya usai pantau penanganan banjir rob di Pantai Lebih, Rabu siang.
Oka Digjaya menyebutkan, saat air laut naik ke daratan kemarin pagi, areal parkir warung kuliner di Pantai Lebih tenggelam. “Semua area parkir tergenang air laut setinggi 40 cm,” katanya.
Menurut Oka Digjaya, banjir rob di areal parkir Pantai Lebih merupakan peristiwa musiman, yang rutin terjadi setahun sekali. Namun, khusus tahun 2019, tumben sampai dua kali terjadi. Peristiwa serupa juga terjadi 19 Juni 2019 lalu. Oka Digjaya mengaku cukup banyak mendengar keluhan dari para pedagang kuliner di Pantai Lebih. Masalahnya, pengunjung enggan mampir untuk makan lantaran area parkir tergenang air laut. “Pedagang banyak yang mengeluh sepi pembeli,” katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Nelayan Pantai Lebih, I Made Ana, mengatakan air laut diketahui naik ke parkiran sejak pagi pukul 10.00 Wita. Saat air laut meluber, tidak ada yang bisa dilakukan oleh pedagang setempat.
Menurut Made Ana, para pedagang sempat coba mengangkat penutup gorong-gorong supaya genangan air kembali mengalir ke laut. Tapi, saluran gorong-gorong ternyata mampet karena tertutup pasir. Akhirnya, para pedagang hanya bisa pasrah menanti air surut. “Setelah air laut surut sektar pukul 12.00 Wita, barulah para pedagang berkemas-kemas dan membersihkan sisa genangan,” ungkap Made Ana, yang notabene pemilik Warung Tepi Lebih di Pantai Lebih.
Setiapkali terjadi genangan air laut akibat gelombang pasang, Made Ana mengaku warungnya mengalami penurunan omzet hingga 30 persen. Itu jika genangan air laut hanya terjadi beberapa jam. Jika genangannya panjang, omzet bisa turun sampai 70 persen. “Bagaimana omzet tidak turun, untuk datang saja pengunjung masih pikir-pikir,” keluh Made Ana seraya menyebut dalam peristiwa kemarin, omzetnya turun sekitar 30 persen.
Di Pantai Lebih sendiri terdapat 27 warung kuliner be pasih, dengan menu masakan serba ikan dan ada sajian nasi sela. Jika terjadi gelombang pasang hingga air laut meliber ke darat, semua warung ini kelimpungan karena halamannya tenggelam.
Ini untuk kedua kalinya terjadi gelombang pasang hingga air laut menerjang halaman warung kuliner di Pantai Lebih dalam sebulam terakhir. Musibah terakhir sebelumnya terjadi 19 Juni 2019 pagi sekitar pukul 10.00 Wita, di mana genangan air laut juga mencapai selutut orang dewasa. Akibat gelombang pasang tersebut, trotoar paving yang baru dipasang jadi, luluh lantak tergerus air laut. "Baru diperbaiki pavingnya, sudah hancur lagi," ungkap Koordinator Balawista Pos 1 Lebih, I Nyoman Wana. *nvi
Komentar