Bebas Merdeka Pekak Cekol
Banyak orang berpendapat, bebas itu tidak sama dengan merdeka. Yang diburu-buru sesungguhnya adalah kebebasan. Orang-orang bebas pasti merdeka. Jika orang merdeka belum tentu sepenuhnya bebas.
Banyak orang berpendapat, bebas itu tidak sama dengan merdeka. Yang diburu-buru sesungguhnya adalah kebebasan. Orang-orang bebas pasti merdeka. Jika orang merdeka belum tentu sepenuhnya bebas.
Karena itu, kebebasan dinilai lebih tinggi derajatnya tinimbang kemerdekaan. Karena derajat bebas lebih tinggi, banyak yang berpendapat, mustahil bisa merengkuh kebebasan. Yang bisa digapai ya cuma kemerdekaan itu. Jika kemerdekaan barang mahal, kebebasan itu super-mahal, bahkan mustahil direngkuh.
Tapi, banyak juga yang berpendapat, merdeka dan bebas itu sama, cuma beda istilah. Siapa saja yang bebas pasti merdeka. Jika merdeka, pasti bebas. Kalau toh itu dibedakan, kedua-duanya harus direbut, karena tak cukup menguasai salah satu. Jika sudah bebas, ya merdekalah. Kalau sudah merdeka, mesti bebas. Banyak orang yang sudah merdeka tapi nasib dan peruntungannya ditentukan oleh orang lain. Banyak bangsa yang merdeka, tapi perekonomiannya dikendalikan bangsa lain. Ini disebut merdeka tapi tidak bebas.
Merdeka acap dikaitkan dengan segala hal yang duniawi, sedangkan bebas menyangkut hal-hal yang lebih luas, pribadi, dan membawa-bawa jejaring spiritualisme, dengan hal-hal yang tidak jelas, susah dipaparkan. Seseorang hidup dibalut kemiskinan begitu lama, sakit-sakitan, dan selalu dirundung malang. Kendati ia bekerja membanting tulang, tetap saja rezeki tak cukup berpihak padanya. Belakangan ia terserang sakit tuberculosis. Tak memadai uang ia punya untuk merawat diri, kendati pemerintah memberinya perawatan cuma-cuma. Lama ia terbaring dirawat saudaranya. Tubuhnya lunglai, kurus kering, batuk tak kunjung berhenti.
Setelah bertahun-tahun digerogoti sakit, ia meninggal. Sanak saudara, kerabat, mensyukuri kematian itu. “Sekarang ia sudah bebas merdeka,” komentar mereka. Orang-orang itu menilai si sakit sudah melepas derita, meninggalkan masa-masa penuh kesengsaraan. Mereka menganggap si sakit pergi ke satu tempat yang bebas dari nestapa. Di alam baru itu seakan tidak ada pengekangan, yang ada cuma bebas dan merdeka.
Bagi orang Bali, kematian adalah pembebasan. Itu berarti juga kemerdekaan. Tapi, orang Bali percaya, dan sangat yakin, di alam sana ada juga aturan-aturan bagi roh. Artinya, ada pengekangan, ada tekanan-tekanan yang membuat roh stres. Ketika roh menitis ke bumi, jangan-jangan roh-roh lain di alam sana juga berkomentar, “Ah, sekarang ia sudah bebas merdeka.” Tidakkah itu pertanda, bebas dan merdeka itu ada di mana saja, dan dengan sendirinya juga bisa berarti tidak sepenuhnya ada?
Komentar